Gayatri Widya Mandala, Panti Asuhan Hindu Tekankan Disiplin Spiritual

  • 07 November 2015
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 14663 Pengunjung

Tabanan, suaradewata.com– Panti Asuhan mungkin sudah banyak bertebaran dimana-mana termasuk di Kabupaten Tabana. Namun Panti Asuhan khusus Hindu mungkin masih sulit dicari. Panti Asuhan milik yayasan Gayatri Widya Mandala yang terletak di Jalan Wibisana No 11 Kelurahan Delod Peken, Kecamatan Tabanan bisa jadi adalah Panti Asuhan berlebel Hindu yang pertama di Tabanan, Bali.

Untuk mencari lokasi Panti Asuhan itu tidaklah sulit, letak dari pusat Kota Tabanan hanya beberpa ratus meter dari pusat pemerintahan yakni kantor Bupati Tabanan. Jika melalui jalan di timur kantor Bupati Tabanan, tinggal lurus keselatan sekitar 100 meter, kemudian belok ke kiri menuju Taman Makan Pahlawan (TMP) Pancakatirta. Sekitar 100 meter sebelum TMP Pancakartirta pas turunan disebelah kiri ada bangunan baseman. Disanalah sekitar 31 anak-anak panti asuhan menjalani kehidupan mereka tanpa ayah, ibu. Bahkan mereka tidak memiliki keuarga.

“Om Swastyastu bapak, om swastyastu ibu,” ucap anak-anak panti asuhan tersebut menyambut seiap tamu yang datang, yang kemudian mencium lembut tangan tamu-tamu yang datang. Termasuk saat wartawan koran ini berkunjung kali pertama, sedikitnya 15an orang anak-anak panti asuhan itu mencium tangan koran ini secara bergantian. “Kebetulan, hanya segini yang ada yang lainnya masih ada kesibukan dan ada yang masih sekolah, jumlah anak-anak disini sebanyak 31 orang,” ucap Ayu Galih, Staff Administrasi Yayasan Gayatri Widya Mandala dengan ramah.

Menurut Ayu, Panti Asuhan itu sebenarnya didirikan sekitar tujuh tahun lalu oleh Ketua Yayasan Gayatri Widya Mandala, Eriana Herlisanti.  Namun baru memiliki badan hukum sekitar setahun lalu. Persemiannyapun baru dilakukan 1 Juni 2014 oleh Bupati Tabanan kala itu, Ni Putu Eka Wiryastuti. “Ini mungkin panti asuhan Hindu pertama di Tabanan bali, sehingga mamang belum banyak di kenal,” ucapnya. Berbagai kegiatan dilakukan di Panti Asuhan tersebut mulai dari berlatih seni tari, seni musik. Vocal, seni tabuh seperti gender dan rindik, pelatihan computer, bahasa inggris, memasak, membuat kue, tata rias, menjahit, serta pelatihan olahraga. Yang terpenting dalam Panti Asuhan itu yakni pembinaan mental serta spiritual terhadap para anak asuh. Dengan latar belakang dan karakter anak asuh yang bermacam-macam, sehingga pihak yayasan merasa sangat penting melakukan penguatan mental dan spiritual. Hal itu dirasa tidak berlebihan lantaran anak-anak yang masuk ke panti asuhan tersebut dengan latar berbeda mulai dari karena kemiskinan, ditinggal meninggal oleh ayah atau ibunya, atau perpisahan kedua orang tua juga membuat mental dan psikologis anak terganggu sehingga dengan penguatan spiritual. Sehingga yayasan ini ingin mengambil peran kembali menguatkan mental mereka. “Latar belakang masuknya mereka ke Panti Asuhan sangat beragam, ada yang broken home karena orang tuanya bercerai, ada yang shock karena orang tuanya meninggal, dan yang paling banyak adalah karena kemiskinan,” lanjutnya. Dengan demikian penguatan mental spiritual adalah yang utama. Caranya salah satunya dengan melakukan tri sandya rutin setiap hari. “Kalau jamnya tri sandya, semua kegiatan di tinggalkan dan kita ajak anak-anak itu untuk melakukan Tri Sandya, karena kita merasa penguatan mental dan spiritual sangat penting, apalagi disaat usia mereka memasuki masa remaja seperti saat itu,” beber Ayu.

Apa yang disampaikan Ayu ternyata tidak melenceng, bertepatan saat koran ini disana, kebetulan ada acara ulang tahun seorang anak bernama Komang Dekananta yang merayakan ulang tahun pertamanya. Meski acaranya masih berjalan, namun karena tepat pukul 18.00 wita, anak-anak berhenti sejenak kemudian bersama pengurus yayasan yang ada melakukan tri sandya. “Mohon maaf bapak, ibu, karena waktunya anak-anak sembahyang kami minta, yang tidak ikut sembahyang silahkan dibelakang,” ucap Eriana Herlisanti mengarahkan anak-anaknya.

Usai sembahyang, acara Ulang Tahun kembali dilanjutkan. Menurut penuturan Eriana Herlisanti, selain kegiatan rutin yayasan pihaknya juga dengan suka cita menerima jika ada yang merayakan sesuatu dan berbagi dengan anak-anak panti asuhan. “Komang Dekananta ini adalah yang pertama merayakan Ulang Tahunnya disini, meski masih berumur 1 tahun kami berharap kelak dia menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan berguna bagi nusa dan bangsa sesuai harapan orang tuanya,” ucap Eriana.

Sementara salah satu anak panti asuhan Ni Komang Rahyuni, 15 mengaku senang di Panti Asuhan  Gayatri Widya Mandala meskipun kadang kangen dengan keluarga. Komang mengaku sudah satu setengah tahun tinggal di Panti Asuhan, lantaran kedua orang tuanya sudah meninggal dan selama ini dia hidup dengan nenek yang sudah renta. Komang yang mengaku berasal dari Kecamatan Pupuan, Tabanan ini kini sekolah di SMPN 3 Tabanan kelas IX. Rasa senang Komang bukannya tidak beralasan, setelah ditinggal kedua orang tuanya kini di Panti Asuhan dia memiliki Bunda tak lain adalah ketua dan pemilik yayasan, para staff Yayasan yang dianggap kakak, serta anak asuh yang sudah ia anggap saudara. “Banyak saudara disini, ada Bunda, ada kakak-kakak, banyak yang datang membawa sumbangan dan hadiah, ya jadi senang,” ungkapnya.

Selain Ni Komang Rahyuni, anak panti yang lain Komang Alit, 15, asal Abang, Karangasem juga merasakan hal yang sama. Alit yang kini duduk di kelas VIII SMP mengatakan jika kegiatan yang paling digemarinya adalah latihan bermain Rindik. Diapun mengaku di Panti Asuhan itu dirinya bersama rekan yang lain dilatih soal disiplin. Misalnya ketika menjalankan piket, awalnya Alit sering kali dihukum karena lalai dalam piket namun sekarang Alit sudah tidak pernah dihukum lagi. “Dulu sering dihukum kalau piket karena tidak bersih ya itu karena saya malas-malasan, sekarang saya sudah mengerti akan tanggung jawab dan saya tidak pernah dihukum lagi,” terangnya.

Dipihak lain Ni Wayan Sri Wahyuni orang tua Dekananta yang merayakan ulang tahun pertama mengaku terharu dengan anak-anak panti asuhan tersebut. Meski dia mengaku tidak tahu kehidupan sehari-hari anak panti asuhan tersebut, namun sekilas dia meyakini mereka adalah anak-anak baik. “Saya terharu, mereka begitu ramah, tulus dan sangat disiplin, serta penuh kebersamaan,” ucapnya. Salah satu yang menjadi acuannya yakni saat anak-anak itu diberikan makan, mereka tidak mau makan jika tidak makan bersama. “Saat anak kami ulang tahun, dan kami memberikan nasi kotak kepada mereka, saya suruh makan mereka tidak mau, mereka bilang, kami tidak akan makan kalau kita tidak makan bersama, kami disini selalu dengan kebersamaan,” ucapnya menirukan jawaban anak-anak panti itu. Selain itu sambutan anak-anak saat merayakan ulang tahun Dekananta juga dirasa sangat luar biasa. “Awalnya kami tidak menyangka, akan semeriah ini, mereka mempersiapkannya dengan luar biasa, mulai dari dekorasi, susuan acara hingga ada persembahan untuk anak kami, padahal tujuan utama kami hanya minta doa dari mereka agar kelak anak kami berumur panjang dan sukes,” ucap Sri Wahyuni yang juga salah satu pegawai Pemkab Tabanan ini. ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER