Menjaga Keberagaman dan Kedamaian NKRI

  • 12 Juni 2017
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 4409 Pengunjung
google

Opini, suaradewata.com - Aksi solidaritas sejuta lilin di beberapa kotadi Indonesia yang awalnya dipicu oleh vonis duatahun penjara untuk Gubernur DKI Jakarta BasukiTjahaya Purnama alias Ahok yang berlangsungdamai, kini temanya diperluas untuk menjaga keberagamandan kedamaian Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasiladan UUD 1945.Di sejumlah daerah antara lain Jakarta, Denpasar,Medan, Balikpapan, Surabaya, Nusa TenggaraTimur, Sulawesi Utara dan berbagai tempatlain hampir semuanya diisi dengan penyalaan lilin,menyanyikan lagu-lagu nasional dan doa daritokoh lintas agama untuk NKRI damai.Namun demikian tak sedikit beberapa kelompok yang menilai bahwa aksi tersebut juga menunjukkan adanya rasa khawatir,rasa cemas akan sepak terjang kelompokradikal dan intoleran yang ingin mengganti dasarnegara.

Pemerintah dan sebagian besar wargabangsa tentu tidak menginginkan adanyaperpecahandi bumi Nusantara yang hanya karena disebabkanoleh perbedaan suku, agama, ras dan sejenisnya.Kebhinekaan yang merupakan anugerah TuhanYang Maha Esa hendaknya terus dijaga dan dirawatuntuk mempererat persatuan dan kesatuan.Komitmen untuk menjaga kebhinekaanhendaknya menjadi pembelajaran dari semua pihak,khususnya para elit yang sedang mengembanamanat mewujudkan cita-cita kemerdekaanberupa masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.Karena bagaimanapun juga gaduh ini,besar atau kecil ada kaitannya dengan hajatan ataukegiatan politik.

Salah satu tujuan berpolitik adalahuntuk meraih atau merebut kekuasaan. Akantetapi merebut kekuasaan dengan cara- cara yanginkonstitusional hanya akan menimbulkan kegaduhan,bahkan bisa menceraiberaikan bangsaini.Tahun 2018 yang akanmenghelatpilkada serentak di 17provinsi serta 154 kabupaten dan kota, serta tahun2019 yang akan melangsungkan pemilihanpresiden dan wakil presiden serta DPR,DPD maupun DPRD Provinsi, Kabupaten danKota, bukan tidak mungkin apabila hajatan politik ini akanmeningkatkan eskalasi politik di berbagai tingkatan.

Manuver, akrobatpolitik sudah mulai disusun bahkan dimainkanguna memenuhi ambisi kekuasaan.Kita ingin mengingatkan, aksi komitmen menjagaNKRI yang kini muncul di berbagai daerahadalah indikator masyarakat yang sudah tidakbisa dibodohi lagi oleh berbagai manuver yangmengatasnamakan rakyat, bahkan mengatasnamakanagama. Masyarakat sudah muak denganopera sabun politik, dagelan politik, dan politiktanpa etika yang disajikan para elit yang seakanhaus dan rakus akan kekuasaan.

Sulit menemukannegarawan yang benar-benar berpikir untukmasa depan bangsanya. Semuanya serba pragmatisdan transaksional. Tidak malu melakukan korupsidan tidak malu melindungi dan membelayang salah.Harus diakui permasalahan bangsa ini cukupkompleks dan hanya bisa diurai dan ditanganidalam situasi dan kondisi yang tenang dan damai.Kalau setiap saat gaduh dan ribut, bisa dipastikantidak akan menyelesaikan masalah, justrumenambah masalah.Untuk itu, kita berharap komitmen menjaga danmerawat NKRI yang muncul dari warga bangsaini menjadi energi untuk bangkit dan fokusmenyelesaikan masalah yang ada.Menjadikanyang lupa menjadi eling, yang pemarah menjadisabar. Berpikir baru bicara, bukan berbicara baruberpikir.

Fenomena pemberiankarangan bunga yang dikirim berbagai  elemen masyarakat untuk TNI dan Polri belakanganini merupakan bentuk dukungan kepada institusi  tersebut dalam menjaga Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hinggahari ini fenomena ini pun terus mengalir hingga  ke daerah.Hal ini bisa dibaca sebagai indikator keresahansekaligus kekhawatiran banyak pihak terhadapkondisi kekinian negeri tercinta ini. Demikian jugajakan atau gerakan untuk memasang DP (displaypicture) lambang negara Burung Garuda pada layartelepon genggam bisa dimaknai sebagai langkahmengingatkan bangsa ini untuk menjaga keutuhandan kebhinekaan.

Kekhawatiran tersebut tidaklah berlebihan dan memangharus disikapi secara tegas. Mengingat akhir-akhirini dengan mengatasnamakan kebebasanberserikat dan mengeluarkan pendapat, terdapat beberapa kelompokmasyarakat yang hendak memaksakan keinginandengan menggunakan kekuatan massa.Mereka merasa paling benar sehingga apa pun keinginannyaharus dituruti.Unjuk rasa tidaklah dilarang, mengeluarkanpendapat memang dijamin undang-undang. Tetapisemua ada batasannya, ada aturannya, ada etikanya.Sehingga ketika sudah di luar batas kepatutandan melanggar aturan, aparat harus bersikapdan mengambil tindakan tegas.

Sejarah bangsa ini sudahjelas. Dengan ribuan pulau yang membentang dariSabang hingga Meraoke dan dari Miangas hinggaRote, dengan berbagai etnis, suku, agama dan adatistiadat, telah sepakat mengikat diri dalam NKRIdalam kebhinekaan yang berpondasikan Pancasilaserta UUD 1945. NKRI tidak mengenal mayoritasdan minoritas. Dengan demikian tidak bolehada riak-riak yang mengancam keutuhan NKRI danakan mengganti Pancasila. Mari belajar darinegara lain seperti Suriah, Irakdan beberapa negara lain yang porak poranda akibatperseteruan antarwarga bangsa yang berebutkekuasaan. Perang saudara tiada akhir yang membuatsemua menderita, semua tersiksa dan tidakada waktu untuk membangun.

 

Ananda Wijaya (Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia)


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER