Sekretaris DPC PDIP Buleleng Tuding “Rekayasa” Wartawan

  • 22 Juni 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 5007 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com – Spanduk yang terpampang besar di sebuah posko depan sekretariat DPC PDIP Buleleng akhirnya dicabut keberadaannya, Rabu (22/6). Ironisnya, Sekretaris DPC PDIP Buleleng yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD kabupaten setempat yakni Gede Supriyatna membantah posko yang berhias atribut parpol tersebut merupakan milik DPC.

“Masalah posko itu kita kan tidak tahu. Yang jelas posko itu bukan DPC PDI Perjuangan yang buat. Posko itu sudah ada sebelum sekretariat pindah dari jalan menuju Pantai Penimbangan Panji ke sana (Sekretariat sekarang di Jalan Gajah Mada Singaraja),” ujar Supriyatna.

Menurutnya, posko tersebut dibuat oleh penduduk yang tinggal di sekitar kawasan sekretariat DPC PDIP jalan Gajah Mada dan kemudian menyebut nama Jantuk sebagai pembuatnya. Dikatakan, yang disebut posko tersebut dikatakan awalnya adalah dalam istilah Bali dikenal dengan sebutan “bale” atau tempat yang biasa untuk istirahat.

Walaupun telah berkhiaskan sejumlah atribut partai seperti bendera lambang partai PDIP serta sebuah poster yang salah satu tergambar tokoh PDIP yakni Megawati Sukarno Putri, namun Supriyatna mengaku masih belum mengetahui kejelasan status posko tersebut diperuntukan kepada siapa.

“Kan kita nggak jelas karena itu bukan, katakanlah posko PDIP. Itu kan memang pintu masuk ke sekretariat. Bukan sekretariat sih yang sebetulnya punya jalan itu. Jalan itu dari beberapa rumah yang ada di atas,” kata Supriyatna sembari berkata terbata-bata.

Jalan yang dimaksud Supriyatna adalah deretan anak tangga yang menjadi jalur naik menuju kawasan sekretariat dan tepat berada di sebelah posko yang moyoritas dicat dengan warna merah serta berisi atribut bendera PDIP.

Supriyatna pun mengaku telah melakukan pengecekan kepada staf di sekretariat yang ternyata tidak mengetahui keberadaan spanduk bertuliskan “Salam Sakit Hati” itu. Sehingga, lanjutnya, keberadaan spanduk tersebut pun memang tidak dilaporkan terkait ketidak-tahuan staf awalnya.

"Kami memang tidak mengetahui siapa yang memasang spanduk itu, pengurus kami juga tidak ada yang mengetahui, karena posisinya dibawah Sekretariat kami. Kami tahu, kan dari media yang menanyakan kemarin. Spanduknya memang sudah dicabut kemarin malam (21/6)," kata Supriatna.

Ironisnya, Supriyatna sempat menuding pemasangan spanduk itu merupakan rekayasa dari oknum yang tidak bertanggung jawab dengan wartawan yang meliput spanduk. Dimana, lanjutnya, wartawan dikatakan telah diberitahukan oleh oknum pemasang spanduk tersebut lalu kemudian mendatangi tempat pemasangan dan melakukan peliputan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, spanduk bertuliskan “Salam Sakit Hati” tiba-tiba muncul di posko PDIP yang tepat berada di depan bangunan sekretariat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) partai besutan Megawati Sukarno Putri di Buleleng itu.

Munculnya spanduk tersebut pun seiring folemik yang muncul di internal PDIP Buleleng atas pencalonan Dewa Nyoman Sukrawan yang merupakan salah satu kader terbaik di PDIP asal Buleleng.

Pencalonan Sukrawan yang maju melalui jalur independen pun menuai sejumlah selentingan miring yang menghembuskan ancaman sanksi pemecatan politisi asal Desa Bungkulan tersebut dari PDIP. Yang saat ini, selain mencalonkan diri dari jalur independen dan dipastikan akan bertarung dengan paket petahana dari PDIP Buleleng yakni Putu Agus Suradnyana – Nyoman Sutjidra, Sukrawan juga masih menjabat sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai yang sama.

Sukrawan pun konon disebut salah satu lawan kuat dari paket petahana karena selain pernah menjabat jadi Ketua DPRD Buleleng, Sukrawan pun pernah tampil menjadi calon Wakil Gubernur Bali ketika Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia yakni AA Ngurah Puspayoga bertarung memperebutkan kursi Gubernur Bali.

Tak hanya itu, Sukrawan yang didesak untuk maju sebagai Bupati Buleleng oleh pendukung militannya konon telah berhasil menguasai sejumlah anak ranting di hampir seluruh wilayah kecamatan.

Bahkan, dalam pemberitaan sebelumnya tegas disampaikan bahwa tidak ada siapapun yang akan menghalanginya untuk maju sebagai pemimpin Buleleng di tahun 2017 termasuk partainya sendiri yakni PDIP. Sebab disela wawancara dengan sejumlah awak media, Sukrawan menyebut bahwa karir politik yang ia mimpikan adalah memimpin dan mensejahterakan daerahnya sendiri yakni Kabupaten Buleleng.

Sukrawan yang maju berpaket dengan Gede Dharma Wijaya bahkan telah menggagas tiga program kepemimpinannya kelak dan dikenal dengan Program Tri Datu.

Namun, politisi yang akan bertarung untuk menduduki kursi Bupati Buleleng dalam Pilkada tanggal 15 Februari 2017 ini pun sempat mengaku sengaja untuk tidak sering muncul ke hadapan publik media. Hal tersebut ditegaskan Sukrawan untuk memperkecil konflik yang berpotensi muncul dari massa yang ada di bawah.

“Saya begitu faham posisi saat ini. Jika kemunculan saya berujung konflik, lebih baik saya diam dan terus bergerak. Daripada harus muncul ke publik media namun malah menyebatkan konflik. Biarkan masyarakat Buleleng yang menilai dan itu yang menurut saya lebih penting daripada muncul terus di media publik,” paparnya beberapa waktu lalu di sebuah tempat pertemuan kawasan Baruna, Desa Pemaron.

Dalam pertemuan tersebut pun turut dihadiri oleh mantan Wakil Bupati Buleleng yakni Made Arga Pynatih dan Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng, Dewa Nyoman Puspaka.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER