Dewan “tergoda” Proyek Geothermal

  • 04 Mei 2015
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 4092 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Tahun 2005, masyarakat Bali menolak secara keras megaproyek geothermal atau energi panas bumi di Bedugul. Atas penolakan masyarakat itu, Pemprov dan DPRD Bali merekomendasikan penolakan pengembangan energi panas bumi ini.


Namun kini, DPRD Bali justru terkesan tergoda. Hal ini terjadi setelah mendengar presentasi dari investor PT Tenaga Bumi Bali (TBB), di Gedung Dewan, Senin (4/5). Investor ini bahkan mengaku siap untuk melanjutkan megaproyek geothermal Bedugul.

"Megaproyek ini memang pernah ditolak. Namun melihat perkembangan yang ada, kita di lembaga dewan, tidak bisa menyetop begitu saja apa yang sempat ditolak tersebut," ujar Sekretaris Komisi III DPRD Bali Wayan Disel Astawa, usai mendengarkan presentasi dari PT TBB.

Secara teknis, menurut dia, paparan PT TBB sangat baik. Apalagi, ketersediaan listrik di Bali masih minim, di mana saat ini Bali baru memiliki daya listrik sebanyak 850 MW. "Dengan ketersediaan daya ini, maka Bali masih membutuhkan cadangan sekitar satu pembangkit lagi atau sekitar 380 MW," kata Disel.

Atas dasar itu, pihaknya memberikan kesempatan kepada PT TBB untuk melakukan presentasi mengenai teknik pengelolaan dan isu hukum pada proyek geothermal Bedugul. "Dari presentasi, ini sangat ramah lingkungan, karena menggunakan tenaga uap," tegas politisi PDIP ini.

Meski demikian, diakuinya megaproyek geothermal Bedugul tak serta merta bisa berjalan mulus. Sebab, pengembangan bisa dilakukan jika disetujui masyarakat dan direkomendasikan pemerintah dan lembaga dewan di tingkat kabupaten.

"Dulu kan sempat ditolak masyarakat. Bahkan atas dasar itu, DPRD Bali secara lembaga juga mengeluarkan rekomendasi penolakan. Tetapi kalau sekarang masyarakat justru menyetujui proyek itu, maka dewan tentu tidak bisa melawan keinginan rakyat," ujar Disel.

Hal tak jauh berbeda juga disampaikan anggota Komisi III DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana. Dikatakan, megaproyek geothermal Bedugul sempat ditolak masyarakat Bali.

"Dewan sempat menolak, dan penolakan ini diawali pro dan kontra di masyarakat. Bahkan ketika itu, yang menolak jauh lebih banyak. Mulai dari lembaga umat, hingga fraksi-fraksi di dewan juga menolak," paparnya.

Untuk saat ini, demikian Kariyasa, tergantung masyarakat. "Kalau masyarakat setuju, dewan dan pemerintah kabupaten juga setuju, tentu kami di DPRD Bali akan menyetujuinya," kata politisi PDIP asal Buleleng itu.

Ia tak menampik, energi panas bumi memang sangat bagus. Untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Dewata, maka geothermal adalah salah satu solusinya.

"Tetapi kembali lagi, realitasnya pasti akan terjadi seperti kemarin, di mana rencana pengembangan energi panas bumi di Bedugul itu akan ditolak masyarakat," pungkas Kariyasa. san


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER