Debit Air Mengecil, Petani Terpaksa Beli Air Disubak Lain

  • 26 Juni 2015
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 2872 Pengunjung

Bangli, suaradewata.com - Memasuki musim kemarau, ancaman kekeringan melanda sejumlah wilayah di Bangli. Selain menyebabkan krisis air bersih, di sector pertanian hektaran lahan persawahan juga terancam. Bahkan, di Subak Pembungan Desa Jehem Kecamatan Tembuku, Bangli sejumlah petani terpaksa membeli air di subak sekitarnya.

Dewa Putu Ardika salah seoarang petani setempat, mengaku sebagian besar petani sejak lama telah mengeluhkan kecilnya debit air irigasi ke sawah mereka. “Padi yang baru kami juga terancam mati, karena kekurangan air,” sebutnya saat ditemui Jumat (26/06/2015). Selain mengancam tanaman padi, kecilnya debit air ini juga mengancam nasib petani yang baru mengolah tanah. Krisis air ini diduga akibat kecilnya aliran air dari sungai yang berada di timur Desa Tambahan ke saluran irigasi. Selain itu, hal lain yang diduga menjadi penyebabnya, yakni lokasi subak yang berada di hilir. Sehingga aliran air yang sudah kecil dari hulu tidak bisa menjangkau hingga ke hilir lantaran mengalami penyerapan di saluran irigasi.

Untuk mendapatkan air, sebut Ardika, sejumlah petani terpaksa bergadang untuk bisa mengalirkan air ke lahan garapannya. “Petani ada yang bergadang untuk mendapatkan air. Biar padinya tidak mati,” tuturnya. Alternatif lain, mengatasi persoalan yang kerap muncul dimusim kemarau ini, dijelaskan Ardika sebenarnya petani sudah berusaha mengatasinya dengan membeli air di Subak Tambahan. Untuk mengairi setiap are sawah, petani membayar Rp. 5 ribu. Namun sayang, sumber air yang menjadi handalan petani ini juga tidak mampu memenuhi kebutuhan air di Subak Pembungan. Atas kondisi ini, tidak sedikit pula petani yang sengaja membiarkan lahan pertaniannya kosong dan sebagian terpaksa beralih menanam palawija. ard


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER