Peran Media Melawan Gerakan Deradikalisasi ISIS

  • 22 Januari 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 6583 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Bersamaan dengan isu panas sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi septemberlalu, kegaduhan muncul di tengah-tengah masyarakat dengan maraknya berita mengenai penyebaran paham ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Awalnya aksi ISIS hanya dapat disaksikan di layar kaca karena terjadi di wilayah negara Irak dan Suriah.

Namun semenjak foto seseorang demonstran mengibarkan bendera ISIS di acara kepedulian untuk Palestina beredar luas di jejaring internet, publik mulai waspada mengenai keberadaan organisasi tersebut di Indonesia, melihat indonesia merupakan islam mayoritas, sehingga sangat berpotensi sekali gerakan radikal yang mengatas namakan islam masuk dengan mudah, perkembangan dan gerakan isi sangat marak sekali terliahat dan terekspos di berbagai media melalui beberapa wacana terhadap gerakan ISIS yang sudah membahana, wacanaa ini terus mnyita perhatian masyarakat islam dunia sebagai  agama yang diatasnamakan oleh ISIS, termasuk MUI dan juga pemerintahan indonesia terus melaakukan filterasi dan antisipasi terhadap gerakan radiakal tersebut.

Permasalahan deradikalisasi ini tentunya melibatkan bebagai pihak baik lembaga keagamaan seperti MUI, aparatur hukum, pemerintah dan juga msayarakat, terlebih lagi lembaga hukum yang menangani permaslahan tentang gerakan radikal ini. Beberapa antisipasi merebaknya gerakan radikal ini harus delakukan dengan baik, melihat pada kondisi sebelumnya yaitu gerakan teroris yang juga mengatasnamakan islam yang telah membuat kegaduhan bangsa indonesia. Jadi untuk mengantisipasi gerakan ini harus dengancara koersif yaitu dengan beberapa pembinaan terhadap nara pidana kasus terorisme tersebut agar tidak lagi kembali dan bergabung dengan gerakan gerakan baru termasuk gerakan ISIS ini, kemnudian dengan mengadakan sosialisasi bahaya gerakan gerakan sparatis, teroris, dan radikalis, yang mengancam diri sendiri dan bangsa. Serta masih banyak hal lain dengan cara koersif yang dilakukan. Selanjutnya mengikis dan memahami sepenuhnya pemahaman makna Jihad, sebab ketika bebicara tentang jihad tentunya akan menarik bagi umat islam, namun beberapa pemahaman yang bersifat provokativ harus kita jauhi, sebab ISIS berkembang dengan metode doktrin jihad islam untuk mendapatkan pengikut, sehingga ketika kita memberikan provokasi yang provokatif terhadap gerakan jihad dikhawatirkan akan mengarahkan ke pemahaman pembelaan islam secara radikal, ini sangat berbahaya dengan kondisi dimana ISIS menggunakan metode tersebut untuk memperoleh dan merekrut anggota.

Penyebaran dan perkembangan gerakan ISIS dimulai dari maraknya media yang berdar di seluruh indonesia yang menggemparkan seluruh masyarakat indonesia,  dapat diartikan penyebaran pemahaman radikal ini melalui media, sehingga penanggulangannya harus juga dengan wacana di media, cara-cara koersif semata tidak akan menyelesaikan permasalahan radikalisme sampai ke akarnya. Bahkan tindakan preventif pun, seperti upaya deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT, masih bisa dipertanyakan efektivitasnya. Upaya-upaya jangka pendek tersebut, selain kurang efektif, juga bisa berdampak kontraproduktif. Satu hal yang patut disadari adalah bahwa kita sedang berada di era perang antar wacana. Di mana wacana hanya bisa dilawan dengan wacana. Perang antar wacana menemukan puncaknya di era teknologi, di mana arus informasi bergerak begitu cepat dan tidak mengenal batas-batas geografis-teritorial. Begitu cepatnya informasi berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu isu ke isu yang lain, menyisakan sedikit sekali waktu—atau bahkan tidak sama sekali—bagi masyarakat untuk berpikir, mencerna, dan memverifikasi kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini yang menyebabkan begitu mudahnya ideologi radikal menyebar dan diyakini kebenarannya oleh sebagian golongan masyarakat. Terutama mereka yang tidak memiliki budaya baca kuat, tidak terbiasa memverifikasi informasi, dan mereka yang terputus dari akar sejarah. Artinya media merupakan salah satu bagan terpenting dalam menangkal gerakan gerakan deradikalisasi ini yang masuk ke indonesia, media sebagai lembaga kontrol sosial dan lembaga eksplorasi wacana tentunya menjadi fokus penanggulngan penyebaran isu propaganda gerakan ISIS tersebut, dalam hal ini media baik cetak maupun elektronik harus andil mengambil bagian terpenting untuk mencegah dan melawan perang wacana ini, media merupakan bagian terbesar dalam penyelesaian gerakan deradikalisasi era tarsformasi media teknologi ini .

Gerakan radikal seperti gerakan ISIS ini sangan menghawatirkan dan merusak keharmnonisan bangsa, sebab bangsa indonesia merupakan bangsa yang prularis, sehingga pemahaman individual seperti deradikalisasi ini sangat mengancam keutuhan dan persatuan bumi tunggal ika ini, oleh sebab itu penanggulangan secara adaptip berupa binaan dan pemahaman, kemudian hindari wacana dan juga provokatif terhadap gerakan gerakan radikal yang membenarkan diri, seperti halnya provokasi  untuk jihad, apalagi jihad islam ke suria. Beberapa antisipasi dan filterasi  sangat dibutuhkan terlebih lagi media, sesuai arus transformasi teknologi penyebaran pahgam melalui wacana media , maka media mempunyai peranan terpenting dan besar peran media untuk melawan paham tersebut melalui wacana, sebab informasi,ilmu, dan pengetahuan  saat ini cendrung di transfusi melalui media, oleh sebab itu media cetak ataupun media elktronik sebagai lembaga control sosial harus mampu mencounter permasalahan sosial melalui medianya.

Wizon Paidi, penulis adalah Korwil Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER