Faber Castell, Tegaskan Lomba Menggambar Di Buleleng Berjalan Kondusif

  • 29 Maret 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 5626 Pengunjung
suaradewata.com

Jakarta, suaradewata.com-  Pemberitaan terkait lomba menggambar yang digelar Faber Castell di Gedung Laksmi Graha Singaraja, Kabupaten Buleleng, Minggu (27/3) yang berjudul “Kegiatan Tidak Sesuai Brosur, Lomba “Faber Castell” Menuai Protes” mendapat tanggapan pihak penitia. Pihak menitia menegaskan bahwa lomba tersebut berjalan kondusif sesuai dengan realese yang dikirim ke redaksi suaradewata.com.

Dalam realese tersebut pihak panitia menegaskan bahwa  Lomba gambar ini merupakan ajang tahunan dari Faber-Castell yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011, dan tahun ini merupakan pelaksanaan ke-6 kalinya, serta berhadiah utama berwisata ke Jerman.

Lomba gambar ini merupakan lomba gambar terbesar yang pernah ada di Indonesia, dengan skala nasional dan melibatkan puluhan ribu peserta tiap tahunnya yang berasal dari Sabang hingga Marauke serta telah mendapatkan pengakuan melalui Museum Rekor Indonesia pada tahun 2014 sebagai lomba gambar estafet di kota terbanyak.

 Dijelaskan peserta dalam lomba ini terdiri atas 2 (dua) kategori, yakni peserta yang berasal dari tingkatan Taman Kanak-Kanak, dengan konsep  mewarnai dan Sekolah Dasar dengan konsep Menggambar Kreatif *, dengan menggunakan alat gambar berupa oil pastel (crayon) untuk tingkat TK dan Connectorpen (spidol warna). “Menggambar kreatif merupakan menggambar dalam sebuah bidang kertas, dimana terdapat objek dasar/tunggal  dan peserta ditantang untuk menambahka  ornamen tambahan di dalam objek tersebut,” jelas panitia dalam realesenya.

Pihak penitia juga menegaskan dalam perlombaan ini, dimana seluruh peserta menggunakan Crayon & Spidol Warna, Faber-Castell juga mengajak mereka untuk menggunakan teknik-teknik gambar khusus, seperti Pointilism (titik),  Patterning, Shading, dll dimana teknik-teknik yang kami adopsi dari para maestro gambar dunia ini dan pada akhirnya kami kampanyekan kepada anak-anak Indonesia melalui banyak channel informasi dan tidak lupa kepada kenalkan kepada bapak-ibu guru di Seluruh Indonesia diantaranya melalui kegiatan workshop guru dengan tujuan untuk membangun generasi Indonesia yang lebih kreatif dan tidak hanya menggambar/ mewarnai dengan teknik block/ mengasir bidang saja.

“Pada pelaksananannya kemarin di Singarajara, kami menginformasikan kepada peserta untuk sebelum mewarnai dan atau menggambar dianjurkan terlebih dahulu membuat asiran dasar, dengan menggunakan pensil /pensil warna, tentunya untuk mencegah kesalahan saat menggambar/mewarnai, namun hal tersebut bukanlah kewajiban,” jelasnya.

Informasi mengenai pensil & penghapus ini juga telah di Informasi oleh rekan-rekan Faber-Castell sebelumnya saat pendaftaran lomba, sehingga ada kemungkinan adanya ketidaklengkapan informasi dari  anak (peserta) kepada orang tua saat di hari H. “Dan dari informasi team kami di lapangan saat lomba tersebut berlangsung, memang ada beberapa orang tua yang setelah mendengarkan informasi terkait pensil & penghapus langsung membeli ke stand penjualan, namun hal itu berlangsung kondusif, sehingga informasi yang terdapat dalam berita tersebut menurut kami tidaklah tepat,” bebernya.

Adapun pendaftaran lomba pun kami buka sebesar-besarnya dengan hanya tidak melalui pendaftaran via sekolah namun juga melalui toko yang merupakan mitra kami.

 Kami menyadari bahwa dalam setiap pelaksanaan kegiatan, kami tidak melayani dan memberikan kepuasan bagi seluruh peserta dan orang tua, namun dengan itikad membangun generasi Indonesia lebih kreatif, masukan dan kritik ini akan menjadi pembelajaran yang baik bagi kami.

Seperti diberitakan sebelumnya Lomba menggambar yang diselenggarakan salah satu produk alat tulis dan mewarnai  bermerk “Faber Castell” menuai protes dan kekesalan sejumlah orang tua peserta. Pasalnya, lomba yang digelar di Gedung Laksmi Graha Singaraja, Kabupaten Buleleng, Minggu (27/3), dianggap banyak menyimpang dari selebaran pengumuman.

Dari pantauan suaradewata.com, kejadian tersebut tampak ketika peserta lomba menggambar yang diikuti oleh tingkat Sekolah Dasar se Kabupaten Buleleng kemudian berubah menjadi lomba mewarnai dengan menggunakan alat Connector Pen.

Bukan hanya kegiatan lomba yang tidak sesuai, sejumlah orang tua peserta tampak kebingungan ketika pihak panitia lomba mengumumkan para peserta wajib membawa pensil dan penghapus.

Peserta yang membayar sejumlah Rp.25 ribu banyak yang tidak membawa peralatan pensil dan penghapus sehingga sejumlah orang tua kemudian kelabakan mencari pensil dan penghapus yang ternyata di jual di depan pintu masuk bagian selatan tempat dilakukan kegiatan tersebut.

“Kemarin katanya lomba menggambar dan saya malah meminta siswa untuk belajar teknik menggambar. Jika memang lomba mewarnai, tentu berbeda lagi tekniknya. Apalagi menggunakan alat connector pen yang memang ada teknik tersendiri,” ujar Sumber www.suaradewata.com yang merupakan salah satu Kepala Sekolah Dasar yang menolak disebut identitasnya.

Ketua Panitia acara, Ucky Ayuningtyas, ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut membantah fakta terkait tidak disosialisasikan terkait sejumlah persyaratan yang menjadi kewajiban yang harus dibawa oleh peserta.

“Sebetulnya di brosur sudah ada sih. Tadi cuma ngingetin aja. Untuk TK (Tingkat Taman Kanak-kanak) memang lomba mewarnai. Tapi untuk SD (Tingkat Sekolah Dasar) kan menggambar dan mewarnai. wajib ditambah-tambahin (gambar yang telah disediakan oleh panitia),” papar Ucky yang dikonfirmasi di tempat lomba.

Ucky yang dikonfirmasi terkait dengan tidak disampaikannya kelengkapan persyaratan tersebut menuding orang tua peserta yang tidak jeli dalam mempersiapkan kebutuhan anaknya selaku peserta lomba. Menurutnya, logikan lomba menggambar tentu harus membawa pensil.

Jika orang tua yang jeli, lanjutnya, sepertinya sudah mengerti dengan kebutuhan pensil yang harus dibawa dalam lomba. Pasalnya, panitia telah menyediakan sebuah gambar yang siap diwarnai oleh para peserta lomba. Tentang kegiatan lomba yang juga berbeda antara lomba mewarnai serta menggambar pun ia mengaku peserta diwajibkan melakukan penambahan terhadap gambar yang telah disiapkan oleh panitia.

Gambar yang telah disiapkan oleh panitia lomba Faber Castell pun bukan hanya dipergunakan oleh peserta tingkat TK. Gambar di atas kertas yang telah disediakan panitia juga turut digunakan untuk lomba tingkat SD yang dimulai sejak pukul 14.00 Wita.

“Untuk yang SD itu wajib ditambah-tambahin. Tapi kalau TK kan hanya mewarnai aja. Kalau SD, menggambar dan mewarnai. Sebetulnya sudah ada dalam brosur,” ungkap Ucky menegaskan.

Sejumlah peserta yang tampak kecewa pun akhirnya memilih untuk meninggalkan lomba sebelum acara pengumuman pemenang.

Menurut Ucky, peserta lomba yang berlangsung setiap tahun tersebut diikuti oleh lebih dari 1300 peserta mulai tingkat TK dan SD yang ada di Kabupaten Buleleng. Dikatakan, jumlah peserta yang mengikuti di tahun 2016 lebih banyak dari angka peserta di tahun 2015 yang hanya 1012 peserta.

Peserta yang membayar pendaftaran sejumlah Rp25 ribu mendapatkan satu set connector pen yang berisi 8 jenis warna. Pendaftaran pun bukan hanya melalui sekolah-sekolah dasar melainkan dibuka tempat khusus pada salah satu toko buku “Togamas” yang berada di Jalan Kartini 6A Singaraja. adi/red


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER