A.A. Gde Agung Ajak Mahasiswa Lestarikan Budaya Subak

  • 10 November 2019
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2640 Pengunjung
istimewa

Denpasar, suaradewata.com - Anggota DPD RI A.A. Gde Agung menjadi pembicara dalam acara yang digelar oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Minggu (10/11/2019). Dalam bincang bersama mahasiswa tersebut, A.A. Gde Agung mengajak mahasiswa melestarikan budaya subak.

Dalam kegiatan dengan tema 'Mengupas eksistensi subak di era milenial guna memperkokoh daya peran subak dalam usaha membangun Sad Kerti Loka Bali' tersebut, A.A. Gde Agung menyampaikan bahwa implementasi subak dalam Sad Kertih Loka Bali terdiri dari Parhyangan, Palemahan dan Pawongan atau Tri Hita Karana. Parhyangan terdiri dari Pura Subak (Wana Kertih), Palemahan terdiri dari masyarakat adat (Jagat Kertih), dan Pawongan terdiri dari danau atau sungai (Danu Kertih). "Subak adalah organisasi kemasyarakatan di Bali yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan untuk bercocok tanam, bahkan sudah diakui UNESCO," tegasnya.

Dalam subak sendiri, terdapat sejumlah masalah yakni pada parhyangan, sawah beralih fungsi, namun harus tetap melaksanakan ritual dan pelinggih subak masih ada. "Dan solusi untuk permasalahan tersebut adalah tetap melaksanakan ritual subak untuk menjaga kemakmuran," maka dari itu jika ingin subak bertahan di era milenial ini, tergantung pada generasi muda, apakah akan mempertahankan budaya tersebut atau akan membiarkannya hilang dan musnah. ujarnya.

Kemudian masalah pada palemahan adalah alih fungsi lahan menjadi hotel, villa, perumahan dan sebagainya, penerapan teknologi modern pada pola tanam maupun pada pola pengairan. Dimana solusinya adalah pembebasan PBB untuk lahan pertanian yang masih produktif, membebaskan biaya perolehan hak atas para petani penerima warisan, perlu dibuatkan peraturan alih fungsi lahan pertanian dan meningkatkan edukasi tentang pertanian kepada masyarakat.

Sedangkan permasalahan subak pada pawongan biasanya datang dari ekonomi, sosial dan inovasi. Dimana menurutnya yang sangat mendasar adalah banyak yang malu menjadi petani karena menganggap kepastian hidup petani tidak menjanjikan. Maka dari itu A.A. Gde Agung menegaskan kepada para generasi muda untuk tetap bangga menjadi petani. "Generasi millenial banggalah menjadi petani karena nasib kemakmuran bangsa ada ditangan kalian sendiri," pungkasnya. ayu/sar


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER