TKW Asal Ubud Meninggal di Nigeria

  • 12 September 2017
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 4829 Pengunjung
istimewa

Gianyar, suaradewata.com - Peristiwa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meninggal di tempat kerja kembali terjadi. Kali ini menimpa Ni Wayan Sriani (38) seorang TKI Wanita asal Banjar Bentuyung, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar. Sriani dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (6/9) lalu. Penyebab meninggalnya cukup mengagetkan, lantaran hanya karena jatuh terpeleset di kamar mandi tempatnya bekerja sebagai spa terapis di Kota Abuja, Nigeria, Afrika pada Jumat (1/9) lalu. 

Duka mendalam pun kian meliputi keluarga besar  Jro Sriani di Ubud, sebab jenazah Sriani tak bisa diterbangkan ke Bali yang terkendala biaya. Suami korban, Gusti Nyoman Putra (52) saat ditemui dirumah duka mengatakan perlu biaya sekitar Rp 120 juta untuk memulangkan jenasah istri ketiganya ini. “Ada 3 pilihan sebenarnya. Jenazah dibawa pulang, dikremasi atau dikubur disana,” ungkapnya.

Jika dibawa ke Bali, pemulangan jenazah membutuhkan biaya sekitar Rp 120 juta. Itu termasuk tiket pesawat pulang-pergi untuk 2 orang pengantar. “Kalau dikirim jenazahnya saja, kena sekitar 3.000 Dolar. Tapi kan gak mungkin jenazah diterbangkan sendiri,” terangnya. 

Opsi kedua, kremasi lagi-lagi membuat pihak keluarga bingung. Sebab perlu biaya sekitar Rp 60 juta. Biaya sebesar itupun harus dikirim dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. "Setelah rembug keluarga, kami sepakat jenazahnya tidak dibawa ke Bali. Melainkan dikubur disana. Pemakamannya sepenuhnya ditanggung pihak KBRI," jelasnya. 

Informasi terakhir yang diterima pihak keluarga, jenazah korban Sriani sedang dalam perjalanan menuju pemakanan. “Dari Abuja ke tempat makan perlu waktu 8 jam katanya. Kabar terakhir masih dalam perjalanan,” jelasnya. 

Sementara untuk prosesi di Bali, pihak keluarga merencanakan melakukan upacara pengulapan di perempatan agung. “Setelah jenazahnya dikubur, Jumat ini akan kami lakukan upacara Ngulapin di Pempatan Agung. Sanggah uripnya dibawa ke rumah natab ayaban darpana di Bale Dangin, setelah itu langsung mepegat,” jelasnya. Prosesi upacara yang sederhana ini, kata Gusti Nyoman Putra sudah sesuai dengan petunjuk niskala lewat meluasan di Jro Dasaran. “Istri saya memang mintanya segini, minta tunasang tirta khayangan tiga,” terangnya. 

Korban Sriani meninggalkan seorang putri cantik, Gusti Ayu Vera Noviantari yang baru berusia 9 tahun. Ketika ditanya firasat, baik suami maupun anaknya tak pernah mendapatkan mimpi buruk. “Cuma beberapa hari lalu, mertua tyang sempat direbut buyung bangkai (lalat besar, red),” terangnya. 

Dijelaskan Gusti Nyoman Putra, istrinya Sriani ini punya pengalaman 2 kali berangkat ke luar negeri sebagai spa terapis. Keberangkatan pertama tahun 2013 lalu ke Turki. Ketika itu, sang istri berangkat secara legal. Selama bekerja di luar negeri, sang istri rutin mengirimkan uang ke Bali. “Uang yang dikirim bias melunasi hutang-hutang keluarga,” ujarnya. Sriani pun sempat pulang ke Bali sekitar tahun 2014. Di rumah, Sriani tinggal hanya beberapa bulan. Selanjutnya kembali berangkat untuk kedua kalinya. Nah pada keberangkatan kedua inilah, Sriani pindah agen dan belakangan diketahui bahwa cara yang ditempuh illegal.

“Tiga minggu lalu sempat video call ke rumah, katanya 5 bulan sudah tak digaji. Padahal sudah kangen rumah dan ingin pulang. Katanya mau nunggu keluar gaji, lantas pulang,” kenangnya. 

Betapa kagetnya ia kemudian mendapat kabar sang istri terjatuh di kamar mandi hingga menderita stroke ringan. Sempat dirawat di rumah sakit setempat, beberapa hari kemudian pihak keluarga menerima kabar kematian korban. “Awalnya gak percaya, tapi mau bagaimana lagi. Kami tidak kuasa untuk mengecek kesana,” terangnya pasrah.. 

Sang anak, Gusti Ayu Vera Noviantari pun menangis tersedu-sedu mendengar kabar ibunya tiada. Sebab, Vera rutin diajak berkomunikasi via video call. “Tidak setiap hari, tapi rutin ngasi kabar,” ujar Vera sedih. Selain video call, Vera sering mendapatkan kabar ibnunya lewat FB rekan kerja ibunya. “Terakhir dikirimi foto saat ibu sakit, terus besoknya dikabarkan sudah meninggal,” terangnya. Selama dirawat, korban Sriani mendapat suntikan dana dari rekan kerjanya. “Biaya perawatan disana, temennya yang nyumbang. Titip jenazah 50 dolar per hari,” imbuh Gusti Nyoman Putra. 

Untuk diketahui, Gusti Nyoman Putra beristri 3. Dari pernikahannya yang pertama dengan Gusti Ayu Sukerti dikaruniai 2 anak putra dan putrid. Selanjutnya istri kedua Jero Ketut Astini dikaruniai seorang putra laki-laki. Nah dengan istri ketiga, Wayan Sriani dikaruniai satu anak perempuan. gus/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER