Masih Trauma, Keluarga Korban Pencabulan, Bingung Bayar Biaya Dokter

  • 09 April 2017
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 9389 Pengunjung
suaradewata.com

Tabanan, www.suaradewata.com – Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah itu pas buat menggambarkan siswa SMP,13 sebut saja namanya Bunga (nama samara) asal kecamatan Kediri ini. Bagaimana tidak setelah trauma lantaran mendapat perlakuan tidak senonoh, kini keluarga korban juga harus menanggung biaya pemeriksaan dokter baik visum sebesar Rp. 100 ribu dan biaya konsultasi ke dokter psikologis sebesar Rp. 250 ribu. Pasalnya korban dan keluarganya termasuk keluarga kurang mampu.

Saat disambangi www.suaradewata.com di rumahnya di wilayah kecamatan Kediri, Tabanan, Minggu, (09/04/2017) Bunga yang masih duduk di bangku SD itu mengaku trauma dan makan pun tidak teratur. Diapun kembali menceritakan perlakuan yang dialaminya oleh IK,36 yang merupakan pemilik salon Ira yang belokasi di Kecamatan Kediri. Saat menunggu ibunya di warung lalapan Bunga mengaku didatangi pelaku yang merupakan “bos” ibunya. Pelaku kala itu kata dia menanyakan apakah sudah punya pacar, lalu dirinya menjawab belum punya pacar. Selanjutnya pelaku menanyakan nomer hp dan kembali dijawab tidak punya Hp. Akhirnya pelaku mengajak dirinya ke belakang salon dan disuruh masuk ke gang. "Saya dirayu dan ditanya apakah sudah punya pacar, saya jawab belum, terus nanya nomer hp saya, saya jawab ndak punya Hp, lalu saya langsung diajak kebelakang, tak kira diajak kebelakang mencari anaknya untuk bemain," tutur korban polos. 

Saat memasuki gang itulah, Bunga mengaku kaget dan bertanya kepada pelaku mengapa diajak ke gang. Tidak sempat menjawab pertanyaan dirinya, pelaku langsung memaksa mencium dirinya meski sempat ditolak. Begitu juga saat pelaku mengisap buah dada bagian kirinya. Setelah itu dirinya disuruh menghisap kemaluannya pelaku. "Saya sudah menolak, karena Dia maksa ya saya pasrah, setelah diisap langsung keluar…., lalu Dia nyuruh saya buka celana, setelah itu ibu manggil manggil saya, kalau ibunya gak memanggil saya, gak tahu apa yang terjadi nantinya," terangnya.

Dipihak lain ayah korban yakni WS, 34 yang berprofesi sebagai petani mengaku kaget atas apa yang menimpa anaknya. Terlebih istrinya baru sekitar seminggu kerja freeland di salon tersebut. Diapun mengaku pasrah dan menyerahkan semuanya kepada aparat menegak hukum. ”Kami ini orang miskin, kami hanya berharap pelaku dihukum sepantasnya dan kami serahkan sepenuhnya diserahkan ke pihak berwajib,” ucap WS.

Dibalik itu pihak keluarga juga mengeluhkan setelah keluargnya tertimpa masalah masih dikenakan biaya ini dan itu. Dia menuturkan saat diantar petugas ke rumah sakit pihak keluarga dibebani biaya visum Rp. 100 ribu. Begitu juga saat diajak konsultasi ke dokter psikologis pihak keluarga dibebankan biaya konsultasi sebesar Rp. 250 ribu. “Biaya visum sudah kami bayar 100 ribu, namun biaya konsultasi ke dokter psikologis sebesar 250 ribu belum kami bayar karena kami tidak punya uang,” ucapnya. Dia mengaku keberatan dengan masih dikenakannya biata tersebut, lantaran keluarganya merupakan keluarga miskin dan masih bingung untuk membayarnya. Ang/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER