Riset Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Belum Optimal

  • 20 Oktober 2015
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 3869 Pengunjung

Denpasarsuaradewata.com - Hasil penelitian yang diselenggarakan oleh KPU terkait partisipasi masyarakat dalam pemilu di kabupaten dan kota seluruh Bali, digeber ke publik. Untuk kepentingan penelitian ini, KPU menggandeng sejumlah peneliti dari Universitas Udayana, Universitas Ngurah Rai, STISIP Margarana, dan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Universitas Udayana meneliti di Kota Denpasar, Kabupaten Bangli, Karangasem, dan Klungkung. Adapun Universitas Ngurah Rai meneliti di Kabupaten Badung, Jembrana, dan Gianyar. Sementara STISIP Margarana meneliti di wilayah Kabupaten Tabanan. Adapun Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja meneliti di Kabupaten Buleleng.

Riset atau penelitian ini dinilai belum optimal serta tidak fokus sesuai dengan Kerangka Acuan atau Term of Reference (TOR) yang diminta oleh pihak KPU. Walau demikian, hal ini tetap dinilai sebagai langkah maju dari KPU sebagai upaya mewujudkan demokrasi yang lebih kondusif, terutama dalam konteks partisipasi masyarakat pada pemilu.

"Kendati penelitian ini belum optimal sesuai dengan TOR yang diminta KPU, hasil penelitian ini tetap dapat digunakan untuk pemetaan prilaku pemilih secara umum untuk memerediksi Pilkada serentak di Bali pada 9 Desember 2015 mendatang,"  jelas Prof I Nyoman Budiana, saat dikonfirmasi usai 'Gelar Hasil Riset dan Pemetaan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu 2014' di Kantor KPU Bali, Selasa (20/10).

Pada kesempatan tersebut, Prof Budiana dipercaya sebagai narasumber. Ia menjelaskan, upaya yang dilakukan oleh KPU merupakan proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai hasil-hasil penelitian yang ditemukan. Dari hasil penelitian itu, akan ada langkah atau tindak lanjut yang dapat diambil oleh KPU.

"Dengan begitu, alam demokrasi akan semakin kondusif. Saya mengapresiasi kegiatan ini,” ujar dosen Fakultas Hukum dan Fisipol Universitas Pendidikan Nasional Denpasar ini.

Soal belum optimalnya penelitian ini, Prof Budiana mengatakan, hal itu dilihat dari kacamata pendekatan ilmiah. Apalagi penelitian ini masuk dalam kategori penelitian terapan atau applied research, sehingga yang dikedepankan adalah hasilnya bukan metode sama analisis teoritiknya.

"Dalam kacamata kami, baik penelitian murni (pure research) atau penelitian terapan, yang dikedepankan adalah hasilnya. Apakah data dari hasil penelitian itu sudah cocok atau sesuai dengan metode teoritik yang digunakan. Kalau itu sudah kuat berdasarkan perspektif teori, otomatis peneliti yakin betul bahwa data dan hasil kesimpulan penelitian dapat dipercaya,” jelasnya.

Soal adanya indikasi plagiat atau plagiarism dari hasil penelitian itu, Prof Budiana mengaku tidak menemukan hal tersebut. "Kalau suatu hasil penelitian atau cara-cara yang digunakan sama dengan yang lain dan ditakar atau dicek menggunakan alat yang meneliti plagiarism, tidak boleh sama lebih dari 20 persen. Bilamana lebih dari 20 persen, berarti mengarah pada plagiarism. Dari hasil penelitian ini, saya tidak temukan adanya indikasi plagiarism,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua KPU Provinsi Bali Dewa Raka Sandi yang dikonfirmasi terkait hal ini menjelaskan, meskipun penelitian ini belum optimal sesuai dengan TOR tetapi pada prinsipnya ada upaya dari KPU untuk mendapatkan data-data ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

"Tidak ada hasil penelitian yang sempurna. Tetapi melalui evaluasi sepertri ini, jika memang masih ada kekurangan-kekurangan kita akan perbaiki ke depan,” ucapnya.

Apa yang dilakukan KPU Bali saat ini, diakuinya untuk melihat dan menilai hasil penelitian serta memberikan komentar dan masukan konstrukstif ke depan. Apalagi, selama ini KPU fokus pada penyelenggaraan tahapan saja. Padahal KPU juga memerlukan data-data serta sumber-sumber ilmiah yang bisa dijadikan salah satu sumber, selain sumber-sumber lain dalam rangka perbaikan-perbaikan penyelenggaraan pemilu.

"Kami mendorong penelitian-penelitian ini, sehingga ke depan setiap pernyataan dari KPU tidak bersifat spekulaitf atau opini, tetapi berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan oleh kampus-kampus. Ini merupakan salah satu jembatan untuk mengangkat fakta-fakta yang ada di lapangan melalui penelitian ilmiah,” pungkasnya.san


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER