Bersama Koalisi, “Hanura” Siap Head To Head Lawan PDIP

  • 07 Maret 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 5171 Pengunjung
suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com – Potensi pertarungan politik dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Buleleng Februari 2017 tampaknya mulai mengerucut kearah pertarungan antar dua pasang kandidat alias Head to Head.  Bukan hanya harapan partai Golongan Karya (Golkar) dan Demokrat yang sudah mewacanakan kesiapan, partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pun tampaknya mulai siap “pasang badan” menghadapi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Bukan hanya siap pasang badan melawan PDIP dalam Pilkada 2017, beberapa politisi Hanura pun memandang dari sudut politik terkait posisi Hanura yang harus meloloskan calon kandidat sebagai Wakil Bupati (Wabub) ketika sudah terbentuk koalisi partai.

Hal tersebut diungkap Wakil Ketua partai Hanura, I Kadek Doni Riana, yang mulai angkat bicara terkait persiapan internal tuk menjagokan salah satu kader organisasi politik besutan mantan Panglima TNI di era tahun 1998, Jendral TNI (Purn) Dr. H. Wiranto.

“Sudah mulai dilakukan penjajakan serta mempersiapkan kader Hanura yang akan maju. Tapi dalam situasi saat ini, mungkin menurut hemat saya lebih tepat sebagai Wakil Bupati.  Tapi ini baru sebatas peta sementara melihat kondisi pembangunan Buleleng yang membutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) handal serta betul-betul bekerja untuk program Bupati di tahun 2017,” ujar Doni, Senin (7/3).

Tapi, lanjutnya, itu baru sebatas pemikiran yang masih perlu dibahas lebih tajam lagi setelah dilangsungkan Musyawarah Cabang (Muscab) Hanura Buleleng. Namun, Doni mengakui keberadaan Hanura yang masih memerlukan koalisi dengan gerbong politik lain untuk masuk verifikasi dan bertanding di Pemilukada 2017.

Pasalnya, lanjut Doni, untuk melawan suara PDIP yang prosentasenya mengantongi angka 33,33 persen kursi legislatif tentu wajib dipikirkan secara matang. Pasalnya, belum ada koalisi yang memastikan terintegrasi sebagai rival PDIP dalam Pilkada 2017 nanti.

“Tapi saya sangat optimis jika partai-partai lain di luar partai yang mendapat kursi mayoritas di parlemen (PDIP, red) akan menjadi suatu kekuatan besar untuk menang dalam pesta demokrasi Pilkada Buleleng 2017 nanti,” kata Doni.

Untuk menjadi kekuatan besar yang nantinya menjadi rival PDIP, Doni mengaku harus dilakukan konsolidasi guna menyatukan persepsi terlebih dahulu. Dan untuk konsolidasi politik tersebut, Doni menyadari gerakan bawah tanah yang mulai dilakukan sejumlah kalangan elit politik walau masih prematur alias belum jadi wacana resm organisasi.

Ketika disodorkan nama calon kandidat dari Independen, Doni mengaku itu mungkin saja bisa terjadi. Namun, lanjutnya, dukungan tersebut tentu diharap tidak mengganggu tujuan daripada koalisi dalam menghadapi PDIP nanti.

Hal itu mengigat munculnya Dewa Nyoman Sukrawan yang sangat berpotensi untuk maju dari calon kandidat Bupati dari calon independen. Doni pun mengakui pamor Sukrawan yang masih mengakar di masyarakat Bali Utara setelah sempat duduk dalam dua periode sebagai Ketua DPRD Kabupaten Buleleng.

“Dalam percaturan politik, semua bisa terjadi. Rekomendasi yang sudah dipegang bisa dicabut atau dibatalkan. Tentu dengan pertimbangan internal partai dan hal tersebut sah saja sepanjang tidak menimbulkan kekisruhan khususnya internal kader di tingkat ranting,” papar Doni.

Kondisi tersebut mengingatkan Pilkada Kabupaten Tabanan 2010 silam yang sempat mengalami kekisruhan di internal partai berlambang kepala banteng moncong putih. Dimana, rekomendasi yang sudah jatuh di tangan Wayan Sukaja kemudian dicabut lalu digantikan oleh Bupati Tabanan yang menang dua periode Pilkada di bumi Lumbung Padi, yakni Ni Putu Eka Wiryastuti.

Dikomfirmasi terkait dirinya yang kian santer dibicarakan untuk maju sebagai calon Kandidat Wakil Bupati, Doni dengan enteng mengaku hal tersebut wajar saja menjadi dinamika isu politik jelang Pilkada. Namun, ia pun mengaku siap seandainya diberikan mandat oleh koalisi untuk menduduki posisi tersebut.

“Jangankan menjadi calon, menjadi Wabub pun saya siap. Tapi tentu harus sesuai mekanisme yang jelas dan merupakan kesepakatan bersama dalam pembahasan internal koalisi bung,” ungkap Doni dengan senyum ramahnya.

Akan tetapi, Pengacara yang berkantor di Jalan Ahmad Yani Singaraja ini pun terlihat optimis ketika disodorkan sebagai calon kandidat Wabub yang dipasangkan dengan Sukrawan.

Menurutnya, siapapun yang diusung oleh koalisi tentu sudah wajib siap menjalankan tujuan bersama dari partai-partai yang nantinya bersatu. Dikatakan, bukan masalah siap atau tidak yang seharusnya lebih dikedepankan melainkan mampu atau tidak dalam mempertahankan barisan hingga menang dan mempertahankan tujuan berrsama.

Mengenai gerakan bawah tanah sejumlah politisi Hanura yang sudah santer dibicarakan akan mengarahkan dukungan ke PDIP, Doni mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut.

“Yang namanya elit politik tentunya merupakan hal yang wajar ketika membicarakan tentang percaturan politik jelang Pilkada. Itu sudah lazim terjadi dan hal yang biasa. Tapi tentunya keputusan organisasi adalah kunci dan sebuah harga mati yang wajib dijalankan. Terlepas suka atau tidak, ideologi dan loyalitas terhadap partai tentu wajib dilaksanakan. Yang tidak suka, tentu ada konsekuensi terlebih melawan keputusan koalisi,” pungkas Doni.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER