Pica Fest 2016 Kembali Digelar, Kembangkan Industri Kreatif Bali

  • 29 Maret 2016
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 6296 Pengunjung
suaradewata.com

Denpasar,  Untuk kali ketiga Paradise Island Clothing Association (PICA) kembali menggelar ajang tahunan pada tanggal 1,2, dan 3 April 2016 mendatang.  Dan masih bertujuan untuk terus memajukan industri kreatif dan menambah tingkat kekreatifan anak muda khususnya di Bali.

Bali yang terkenal dengan industri pariwisatanya ini, namun tidak semua masyarakat Bali memiliki kemampuan secara finansial untuk mengelola usaha atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasis alam dan budaya.

Wakil Ketua Panitia PICA Yudistira Putra mengatakan, pihaknya akan terus memajukan industri kreatif khususnya yang lebih fokus dalam industri pakaian. Ajang yang akan digelar selama tiga hari di GOR Ngurah Rai ini membalut festival dengan hiburan musik para band musik indie hingga band indie nasional dengan memadukan unsur penjualan brand atau fashion yang digunakan oleh para musisi band indie tersebut.

Awalnya, PICA beranggotakan 25 brand, kemudian tahun 2015 naik jadi 50 brand dan hingga tahun 2016, pihaknya mulai membatasi dari 100 brand yang waiting list akhirnta terpilih sekitar 66 brand.

"Targetnya kita merangkul semua kalangan atau umum tapi lebih ke anak muda ya, dilihat dari pergerakan trafic keuntungannya sejak 2014 buyer naik 30 persen, atau sekitar Rp2 miliar, dan tahun ini kita harapkan naik dua kali lipatnyalah, " ungkapnya di Denpasar, Selasa (29/3).

Tak dipungkiri kehadiran para band indie tersebut,  tentu diperkuat dengan adanya brand atau merchandise dari clothing yang dipakai oleh para musisi tersebut. Hal ini diakui oleh musisi indie yang sudah menasional Endah n Rhesa.

Menurut Endah, penghasilan band indie mungkin tidak seberapa memang diakuinya nomor satu penghasilan seorang musisi dari manggung namun seiring berjalannya waktu karena adanya pembajakan dan maraknya download gratis di media sosial, akhirnya keuntungan dari penjualan CD sudah tidak bisa diharapkan lagi.

"Sebuah Band itu harus membangun  merchandise pertama untuk branding kedua untuk income, kita dari tahun 2009 sudah berjualan dan kita jualan setiap manggung karena prospeknya bagus akhirnya kita buat label endah n resha," katanya.

Dicontohkannya,  Band seperti Dead Squad dan Seringai saja mampu menjual Rp150 juta dalam setahun.

"Gerakan yang mendorong lokal brand di bali semangat ini yang harus dipikirkan rantai pergerakan roda bisnisnya cukup panjang," tukasnya.

Meski di Bali, belum ada suport dari pihak pemerintah, namun PICA berharap kepada pemerintah kota Denpasar untuk lebih mensuport lagi kegiatan khususnya yang berhubungan dengan industri kreatif anak muda.

Febri salah satu leader dari band indie lokal Bali yaitu Paintfull By Kisses mengharapkan adanya satu tempat khusus untuk pagelaran exhibition khususnya acara musik yang belum ada.

"Ada tapi jauh,  seperti di GOR ini kita cuma nambah dikit kita hanya ingin dari pengunjung kenyamanannya bertambah. Kenapa di GOR  tahun ini kita prediksi 45 ribu pengunjung yang datang dan kita akui kita kewalahan di budget acara ini panitia juga gambling. Bayangkan untuk sewa tempat di yang lapangan bola aja Rp45 juta per hari dan di luar 12 juta per hari," cetusnya.ids


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER