Dinsos Buleleng: Ada Aturan Untuk Menghimpun Bantuan Bencana Dari Masyarakat

  • 29 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3296 Pengunjung

Buleleng, suaradewata.com  Kondisi pasca bencana yang berlangsung di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, cukup menarik perhatian sejumlah organisasi non pemerintah. Aksi mengumpulkan sumbangan pun mulai dilakukan kepada pengguna disejumlah ruas jalan Kota Singaraja. Ironisnya, beberapa kelompok yang turun pun tidak melaporkan kegiatan mereka ke pihak terkait. Seharusnya seperti apa?

“Sebenarnya memang wajib lapor ke kami. Itu ada aturannya dan tidak bisa sembarangan mengumpulkan bantuan dari masyarakat terlebih itu adalah uang tunai. Sampai saat ini belum ada pihak yang melapor ke kami dan akan coba ditelusuri nanti,” ujar Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Ni Nyoman Ardani, Jumat (29/1).

Menurutnya, aturan untuk menghimpun sumbangan kepada dan dari masyarakat untuk korban bencana alam merujuk pada UU No 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang (PUB). Selain juga Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan dan Kepmensos RI No 56/HUK/1996 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarakat.

Bahkan, pengumpulan yang dilakukan secara online pun telah diatur dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015. Teknisnya ada di Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 tahun 2014.

Dikatakan, organisasi yang menghimpun sumbangan pun harus mendapat izin dari pejabat berwenang. Itupun setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam aturan perundang-undangan yang berlaku. Dimana, lanjutnya, sebelumnya harus ada bentuk permohonan tertulis kepada Menteri Sosial melalui Dinas Sosial di tingkat Kabupaten atau provinsi.

Selain itu, lanjutnya, organisasi yang dapat melaksanakan kegiatan pengumpulan sumbangan dari masyarakat pun bukan sembarang organisasi. Permohonan harus menyertakan legitimasi organisasi atau yang telah memeliki badan hukum serta Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang disahkan oleh Notaris.

Menurutnya, tidak sedikit kasus pengumpulan dana dari masyarakat yang ujungnya menyisakan permasalahan terutama dalam penyalurannya. Bahkan, ada juga beberapa oknum yang kerap kali memanfaatkan kesempatan dibalik penderitaan masyarakat korban bencana alam. Sehingga, aturan tersebut berguna untuk kemungkinan buruk atas suatu itikad sosial kelompok yang awalnya beritikad baik dan ingin membantu korban bencana.

“Ia kalau betul sumbangan dari masyarakat disalurkan, tapi jika tidak atau hilang sebagian, tentu hal itu akan menimbulkan masalah terhadap kepercayaan masyarakat. Malah nantinya menjadi sebuah persepsi buruk yang muncul ketika ada bantuan yang disalahgunakan. Sebaiknya daftarkan dulu ke Dinas Sosial dan nantinya pasti akan didampingi pihak Dinas Sosial ketika turun ke lapangan untuk penyerahan bantuan,” papar Ardani.

Di sisi lain, pengumpulan sumbangan oleh sejumlah organisasi untuk korban bencana alam di Kecamatan Gerokgak telah tampak disejumlah ruas jalan Kabupaten Buleleng. Tidak sebatas itu, penggalangan dana pun telah dilakukan hingga ke perkampungan-perkampungan.

Salah satu organisasi yang berhasil dikomfirmasi oleh suaradewata.com adalah Gerakan Pemuda (GP) Anshor Buleleng. Yang melalui Sekertarisnya, Muhammad Sahlan, mengaku telah turun di lima titik kawasan Kota Singaraja. Menurutnya, aksi yang dilakukan tersebut berdasarkan niat organisasi. Pihaknya pun mengaku tidak sendiri karena turut melibatkan beberapa organisasi lain seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Singaraja, Barisan Anshor Serba Guna (Banser), Remaja Masjid Baiturrahman, dan Siswa Madrasah Aliyah (M) At-Taufiq Singaraja.

“Kita membantu sesama, siapapun mereka yang kena bencana kita bantu, terlepas kita tidak membedakan apapun itu latar belakangnya. Kami ingin ikut membnatu saudara kami yang ada di Penyabangan. Kita juga sudah izin ke Polres Buleleng untuk kegiatan ini,” kata Sekretaris GP Anshor Buleleng, Muhammad Sahlan.

Seluruh bantuan yang telah terkumpul rencana akan didistribusikan ke Desa Penyabangan, Sabtu (30/1). Tidak saja sekadar menyalurkan sumbangan, mereka juga akan melaksanakan kegiatan gotong-royong di desa tersebut.

Dikomfirmasi terkait ijin yang didapat untuk mengumpulkan sumbangan, Sahlan mengaku telah berkordinasi dengan pihak Kepolisian Resor Kabupaten Buleleng dan Komando Distrik Militer (Kodim) 1609/ Buleleng.

“Kebetulan kami akan melaksanakan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran, Red) dan waktu ijin untuk acara tersebut, kami juga sudah langsung kordinasi untuk mengumpulkan sumbangan.  Besok (30/1) pun kami bawa bantuan dengan pinjam truk TNI,” papar Sahlan.

Bukan hanya itu, beberapa orang jurnalis yang ada di Buleleng dan tergabung dalam komunitas Jurnalis Buleleng (KJB) yang bekerja sama dengan sebuah stasiun radio swasta di Bali Utara pun turut melakukan aksi sosial dengan mengumpulkan bantuan kepada masyarakat. Bahkan, bantuan yang diperuntukan bagi korban bencana di Desa Musi dan Penyabangan tersebut pun telah berhasil terkumpul dalam bentuk uang tunai sejumlah Rp21 juta serta pakaian bekas layak pakai serta bahan makanan.

Pengumpulan bantuan dari masyarakat dikonsentrasikan ke kantor radio swasta tersebut untuk selanjutnya akan diserahkan kepada korban bencana di Kecamatan Gerokgak.

“Sudah kami koordinasi dengan Kepala Dinsos Buleleng dan dia menyetujui. Besok kita juga pinjam mobil Ranger-nya. Bantuan berasal dari masyarakat, tidak KJB, biar tidak ada egosentris(Menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran (Perbuatan) - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),” ucap President KJB, Ketut Wiratmaja.

Dikonfirmasi terpisah, Perbekel Penyabangan, Made Santika mengatakan, kini sedikitnya ada sekitar 30 kelompok pihak ketiga yang menyalurkan sumbangan ke desanya. Pihaknya juga telah membuat dua posko bencana untuk menampung sumbangan-sumbangan itu.

“Bisa lebih dari 30 juga karena banyak sekali dan sudah saya catat hanya belum belum direkap. Bantuan itu sangat membantu kami terutama sembako untuk konsumsi wargakami yang jadi korban,” katanya.

Terkait dengan kondisi warganya yang menjadi korban bencana banjir bandang pada Minggu (24/1), ia menuturkan masih ada kendala air bersih yang sulit didapat pasca bencana. Pasalnya, sejumlah pipa yang awalnya mendistribusikan air bersih di desa tersebut, kini banyak yang mengalami kerusakan akibat terjangan banjir dan tanah yang longsor.

Pihaknya mengaku mengandalkan pasokan bantuan yang diberikan pihak PDAM Gerokgak untuk mendapat air bersih yang dikonsumsi sehari-hari.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER