Keluarga Korban Penembakan Laporan Resmi, Polsek Seririt “Bungkam”?

  • 12 Juli 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 5818 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com - Kinerja kepolisian di wilayah Polres Buleleng kembali patut mendapat sorotan. Pasalnya, kepergian Komang Jeneng (42) yang akhirnya kembali dalam kondisi tewas tertembak sebelumnya sempat dilaporkan secara resmi ke Mapolsek Seririt. Hal tersebut disampaikan Ni Kadek Suryani (41) yang merupakan istri dari almarhum Komang Jeneng, saat dikonfirmasi suaradewata.com, Selasa (12/7).

“Dua hari setelah suami (Jeneng) menghilang tepatnya hari Minggu sekitar pukul 18.30 Wita saya dicari oleh Kelian Banjar Sorga. Katanya dapat telepon dari Perbekel agar melaporkan kehilangan suaminya ke Polsek Seririt,” kata Suryani di rumahnya yang terletak di Banjar Sorga, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt.

Kata Suryani, Kelian Banjar Sorga menyampaikan pesan dari Perbekel Desa Lokapaksa yakni I Wayan Ariadi untuk mengantar ke Polsek Seririt melaporkan hilangnya Komang Jeneng. Namun, lanjutnya, Suryani mengaku saat itu belum mengetahui keberadaan suaminya yang ternyata telah meninggal dunia.

Menurut penuturan Suryani, ia mendapat selembar bukti tanda laporan yang diterima oleh pihak Polsek Seririt yang diakuinya telah diserahkan ke Polsek Seririt saat mendatangi kantor penegak hukum milik institusi Polri tersebut.

“Waktu mayat suami datang, saya disuruh melaporkan lagi ke Polsek. Dan saya pun pergi lagi ke Polsek untuk yang kedua kalinya. Maklum saya orang kampung pak dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi masalah kematian suami saya. Pikiran saya pun sudah entah kemana-mana dan kepala sakit sampai sekarang. Karena suami saya ternyata meninggal” ujar Suryani.

Dikonfirmasi terkait laporan polisi yang sejak awal menghilang tidak disampaikan, Suryani mengaku mendapatn laporan dari putrinya yang sempat menghubungi sang Bapak sehari setelah tak pulang dan tanpa informasi apapun. Menurut keterangan Suryani, putrinya sempat menghubungi ke sebuah nomor telepon yang sempat digunakan oleh Komang Jeneng untuk mengirimkan pesan. Pasalnya, nomor telepon seluler milik Komang Jeneng ternyata sudah dalam kondisi mati.

“Sempat ditelepon sekitar pukul 19.30 Wita (2/7/2016) yang diakui langsung berbicara dengan suami saya (Komang Jeneng). Dibilang masih ada di tajen daerah Desa Sudaji (Kecamatan Sawan) dan jelang kembali pulang ke rumah,” ungkap Suryani  berdasarkan pengakuan putri keduanya yakni Kadek Irawati (16).

Mendengar pengakuan Jeneng masih berada di Sudaji, perasaan wanita ini pun menjadi agak sedikit tenang dengan mengetahui kondisi suami  masih hidup dan berada di  Kabupaten Buleleng.

“Memang tumben suami saya pergi sampai lebih dari sehari. Sebelumnya memang tidak pernah karena selalu saja pulang ke rumah dan tidak jauh-jauh. Apalagi saat ditelepon oleh anak perempuan saja, suami mengaku masih ada di tempat tajen (Judi sabung ayam). Makanya saya tidak begitu resah,” tutur Suryani.

Suryani sampai saat ini pun mengaku belum mengetahui perkembangan apa yang diperoleh pihak kepolisian Sektor Seririt atas penembakan suaminya tersebut. Dari penuturan Suryani itu pun kemudian diketahui bahwa Jeneng masih dalam kondisi hidup dan baik-baik saja hingga pukul 19.30 Wita (2/7/2016).

Namun, berselang beberapa menit tidak lama setelah berhasil menghubungi Jeneng kemudian mereka didatangi ke rumah oleh Kadek Bonges yang belakangan diketahui adalah saudara kandung dari Putu Sidang.

Dan disaat itu, lanjut Suryani, disampaikan oleh Kadek Bonges bahwa Komang Jeneng pergi bersama Sidang ke Jawa dan masih dalam perjalanan menuju ke Bali. Namun, sejumlah fakta lain pun baru terkuak ketika suaradewata.com mendatangi rumah duka di Banjar Sorga.

Dari keterangan sumber keluarga yang sempat memandikan mayat sebelum dilakukan proses pengabenan (Upacara adat pembakaran mayat di Bali), dari mulut dan hidung almarhum Jeneng diketahui mengeluarkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

“Mayat sudah membusuk ketika dimandikan, karena sejak baru datang sampai hendak dimandikan belum pernah dibuka dari kantong mayat yang digunakan membungkus jenazah dari Banyuwangi ke Lokapaksa. Jadi, sejak datang hanya di buka sebentar-sebentar untuk memasukan es batu saja. Itu pun baunya sudah membusuk sehingga yang memasukan es batu hanya sedikit membuka kantong jenazah. Sehingga tidak dilihat sejak awal mulut dan hidung mayat yang mengeluarkan darah,” kata sumber yang sempat bersama Jeneng sebelum pergi menghilang.

Sebelumnya diberitakan, bahwa Komang Jeneng sempat diisukan sebagai target operasi dari Satnarkoba Polres Buleleng yang kemudian mendapat sanggahan dari Kasat Narkoba AKP. Made Agus Dwi Wirawan.

Bahkan, berdasarkan keterangan yang dihimpun sejumlah awak media menyebutkan telah dilakukan pemeriksaan atas laporan yang disampaikan oleh Suryani di Mapolsek Seririt. Sejumlah orang yang terkait dengan kepergian Komang Jeneng pun sempat diperiksa oleh pihak Polsek.

Tapi, sampai saat ini pihak Polsek Seririt pun masih “bungkam” dan belum memberikan keterangan terkait dengan sejumlah keanehan yang terjadi atas kepergian Jeneng bersama Putu Sidang, Komang Teken, dan salah seorang lainnya. Hingga akhirnya kembali kerumah dalam kondisi sudah menjadi mayat.

Bahkan, sejak diberitakan terkait dengan pemeriksaan sejumlah orang atas laporan istri Komang Jeneng di Polsek Seririt. Nomor telepon milik Kapolsek pun selalu dalam kondisi tidak aktif dan tidak bisa di hubungi. Ironisnya, ketika coba dihampiri ke tempat kerjanya, Kapolsek Seririt yakni AKP AA Wiranata Kusuma, ternyata dibilang sedang tidak ada ditempat.adi/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER