Tak Bergantung Listrik PLN, Warga Sambangan Nikmati Listrik Gratis

  • 18 Maret 2018
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3838 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com– Mimpi memiliki listrik gratis tentunya menjadi harapan banyak masyarakat khususnya di pedesaan terpencil. Hal yang sama pun berlaku pada Gede Pasek, warga Banjar Anyar, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, yang bertahun-tahun telah mewujudkan mimpi tersebut.

“Saya lupa tahun berapa tepatnya, sekitar tahun dua ribuan mulai membuat sendiri kincir air untuk listrik di rumah. Awalnya sekitar tahun 2000 masih ikut anggota kelompok Kedu (Nama daerah kini Dusun Mekar Sari, Desa Panji). Akhirnya keluar lalu bikin sendiri sampai sekarang,” ujar Pasek dikonfirmasi suaradewata.com, Minggu (18/3/2018).

Menurutnya bapak dari tiga orang anak ini, tak terlalu banyak biaya yang dikeluarkan saat membuat listrik tenaga kincir air. Yang dahulu, lanjutnya, hanya membeli beberapa peralatan bekas dan di rakitnya tanpa bantuan siapapun.

Pasek yang kini tinggal sebatangkara pasca istrinya meninggal dunia sekitar tiga tahun lalu pun mengaku tak pernah menikmati listrik milik PLN sejak ia tinggal dirumah yang ditempatinya kini. Sebab sebelum memiliki listrik sendiri, lanjutnya, ia pun bergabung dengan kelompok pengadaan listrik bertenaga air.

“Potensi air desa tempat tinggal saya sangat besar dan tidak pernah kekurangan air walau musim kemarau. Setiap hari air selalu mengaliri sungai dan tidak pernah berhenti. Dan sejak bergabung dengan kelompok di daerah Kedu pun saya sudah berpikir nantinya harus punya sendiri listrik dari kincir air,” kata Pasek mengenang keberadaan listrik gratis di rumahnya.

Dikatakan, tegangan listrik yang mengalir ke rumahnya mencapai 3000 Watt yang bersumber dari putaran dynamo bekas serta terpasang pada kincir di sungai sebelah barat rumahnya. Dynamo bekas itu pun dibelinya seharga Rp500 ribu dan hampir dua tahun sekali baru mengalami kerusakan.

Lalu, apakah ada kendala selama menggunakan listrik buatan sendiri?

Pasek mengatakan, tidak ada kendala yang signifikan terkait dengan penggunaan listrik buatannya sendiri.  Listrik yang menggunakan tenaga air untuk memutar kincir tersebut pun disebut jarang mati kecuali putus pada bola lampu ketika aliran air tersendat.

“Sekarang saya pakai untuk dua rumah. Dan jika ada sampah, baru arus listrik akan bermasalah pada tegangannya. Karena harus dibersihkan dulu sampah yang menghambat masuknya air ke pipa berdiameter setengah dim. Sekarang sudah ada warga yang suka membersihkan karena lokasi rumahnya lebih dekat ke kincir air daripada rumah saya,” kata Pasek.

Hal senada pun disampaikan Ketut Mangku, warga yang menggunakan listrik dari kincir air buatan Gede Pasek. Selain lampu yang terus menyala siang dan malam, ia pun mengatakan tidak pernah mengalami gangguan apapun pada siaran televisi dan alat masaknya yang menggunakan tenaga listrik buatan pasek.

Ia pun mengaku hanya membersihkan pipa saluran air yang ditutupi sampah ketika lampu rumah mulai redup alias tegangan listrik berkurang. Pasalnya, tidak semua aliran air di sungai yang mereka gunakan untuk menggerakan kincir air buatan sendiri.

“Air masuk ke dalam pipa kecil lalu dialirkan ke kincir. Jika di ujung pipa ada sampah, otomatis aliran air yang masuk ke pipa pasti berkurang sehingga perlu dibersihkan. Air dalam pipa itu yang menggerakan kincir serta memutar dynamo lalu menghasilkan listrik. Makanya, saya kadang bersyukur tidak pernah bayar listrik dan hanya cukup menumpang milik pak Pasek saja sambil membersihkannya setiap ada sampah yang menyumbat pipa,” pungkas Mangku.adi/rat


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER