Setara Institute Tuding Ada Pembiaran Praktik Intoleransi

  • 15 November 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 2145 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Ketua Setara Institute, Hendardi, menyayangkan terjadinya peristiwa pelemparan bom di Gereja Oekumene Samarinda, pada 13 November lalu. Menurut dia, pelemparan bom yang dilakukan oleh anggota kelompok jihadis itu membuktikan adanya pembiaran atas praktik intoleransi di negeri ini.

"Praktik pembiaran atas intoleransi terhadap kebebasan beragama/ berkeyakinan, telah menjadi medium recovery kelompok jihadis melakukan aksi-aksi teror, melakukan radikalisasi publik, dan merekrut aktor-aktor baru yang dengan pandangan keagamaan sempit memilih jalan kekerasan," kata Hendardi, dalam siaran pers yang diterima suaradewata.com, di Denpasar, Selasa (15/11).

Setara Institute, menurut dia, mengutuk keras pemboman tempat ibadah itu. "Setara Institute juga turut berduka dan berbela sungkawa atas jatuhnya korban luka dan anak yang meninggal akibat aksi tersebut," ucapnya.

​Hendardi menambahkan, peristiwa pemboman di Samarinda ​adalah momentum bagi pemerintah untuk mempercepat langkah menyusun kebijakan komprehensif, dalam menangani kasus-kasus intoleransi yang merupakan soft terrorism dan berpotensi atau rentan bertransformasi menjadi gerakan radikal.

"Mereka yang menjadi aktor jihad adalah orang-orang yang telah melampaui pandangan intoleran, melakukan aksi-aksi intoleran, dan untuk mencapai kepuasan aksinya dengan melakukan teror," tegas Hendardi.

Bagi Hendardi, aksi-aksi intoleransi atas dasar agama dan ras harus diatasi dengan berbagai pendekatan. Mulai dari pendekatan politik, sosial, dan hukum, sehingga selain mempertegas rule of law di Indonesia, juga mencegah terjadinya kekerasan baru dan disintegrasi bangsa.

Aparat kepolisian, lanjut Hendardi, juga dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan dan kinerjanya dalam mendeteksi setiap potensi terorisme. Demikian juga Kementerian Hukum dan HAM, harus memastikan ketersediaan sistem pemasyarakatan atas warga binaan efektif berkontribusi pada terjadinya kekerasan baru.

"Tindakan kejahatan yang dilakukan oleh seorang residivis, menunjukkan bahwa sistem pemasyarakatan dan deradikalisasi atas aktor-aktor teroris belum berjalan efektif," pungkas Hendardi.San/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER