Jurnalis Bali Kecam Kekerasan pada Jurnalis di Makasar

  • 15 November 2014
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 1178 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com –Aksi kekerasan terhadap para jurnalis yang liputan demo BBM di Universitas Negeri Makasar (UNM) mendapat kecaman para jurnalis Bali. "Jurnalis itu bukan untuk dipukuli. Jurnalis itu memberikan informasi ke publik," Ketua Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Denpasar, Rofiqi Hasan.

Seperti diketahui dalam kerusuhan itu, 4 orang jurnalis yang tengah melakukan peliputan juga menjadi korban, diantaranya Waldy dari Metro TV, Iqbal (Fotografer Koran Tempo), Asep Iksan (Koran Rakyat Sulsel) dan Arman (MNC TV).

Seperti yang diketahui, polisi mengamuk saat membubarkan aksi BBM yang dilakukan oleh mahasiswa UNM. Dengan membabi buta polisi juga merusak fasilitas kampus.

Hal senada juga disampaikan Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Bali, Putu Setiawan. Ia sangat menyayangkan kasus ini. Menurutnya kekerasan tidak perlu terjadi. Apalagi terhadap wartawan yang sedang bertugas. "Harus dicari tahu pelaku kekerasan serta alasannya. Dan harus diproses sesuai prosedur," paparnya.

Pria yang akrab dipanggil Wawan ini juga meminta semua pihak introspeksi diri dan tidak saling menyalahkan. Sementara Saifullah, kontributor Metro TV Bali mengatakan, segala tindakan kekerasan terhadap wartawan tidak benar. Ia juga meminta tindakan represif polisi juga harus ditindak tegas. "Segala bentuk kekerasan harus ditindak, siapapun pelakunya. Ini bukan persoalan kontributor (wartawan) metro tv yang jadi korban. Tapi ini soal nasib dan perlindungan  terhadap kerja jurnalis," pungkasnya. bb/ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER