Soal Heliped, Management DTW Jatiluwih Tegaskan Hanya Center Point

  • 22 April 2019
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 2013 Pengunjung
suaradewata

Tabanan, suaradewata.com -Mencuatnya di media terkait pemberitaan keberadaan heliped di DTW Jatiluwih membuat Management DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa menggelar konferensi pers di Restoran Gong Jatiluwih Penebel, Senin, (22/04/2019). Dalam konferensi Pers tersebut pihak management DTW Jatiluwih menegaskan bahwa tempat tersebut bukanlah heliped melainkan center point.

Menurut Sutirtayasa, tempat tersebut bukanlah heliped melainkan  tempat tersebut adalah center point. Center Point yang dimaksud adalah tempat titik kumpul para wisatawan untuk mengabdikan foto dan juga disana terdapat tempat informasi center.  

"Tempat itu menjadi titik temu bagi wisatawan supaya menjadi aman dan untuk mendapatkan informasi agar tidak terganggu," terang Sutirtayasa. 

Center Point tersebut dibuat pada pertengahan bulan Agustus tahun 2018. Dimana lahan yang digunakan adalah lahan tidur yang tidak tertata dengan baik. Apabila ada kondisi emergency yang menimpa wisatawan, center point itu bisa digunakan untuk pendaratan helikopter dari SAR untuk kemanusiaan. Lantaran dalam situasi emergency, wisatawan asing membutuhkan pertolongan cepat dan waktu yang cepat menuju Rumah Sakit berkelas internasional di Bali.  

"Ya mungkin pemakaian heliped itu tidak sesuai, tujuan pembangunan itu bukan heliped, tujuannya untuk center poin, cuma kadang kadang obyek wisata yang memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan," ucapnya. 

"Namanya alam kita tidak tahu kejadian kejadian tidak diduga karena perbandingannya menuju rumah sakit di Denpasar memerlukan waktu 2,5 jam,  kalau dengan Tim SAR bisa membutuhkan waktu 15 menit menuju rumah sakit, terkadang tamu memilih Rumah Sakit di Denpasar bila terjadi hal hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Dalam pembuatan center point ini, sebelumnya sudah ada kesepakatan-kesepakatan dari pemilik tanah dan pengelola lahan. Selain itu juga ada kesepakatan dari penyanding yang ada disekitar center point tersebut.

"Kita melakukan penataan dan tidak boleh ada pembangunan disana, center point kan tidak ada bangunannya hanya landscape saja dan juga ada tempat informasi disana," paparnya.

Ketua I Badan Pengelola DTW Jatiluwih, I Nengah Kartika yang juga sekaligus Perbekel Desa Jatiluwih dalam konferensi pers tersebut mengatakan tempat itu dari segi dan fungsi itu ada dwi fungsi. Selain tempat untuk berkumpul para wisatawan, tempat itu juga sebagai tempat emergency.  DTW Jatiluwih berada di daerah pegunungan. Ketika ada emergenzy bisa dipergunakan pendaratan tim SAR dan itu tidak dikomersilkan.  "Kita tata dan buat taman disana," ungkap Kartika. 

Kartika menambahkan, apapun yang dilakukan dan dilaksanakan itu tetap berdasarkan duduk bareng musyawarah mufakat diantara lembaga, bahkan sudah ada bukti-bukti kesepakatannya. Dengan begitu ia berharap perlunya Pemerintah Pusat terkait warisan budaya dunia ini.  Bahwa di Jatiluwih sering ngomong masalah akses jalan, apabila sudah menjadi warisan budaya, jalan akses masuk ke Jatiluwih diharapkan jalannya naik kelas. Bila perlu menjadi jalan nasional sehingga para wisatawan merasa nyaman dan aman saat berkunjung ke DTW Jatiluwih.

"Pada hari ini, kita disini mewujudkan visi dan misi Pemerintah Kabupaten mewujudkan pariwisata bersinergi dengan pertanian dalam arti luas, bukan sawahnya saja, ada perternakan ada perikanan, juga ada agro wisata dan spritual wisata, karena wilayah kita ada wisata religius," imbuhnya. 

Asisten I Pemkab Tabanan I Wayan Miarsana yang hadir dalam konferensi pers tersebut mengatakan terkait wacana tentang heliped ini Pemerintah Kabupaten Tabanan tidak pernah mengeluarkan ijin terkait heliped. "Managemen tidak pernah mengajukan heliped dan itu adalah center point," ucap Miarsana. 

Sementara, Sekda Kabupaten Tabanan I Gede Susila pada kesempatan tersebut mengatakan pada intinya Pemerintah Daerah sangat komit terhadap Warisan Budaya Dunia (WBD) ini, apabila tidak komit dengan pariwisata akan keblabasan nantinya. Wisatawan datang ke DTW Jatiluwih karena warisan budaya daerahnya. 

"Kemarin muncul ada riak riak kecil itu tentang heliped, ini sudah sangat cepat kita respon, pada intinya Ibu Bupati memerintahkan jajaran dibawah untuk menjaga WBD ini, dan disisi lain juga pariwisata tidak mengganggu WBD ini, jadi WBD dan DTW bisa saling menjaga 

dan bisa sama sama jalan dan tidak ada yang dilanggar," ungkap Susila. 

"Saya denger tempatnya bukan sawah berair, kalau misalnya hal hal yang kedaruratan, ini lapangan (di sekitar Jatiluwih) bisa dimanfaatkan seandainya ada kedaruratan wisata yang sakit dan tidak mesti ditempat itu," jelasnya.ang/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER