Isu Beras Plastik Tidak Ganggu Stabilitas Pangan Jelang Ramadhan

  • 26 Juni 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 4717 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Setiap tahun terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok pada saat menjelang bulan Ramadhan tiba.  Ada yang berpendapat, kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan, Idul Fitri dan hari-hari besar lain merupakan hal yang wajar, akibat terjadinya peningkatan permintaan. Hukum Pasar berlaku.Mengapa kondisi  demikian dari tahun ketahun terus saja terjadi ? dan masyarakatlah  yang selalu menanggung akibatnya. Hak atas pangan adalah hak konstitusional  seluruh warga negara, artinya, ketika masyarakat akan membeli kebutuhan pokok, barangnya tersedia, dan harganyapun harus terjangkau oleh Masyarakat.

Berbagai langkah dan upaya dari tahun ke tahun telah dilakukan  pemerintah melalui kementrian dan lembaga terkait untuk mengantisipasi  lonjakan harga pada bulan Ramadhan Dan Idul Fitri ini, karena tugas Pemerintah untuk menutup celah yang memberi peluang terjadinya spekulan agar ketersediaan pangan selama bulan Ramadhan dan Lebaran tercukupi dan terjangkau masyarakat.

Seiring pemerintah ingin memenuhi ketersediaan pangan selama bulan Ramadhan dan lebaran, temuan peredaran beras plastik beberapa waktu yang lalu di Bekasi,juga membuat masyarakat menjadi terganggu dan tidak nyaman menjeklang Bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan  beras merupakan bahan makanan pokok kita atau mayoritas masyarakat Indonesia yang menyukai nasi. Beras juga banyak dikelola untuk bahan makanan lainnya seperti bubur, ketupat/lontong, dan lain sebagainya, banyak dipakai untuk kuliner dalam berbuka puasa dan sahur.

Namun demikian, isu beras plastikyang sempat menghebohkan masyarakat seluruh Indonesia, tidak dirisaukan oleh pedagang beras.Pedagang beras di Klaten seperti dikutip Portal SOLORAYA  edisi 8 Juni 2015 mengaku tidak terpengaruh kabar beredarnya beras sintetis atau beras plastik. Salah satu pedagang sembako di Pasar Klaten, Endang Wahyuni, menyatakan memang ada penurunan penjualan beras, namun, penurunan itu tak terlalu signifikan dan tidak mengkhawatirkannya. Karena itu, tidak mengurangi stok beras yang dijualnya. Ia juga tak pernah mendapat tawaran untuk menjual beras plastik. Karena kalau mereka mau masuk ke Klaten tentu saja harus berfikir berulang kali karena di Klaten merupakan gudangnya beras. Saya sendiri tidak tahu persis bentuknya beras plastik itu seperti apa. Yang jelas, para pembeli itu juga sudah cerdas dalam menentukan beras asli.

Pedagang lainnya, Satimin, 60, juga mengatakan hal serupa dengan Endang, memang ada  penurunan, tetapi sudah terjadi jauh sebelum ada kabar beredarnya beras plastik. Sejauh ini juga belum ada yang menawari untuk menjual beras plastik.  Belakangan beberapa pembeli semakin hati-hati saat membeli beras. Ada pembeli yang menanyakan sebelum membeli beras, asli apa tidak. Tetapi, semuanya itu tidak menjadi masalah  karena yang saya jual juga beras asli.

 Kepala Disperindagkop dan UMKM Klaten, Sugeng Haryanto, mengatakan sudah menerjunkan tim menanggapi kabar peredaran beras plastik. Tim melakukan pemantauan ke pasar tradisional dan membuat surat edaran intinya mengimbau para pedagang dan pembeli untuk mewaspadai peredaran beras plastik. Soal ciri-ciri, beras plastik itu lebih bening dibanding beras asli. Selain itu, kalau beras asli itu biasanya ada campuran bekatul. Sejauh ini para pedagang tidak mengeluhkan terkait dampak peredaran beras sintetis terhadap penjualan. Harga beras turun karena bersamaan dengan masa panen, soal dampak penurunan pembeli akibat peredaran beras itu tidak ada.

Sementara itu, Operasi beras plastik yang digelar tim gabungan di Pasar Wonogiri, Wonogiri, pada  1 Juni 2015, tidak menemukan adanya beras plastik. Kapolres Wonogiri, AKBP Windro Akbar Panggabean, mengatakan sudah perintahkan jajaran Polsek se-Wonogiri menggelar Operasi Beras Plastik serupa bersama pimpinan muspika setempat, di Wonogiri tidak beredar beras berbahan plastik.

Kepolisian Resor (Polres) Kota Pariaman, Sumatera Barat, pada 3 juni 2015, melakukan razia beras plastik kesejumlah tempat.   Kabag Ops. Polres Pariaman, Kompol Syahril, menyatakan sampai saat ini Pariaman masih aman dari peredaran beras sintesis. Sudah melakukan operasi ke beberapa pasar tradisional dan para pengusaha beras terkait peredaran beras sintesis yang sempat mencemaskan masyarakat umum. Dari beberapa pedagang dan pengusaha beras yang dikunjungi tidak ada ditemukan beras plastik. Sejauh ini tidak  ditemukan, namun menjelang memasuki H-3 Ramadhan  akan kembali memantau pasar guna memastikan aman dari beras plastik.

Sementara itu, Kepala Diskoperindag Pariaman Gusniyetti Zaunit menyatakan pihaknya juga telah melakukan pemantauan ke lapangan terkait peredaran beras plastik hasilnya untuk daerah Kota Pariaman tidak ada ditemukan beras plastik. Pemantauan akan terus dilakukan sampai bisa dipastikan aman dari beras plastik.Sementara, Kapolri Badrodin Haiti, terkait beras plastik   mengatakan, dari hasil uji laboratorium yangdilakukan empat lembaga, dipastikan tidak ditemukan kandungan plastik disampel beras. Pemerintah mengimbau masyarakat tidak resah dengan isu beras plastik.

Untuk  pengamanan harga beras menjelang Ramadhan dan Lebaran 2015,  pemerintah dalam hal ini   Bulog telah menyatakan siap melakukan operasi pasar (OP) bila diperlukan sesuai dengan situasi dan  kondisinya. Berharap persediaan pangan bisa dipenuhi dari stok lokal atau daripara petani,  sehingga pemerintah tidak harus membuka kran impor. 

Data Bulog menyatakan bahwa persediaan beras secara nasional cukup untuk kebutuhan lima setengah  bulan ke depan. Saat  ini stok beras di gudang Bulog mencapai 1,3 juta ton. Adapun pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog mencapai rata-rata 25.000 ton per hari atau total sebanyak 1,1 juta ton dari target 2,75 juta ton tahun ini. Persediaan beras diperkirakan akan  terus bertambah,  karena panen padi  juga masih terus berlangsung di sejumlah daerah.
Data dari Bulog diperkuat dengan  berita dari Kementerian Pertanian dan Biro Humas yang disadur dari Surat Kabar Harian Kompas, edisi 27 Mei 2015,  yang menyatakan, Kemendag,  menjamin stok beras nasional aman sampai Lebaran, stok beras sampai Juli 2015 diperkirakansebanyak 10.113 juta ton, stok beras di Perum Bulog saat ini sebanyak 1,3 jutaTon, stok indikatif di penggilingan beras sebanyak 5,4 juta ton dan 165 pasar diIndonesia sebanyak 246.500 ton.

Pemerintah juga  telah menyatakan menjamin ketersediaan bahan pangan dan keterjangkauan harganya oleh masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan dan Lebaran 2015, sebagaimana yang dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil  bahwa pemerintah akan berupaya agar harga bahan pangan pokok di bulan Ramadan dan lebaran  2015  tidak mengalami lonjakan seperti tradisi sebelumnya.Oleh sebab itu, Pemerintah akan mempercepat penyaluran beras miskin dalam bulan Juni ini untuk menghadapi Lebaran pada pertengahan Juli 2015. Kecukupan bahan pangan pokok di pasar merupakan salah satu syarat yang akan membuat inflasi mencapai target  yaitu inflasi empat persen plus/minus satu persen pada tahun ini.  Selain beras sebagai makanan pokok mayoritas  masyarakat,  pemerintah  juga  menjaga kecukupan gula, daging sapi, daging dan telur ayam ras.

Berdasarkan data diatas, isu beras plastik yang merebak beberapa waktu yang lalu, tidak mempengaruhi atau membuat masyarakat ragu mengkonsumsi beras dalam bulan Ramadhan. Karena faktanya dapat dikatakan tidak ditemukan beras sintetis di beberapa daerah di Indonesia dan pemerintah pun menjamin seperti pernyataan Kapolri yang mengatakan, dari hasil uji laboratorium yangdilakukan empat lembaga, dipastikan tidak ditemukan kandungan plastik disampel beras. Pemerintah mengimbau masyarakat tidak resah dengan isu beras plastik.

Pernyataan-pernyataan tersebut meyakinkan bahwa peredaran beras plastik dapat dikatakan sangat kecil atau dapat dikatakan tidak ada, karena kalau ada beras dari plastik maka biaya proses plastik menjadi beras akan memakan biaya yang lebih mahal dari beras asli. Oleh karenanya meyakini  hanya ada keinginan dari seseorang atau sekelompok orang saja yang ingin memperkeruh suasana agar citra pemerintah dimata masyarakat menjadi negatif, khususnya menjelang bulan Ramadhan 2015 ini. 

Namun demikian, yang tidak kalah penting sekarang ini adalah   bagaimana pemerintah  memastikan atau menjamin bahwa stok beras dan bahan pangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada bulan Ramadhan dan Lebaran 2015 dalam kondisi yang cukup, aman dan terjangkau. Masyarakat diharapkan tidak perlu resah dan mempercayakan kepada pemerintah yang sudah berpengalaman di dalam mencukupi kebutuhan pokok pada acara – acara hari besar. Dengan demikian masyarakat khususnya umat Muslim dapat beribadah dalam bulan ramadhan secara “khusu” dengan tidak lagi memikirkan permasalahan-permasalahan yang di jamin oleh negara.

Bahrul SE, penulis adalah tokoh pemuda KabupatenKaur, Bengkulu


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER