Kurangi Limbah Industri Fashion ala Farah Button

  • 05 Agustus 2023
  • 12:55 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2043 Pengunjung

Kuta, suaradewata.com- Ada yang menarik dalam perhelatan Bali Fashion Trend 2023 yang digelar di Mall terbesar di Jalan Dewi Sartika, Kuta, Jumat (04/08). Acara yang digelar sejak Manis Galungan dan berakhir Minggu (06/08) ini menghadirkan para disainer ternama.

Salah satunya, Brand fashion lokal asal Yogyakarta Farah Button meluncurkan program More Green Farah Button di Bali. Peluncuran program ini bersamaan dengan perhelatan Fashion yang sekaligus peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh setiap 10 Agustus.

More Green Farah Button menjadi solusi mengurangi limbah industri fashion dengan melakukan upcycle produk fashion yang sudah tidak terpakai sehingga meningkatkan nilai guna. 

“Program ini dibuat untuk mengurangi pencemaran industri fashion,” ujar Sutardi, pemilik sekaligus desainer Farah Button.

Ide ini bermula ketika ia jalan-jalan ke pantai dan melihat baju bekas yang sudah menjadi sampah. Sebagai orang yang berkecimpung di industri fashion, Sutardi tidak ingin produknya bernasib serupa.

Oleh karena itu, lewat More Green Farah Button, Sutardi kembali mengolah limbah produk fashionnya menjadi produk fashion lain dengan kegunaan yang berbeda, seperti, scrunchy atau karet rambut, bandana, tas, dan sebagainya.

“Semuanya menggunakan produk-produk fashion bekas Farah Button dan dijual kembali,” ucap Sutardi.

Di sini, konsumen bisa ikut berpartisipasi dengan menjual kembali produk fashion Farah Button yang sudah rusak atau tidak terpakai ke gerai-gerai Farah Button. Produk bekas akan dihargai maksimal 20 persen dari harga beli dalam bentuk buy back atau tukar tambah.

“Jadi, konsumen yang menjual kembali baju Farah Button yang sudah tidak terpakai atau rusak ke gerai kami, bisa membelanjakan kembali (buy back) dengan produk Farah Button jenis apapun,” kata pria yang dalam Bali Fashion Trend 2023, Farah Button mengangkat tema Futurismo. 

Ada delapan outfit ready to wear berbahan linen yang dirilis dalam perhelatan ini. Menurut Sutardi, fashion Indonesia tidak melulu harus wastra (kain tradisional). Melalui Farah Button, ia juga sudah berkreasi memperkenalkan motif-motif khas Indonesia.

“Seperti teman fashion show kali ini Futurismo, saya mengangkat motif garis yang merepresentasikan lurik tanpa menggunakan bahan lurik,” tuturnya.

Untuk diketahui, Farah Button adalah salah satu merek lokal fesyen di Indonesia. Produksi Farah Button 300 UMKM konveksi di Yogyakarta. Farah Button yang berdiri sejak 2016 ini memiliki 10 gerai di Yogyakarta, Bali, dan Tegal.mot/adn


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER