Wiryatama: Baru Muncul Spanduk Kok Takut?

  • 28 Desember 2016
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 11885 Pengunjung
suaradewata.com

Denpasar, suaradewata.com - Ketua DPD PDIP Provinsi Bali Wayan Koster, boleh saja mengklaim bahwa dirinya sudah mendapat restu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri untuk melakukan sosialisasi Koster Bali Satu (KBS). Namun sebelum rekomendasi untuk Pilgub Bali 2018 diteken Megawati, segala kemungkinan masih bisa terjadi.

Apalagi sejauh ini, arus bawah PDIP juga tak satu suara menyatakan dukungan bagi KBS. Di beberapa lokasi, justru muncul dukungan untuk beberapa nama lainnya sebagai calon gubernur Bali dari PDIP. Di Tabanan misalnya, bertebaran spanduk ABS (Adi Bali Satu), sebagai dukungan bagi Nyoman Adi Wiryatama untuk maju sebagai calon gubernur Bali.

Menariknya, kemunculan spanduk ABS ini membuat kubu Koster mulai was-was. Itu sebabnya, Koster memasang kuda-kuda, salah satunya dengan mengklaim telah mendapat restu dari Megawati. Hanya saja, jurus Koster ini malah memantik reaksi dari Adi Wiryatama, yang juga mantan Sekretaris DPD PDIP Provinsi Bali.

"Pemasangan spanduk ABS itu murni aspirasi masyarakat. Saya sendiri, satupun tidak buat spanduk. Dan saya berterima kasih atas dukungan tersebut. Saya tampung aspirasi itu," kata Adi Wiryatama, saat dikonfirmasi di Denpasar, Selasa (27/12).

Walau dukungan arus bawah cukup kencang, ia mengingatkan bahwa di PDIP ada mekanisme tersendiri. Dan selaku kader, dirinya siap untuk tunduk pada apapun yang menjadi keputusan partai.

"Kita di partai ada proses. Mari kita hormati proses itu, sehingga demokrasi dapat berjalan dengan baik. Dan ingat bahwa, untuk mencari pemimpin terbaik itu juga butuh proses. Dan saya selaku kader, akan selalu tunduk pada keputusan partai. Apapun keputusan partai, saya siap. Saya disuruh maju, siap. Saya disuruh tetap di sini, siap. Saya disuruh pulang tidur, siap. Asal itu keputusan partai. Bukan opini pribadi," tandasnya.

Khusus untuk bertarung di Pilgub Bali 2018, Adi Wiryatama mengaku telah siap segalanya. "Intinya saya siap. Sudah siap apa saja. Semua siap," ujar mantan bupati Tabanan dua periode itu.

Disinggung soal pernyataan Koster, bahwa Koster ditugaskan Megawati untuk komunikasi dengan dirinya terkait pencalonan di Pilgub Bali, Adi Wiryatama membenarkannya. Hanya saja ada kesan, ia kurang yakin dengan klaim Koster yang sudah mendapat restu dari Megawati.

"Itu sudah disampaikan kepada saya. Katanya Bu Mega sudah panggil dia (Koster, red). Itu sah-sah saja, Bu Mega ketemu dia. Saya juga sering ketemu Bu Mega. Tetapi itu dalam koridor partai. Bukan urusan saya dengan Bu Mega atau Pak Koster dengan Bu Mega. Karena itu, biarkan saja di bawah berproses. Kan ada Rakercab, ada Rakerda. Jangan dipotong dulu," tuturnya, seakan menyindir Koster yang mengklaim telah mendapat restu sementara proses di bawah belum jalan.

Jika dari proses di bawah Koster yang dimunculkan, maka Adi Wiryatama memastikan akan mendukung hal itu. "Tetapi kalau bukan Pak Koster, Pak Koster juga wajib dukung siapapun yang ditugaskan partai untuk menjadi calon gubernur. Itu sudah aturan di PDIP," tegas Adi Wiryatama.

Menariknya, ia juga menyoalkan adanya deklarasi yang dilakukan sebelum adanya rekomendasi dari partai. "Kalau deklarasi itu duluan, kan aneh. Mestinya deklarasi setelah ada rekomendasi partai," ucapnya.

Ia menduga, deklarasi dini ini dilakukan Koster dalam rangka memotong langkah kader lainnya. Selain itu, deklarasi dilakukan Koster sejak awal, setelah mencermati kemunculan dukungan bagi nama lain selain Koster.

"Saya sampaikan, pendukung saya juga fanatik di daerah saya. Dan saya nyatakan siap. Siap ditugaskan partai. Ditugaskan untuk maju, siap. Ditugaskan jadi ketua tim, siap. Ditugaskan duduk di rumah, siap. Jadi gak perlu ditakuti. Kenapa harus ditakuti? Kok kader sendiri ditakuti? Baru muncul spanduk kok takut. Saya kan sama-sama kader juga seperti dia, punya hak dan kewajiban yang sama," pungkas Adi Wiryatama. san/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER