Oknum Guru Diduga Lakukan Pelecehan Anak Penderita Difabilitas

  • 23 Juli 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3883 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com  – Dugaan pelecehan Seksual terhadap anak dibawah umur oleh oknum guru SMP berinisial SG (40) warga seputaran Kelurahan Kampung Baru, Kota Singaraja kembali mencoreng citra pendidikan di Kabupaten Buleleng. Yang lebih laknat, korban ternyata bukan hanya dibawah umur akan tetapi penderita keterbelakangan mental.

Kepala Unit Penyidik Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Buleleng, Ipda Edi Sukaryawan, ketika ditemui awak media, Jumat (22/7), mengaku masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Bahkan, pihaknya saat ini mengaku masih belum berani memberikan lebih lanjut terkait hasil pemeriksaan.

“Ada yang menyulitkan kami untuk melakukan pemeriksaan. Sehingga, membutuhkan seorang dokter psikolog. Karena korbannya menderita keterbelakangan mental dan sangat sulit untuk dimintai keterangan tanpa seorang yang ahli berkomunikasi dengan korban,” ujar Edi.

Dugaan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap korban berinisial SDY (12) diperkirakan berlangsung (19/7/2016). SDY yang masih duduk di bangku kelas enam sebuah sekolah khusus di Buleleng ini pun disebut telah menjalani pemeriksan Ver (Visum et repertum) di RSUD Buleleng.

Anggota unit PPA pun disebut telah memeriksakan sejumlah barang bukti yang salah satunya adalah pakaian korban ketika perbuatan laknat itu berlangsung  terhadap SDY.

“Ketahuanya saat sepupu korban kerap kali melihat SDY sering diajak masuk ke rumah pelaku yang merupakan tetangga dekat korban. Dan kebetulan juga oknum guru ini punya usaha warung. Korban sering datang dan diajak masuk ke dalam rumahnya saat situasi istri SG sedang tidak dirumah,” papar Edi.

Disisi lain, pihak Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng yakni Made Ricko Wibawa, ketika dikonfirmasi jelang melakukan pendampingan terhadap korban menyebut sempat turun dan meminta keterangan dari pihak keluarga.

Beberapa penuturan dari segenap sumber yang ditemui menyebutkan, SG melakukan pelecehan dengan cara meremas bagian paling menonjol milik korban serta mengesek-gesekan tangkurnya disela gunung kembar tersebut.

“Ada perubahan sikap yang dirasakan semenjak enam bulan belakangan. Dan perubahan sikap tersebut ditunjukan dari perhatian yang diberikan oleh oknum guru tersebut kepada si anak penderita difabel itu (SDY). Orang tua korban pun awalnya tidak begitu peduli. Malah merasa senang jika anaknya diperhatikan,” kata Ricko.

Sementara itu, sumber suaradewata.com menyebut bahwa selain perubahan sikap yang ditunjukan oleh SG terhadap SDY, pada bagian fisik korban pun tampak lain dari sebelumnya.

Tanda kelainan bentuk fisik korban ditunjukan oleh bagian dada korban yang belakangan semakin membesar. Membesar tetak korban dibalik usianya yang baru menginjak umur duabelas tahun tersebut bahkan sempat perkirakan akibat sebuah penyakit.

Orang tua korban pun sempat mengkonsultasikan kepada dokter atas kekhawatiran penyakit yang menyebabkan buah dada korban membesar. Dan hasil pemeriksaan dokter pun diketahui perubahan bentuk buah dada bukan disebabkan penyakit tetapi ada hal lain yang menjadi penyebab.

“Keluarga korban sudah menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Kami dari P2TP2A pun hanya mendampingi secara psikologi korban. Ini masalahnya kan bukan hanya sekedar anak dibawah umur tetapi menderita kelainan mental,” pungkas Ricko. adi/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER