Pemerintah Siap Sambut Ramadhan 2015

  • 26 Juni 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3763 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Bulan Ramadhan sebentar lagi datang, bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam di dunia, karena banyak berkah yang akan di dapat di bulan tersebut.  Bulan Ramadhan khususnya di negara Indonesia, kebutuhan akan konsumsi makanan melonjak naik, misalnya kebutuhan akan makanan baik makanan untuk berbuka puasa maupun makanan untuk sahur.  Biasanya menjelang Ramadhan bahan-bahan kebutuhan pokok tersebut akan naik sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhinya  dan menjadi terbebani. Belum lagi adanya permainan para pedagang besar yang nakal, dengan sengaja menyimpan bahan pokok tersebut mengakibatkan dipsaran menjadi langka sehingga    susah didapatkan dan kalaupun ada harganya menjadi mahal. 

Menurut, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs, pada 25 Mei 2015,  menyatakan, menjelang bulan puasa dan lebaran seharusnya tidak ada kenaikan harga barang, sebab, pemerintah telah melakukan koordinasi terkait permintaan (demand) dan persediaan (supply) barang.  Menjelang ramadhan ini kita upayakan sosialisasikan dan komunikasikan kepada masyarakat, sehingga seharusnya harga tidak naik, karena kita sudah koordinasikan supply dan demand dijaga dengan baik. Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan saat ramadhan dan lebaran  tidak harus ada kenaikan harga barang. Jika terjadi kenaikan permintaan, pemerintah akan menambah suplai, supaya tidak harus ada kenaikan harga.

Namun, jika para pedagang sudah menaikkan harga, diperlukan sosialisasi ekstra kepada para pedagang dan suplier, jadi ketika ramadhan  dan lebaran tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan, paling tidak inflasinya rendah.  Inflasi di Indonesia terjadi karena banyak hal, seperti proses distribusi, proses suplai, gagal panen, dan lain-lain. Dari sisi suplai barang yang kurang, bisa menimbulkan kenaikan harga. Tapi jika kondisi saat ini harga bahan kelompok inti dan bahan makanan bergejolak (volatile food) turun itu lebih disebabkan hasil panen bagus.Sehingga pemerintah menjaga supaya suplainya bagus,agar tidak ada inflasi dari sisi suplai. Namun, inflasi juga bisa terjadi dari sisi demand misalnya ada peningkatan uang beredar.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi, Jawa Barat, Huzen Rachmadi, mengatakan  stok dan harga bahan-bahan pokok di Kota Cimahi masih normal, berdasarkan dari perkembangan harga, masih normal untuk sementara ini. Namun, biasanya kenaikan terjadi saat benar-benar sudah dekat dengan bulan Ramadhan. Karena itu,berencana membuat bazar murah untuk masyarakat, nantinya akan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat antara lain pakain dan sembako atau yang dibutuhkan dalam bulan puasa dan lebaran supaya kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi.Dalam waktu dekat, pihaknya bakal mengirimkan surat resmi kepada perusahaan swasta yang menaungi supermarket ataupun minimarket,  untuk meminta mereka agar membuat bazar murah selama Ramadhan.Nantinya akan diinventarisir di mana saja lokasi-lokasi yang harus dibuatkan bazar.

Pemda Cimahi, untuk mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok di pasar tradisional,  memang tidak menyediakan stok cadangan, namun demikian jika kenaikan harga kebutuhan pokok sudah mencapai 10 persen, pihaknya akan  mengajukan surat permohonan pihak pemerintah provinsi dan bulog, untuk membantu menyediakan kebutuhan pokok di Kota Cimahi.
Saat ini bahan pokok, yang sudah ada di provinsi dan di pusat (bulog), sudah mampu memenuhi kebutuhan, tinggal kita lihat apabila diperlukan akan membuat surat permohonan terkait pasar khusus kepada mereka, karena kan nanti pasar khusus harganya murah dan nanti dibeli oleh masyarakat.Bahan-bahan pokok yang bakal dilindungi dari lonjakan harga, yakni beras, gula, terigu, telor, dan semacamnya. Sementara, untuk lonjakan harga terhadap komoditas seperti bawang merah dan cabai, itu tidak akan diintervensi pemerintah karena bukan kebutuhan pokok, , namun tetap dimonitor.

Sementara itu, para pedagang di Pasar Cimindi, Bandung Jawa Barat, sudah mempersiapkan stok bahan pokok untuk menghadapi bulan Ramadhan yang tinggal sebentar lagi. Pasokan yang masuk ke pasar masih terbilang lancar.Pengelola Pasar Tradisional Cimindi, Agus Pendi,mengatakan, stok bahan pokok memang sudah dipersiapkan dari bulan April. Penyetokan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga, mengingat, harga kebutuhan pokok memang selalu naik menjelang bulan Ramadhan. Stok beras, masih ada sehingga bakal bisa memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang bulan puasa. Selain stok, penyediaan pasokan beras dari luar pasar hingga saat ini masih lancar tanpa kendala. Harga beras dan bahan pokok lainnya masih fluktuatif, meski harga beras di Pasar Cimindi naik, tapi kenaikannya tidak terlalu signifikan.

Beberapa komoditas lain di Pasar Cimindi sampai 24 Mei 2015 mengalami fluktuasi harga dalam sepekan ini. Di antaranya, cabai tanjung, ayam potong, dan bawang merah. Cabai Tanjung yang awalnya Rp 30 ribu per kilo, kini menjadi RP 40 ribu per kilonya. Sementara, ayam potong, turun dari yang biasanya Rp 32 ribu menjadi Rp 30 ribu. Bawang merah naik dari Rp 28 ribu menjadi Rp 32 ribu. Perubahan harga ayam dan ikan di pasar tersebut, memang selalu terjadi dalam waktu yang singkat karena mengikuti harga pakannya. Sementara pedagang beras di Pasar Cimindi, Gopur, pun mengakui, harga beras saat ini naik-turun.

Untuk Sembako, di wilayah Malang, Jawa Timur, menjelang Ramadhan harga kebutuhan pokok naik, salah satu yang mengalami kenaikan, harga bawang merah.Di Pasar Besar Kota Malang, harga bawang merah, naik sekitar 12.000/kilo. Selain bawang merah harga cabai merah juga mulai merangkak naik.  Seorang pedagang di Pasar Besar, Agus Salamabu pada 27 Mei 2015, mengatakan terjadi kenaikan harga sekitar Rp 6.000 per kilogram untuk cabai merah. Harga cabai merah sebelumnya, Rp 18.000 per kilogram, sekarang harga cabai merah mencapai Rp 24.000 per kilogram. Kenaikan harga bawang merah dan cabai merah ini dipicu menurunnya hasil panen petani, akibatnya, pasokan bawang merah dan cabai merah di pasaran ikut berkurang.Bawang merah di Kota Malang dipasok dari Probolinggo, hasil panen bawang merah di Probolinggo turun, jadi harga mengalami kenaikan.

Pedagang lain di Pasar Induk Gadang, Malang, Jawa Timur, Roni Setiawan mengatakan, selain hasil panen bawang merah turun, tingginya permintaan bawang merah dari luar pulau menjelang Ramadhan juga memicu kenaikan harga bawang merah. Banyak bawang merah dari Probolinggo yang dikirim ke Kalimantan dan Papua. Pembeli dari luar pulau berani membeli bawang merah dengan harga berapa pun, akibatnya, harga bawang merah di sini ikut naik. Karena permintaan dari luar pulau banyak dan harganya tinggi, akhirnya petani juga menaikkan harga bagi pedagang lokal.

Wakil Presiden Jusuf Kalla,  mengatakan, menjelang bulan Ramadhan, pemerintah telah menyiapkan stok kebutuhan pangan masyarakat, sehingga pasokan kebutuhan pangan seperti beras dan gula masih mencukupi.Pemerintah menyiapkan suplai bahan pokok yang cukup. Beras yang cukup, gula yang cukup. Pemerintah sudah berpengalaman mempersiapkan stok kebutuhan pangan menghadapi bulan Ramadhan dan lebaran, sehingga,  pemerintah tidak melakukan persiapan khusus terkait hal ini. Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepala daerah untuk mengendalikan inflasi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut Jokowi, target pertumbuhan ekonomi yang tercapai tidak ada artinya jika tingkat inflasinya mencapai 12 persen. Sebab, masyarakat akan membeli barang dengan kenaikan harga yang tinggi.
Jokowi meminta agar komoditas harga penyumbang inflasi diperhatikan oleh masing-masing daerah serta dianggarkannya dana untuk kegiatan operasi pasar.

Beberapa waktu yang lalu Pemerintah Amerika pernah mengalami Government Shutdown, artinya ada jeda sejenak untuk ’tutup’ selagi tarik ulur anggaran keuangan antara Pemerintah dan DPR-nya Amerika.Jika level negara saja bisa mengalami penghentian sementara, apakah tidak akan terjadi pada level keluarga? Bukan berarti ketika terjadi Government Shutdown pemerintah Amerika lumpuh total, mungkin iya untuk sektor-sektor yang dianggap non strategis, tetapi sektor-sektor strategis tetap harus jalan.

Dalam konteks keuangan keluarga, ketika kita melakukan Financial Shutdown atau Emergency Shutdown tidak berarti kita berhenti makan dan beraktivitas, tetapi mencoba untuk Stop and Think (Berhenti dan Berfikir) sejenak akan kondisi keuangan dan tujuan keuangan masa depan kita. Untuk bulan Ramadhan ini, adalah momentum untuk melakukan Financial Shutdown  alias penghentian sementara keuangan kita untuk berubah total atau mengubah sebagian rencana dan mimpi keuangan keluarga sesuai dengan keadaan keuangan kita.

Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan ketika memutuskan untuk Financial Shutdown, yaitu memperbaiki pengeluaran bulanan dan mengurangi konsumsi, apakah pengeluaran bulanan kita memang sudah ideal ataukah masih bisa dikurangi demi menjamin keberlangsungan keuangan kita di masa depan.  Sementara Menyesuaikan peta keuangan, dengan meninjau ulang pos-pos rutin setiap tahun, perlu dilakukan agar  ketika bulan Ramadhan tiba, masyarakat bisa mempersiapkan menu-menu di bulan Ramadhan dengan maksimal, tanpa terbebani dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan secara signifikan ketika menjelang bulan Ramadhan dan Syawal.Jika kebiasaan ini bisa dipupuk secara konsisten, maka persoalan naiknya harga barang di awal bulan Ramadhan dan Syawal akan bisa teratasi dengan sendirinya. Jika kebutuhan rutin tahunan bisa kita ubah polanya, maka untuk mimpi keuangan jangka panjang, bisa kita sesuaikan.

Berdasarkan fakta-fakta  diatas, pemerintah pusat dan daerah telah siap untuk menyambut bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri/lebaran.  Dengan adanya pengalaman-pengalaman oleh pemerintah, selama berpuluh-puluhan tahun dalam menghadapai persediaan bahan pokok menjelang bulan Ramadhan dan lebaran seyogyanya masyarakat tidak perlu khawatir apabila nantinya ada kenaikan harga kebutuhan pokok. Pemerintah  pusat  sesuai dengan statment wapres JK, menjamin ketersediaan  bahan pokok pada bulan suci Ramadhan dan lebaran  2015, tentunya harus didukung oleh pemerintah daerah yang ada diseluruh Indonesia agar persediaan bahan pokok menjelang Ramadhan dan lebaran harus bisa diantisipasi agar tidak ada kelangkaan dan kenaikan harga yang signifikan.  

Untuk masyarakat sendiri harus menjaga suasana Ramadhan agar situasi tetap kondusif. Apabila di tingkat masyarakat terjadi kelangkaan ataupun peningkatan harga bahan pokok maka diharapkan mendatangi pemerintah daerah setempat untuk  berkonsultasi mencari solusinya, jangan melakukan aksi-aksi yang dapat merugikan diri dan masyarakat lainnya, misalnya malakukan aksi unjuk rasa atas ketidaksenangan dengan keadaan tersebut. Masyarakat juga harus dapat mengatur konsumsinya pada saat bulan Ramadhan, jangan menghambur-hamburkan uang secara berlebihan hanya untuk mengkonsumsi makanan ataupun membeli pakaian saat Hari Raya tiba, karena keadaan tersebut menjadi mubazir.  Dengan demikian makna sebenarnya dari Bulan Ramadhan dan lebaran, dapat dirasakan masyarakat dengan suka cita.

                                                                             

 Zulkipli Sukur, penulis adalah pemerhati sosial dari Jakarta

 

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER