Bhakti Saraswati, Satu "Bodag" Lontar Berusia Ratusan Tahun Berhasil Dikonservasi

  • 09 Agustus 2017
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3100 Pengunjung
suaradewata.com

Bangli,  suaradewata.com - Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali melakukan konservasi lontar serangkaian program Bhakti Saraswati di Banjar Peninjoan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, Rabu (9/8/2017). Kegiatan konservasi lontar yang juga melibatkan Penyuluh Bahasa Bali ini, berhasil membersihkan dan merawat satu "bodag" naskah lontar. 

Kegiatan konservasi lontar Bhakti Saraswati ini dimulai sekitar pukul 09.00 wita. Adapun lontar yang disasar untuk dirawat yakni lontar milik Jro Mangku Nyoman Purnayasa di Banjar Dinas Peninjoan Desa Peninjoan Tembuku Bangli. Sedikitnya, ada satu bodag  naskah lontar yang tersimpan di merajan kemulan  Jro Mangku Nyoman Purnayasa ini.

Namun sayang, lontar-lontar tersebut sebagian besar sudah dalam kondisi rusak. Bahkan hampir setengahnya sudah tidak tersusun dan tercerai berai. Beberapa bagian juga mengalami rusak parah. Selain itu keadaan lontar sedikit rapuh dan kering, sehingga membuat tim yang bertugas harus esktra hati-hati dalam melakukan perawatan dan identifikasi. Namun berkat kerja keras tim, beberapa bagian masih bisa diselamatkan. 

Kepala Seksi Inventarisasi dan Pemeliharaan Dokumen Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Made Mahesa Yuma Putra, mengatakan kegiatan Bhakti Saraswati dengan melakukan perawatan naskah lontar ini merupakan hasil dari pelatihan perawatan lontar yang sudah dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. "Bhakti saraswati ini salah satu program kami dalam merawat naskah lontar di Bali. Selain di Kabupaten Bangli, kegiatan serupa akan digelar di seluruh Kabupaten/Kota di Bali. Tentunya melibatkan Penyuluh Bahasa Bali bersama masyarakat," ujarnya. 

Terkait dengan keadaan naskah lontar yang dirawat, pihaknya mengaku banyak menemukan lontar yang dalam kondisi rusak akibat kurang perawatan. "Namun kami bersyukur masyarakat pemilik lontar  telah memberi kami kesempatan untuk melakukan perawatan lontar. Kami berharap yang  terpenting adalah  lontar-lontar tersebut dapat dirawat dan dibaca sehingga diketahui isinya," ujarnya. 

Dalam konservasi tersebut diketahui, setidaknya masih ada sekitar 7 cakep yang masih bisa dibaca dan diidentifikasi. Isi lontar yang berhasil diselamatkan cukup beragam, ada babad, kawiwesan, kanda, silakramaning aburonburon dan lain sebagainya. Menurut salah satu penyuluh yang bertugas melakukan pembersihan, I Nyoman Ranem, menyampaikan kerusakan lontar tersebut terjadi akibat tidak adanya perawatan yang baik dan tempat penyimpanan  yang tidak tepat karena masih menggunakan bodag. “Seharusnya lontar ditempatkan di tempat yang baik sehingga tidak dimakan rayap. Selain itu lontarnya juga tidak pernah dibaca, sehingga jarang dibersihkan," ujarnya. 

Sementara Pemilik Lontar, Jro Mangku Nyoman Purnayasa mengatakan lontar-lontar tersebut merupakan warisan dari leluhur terdahulu. Diperkirakan usia lontar tersebut sudah berumur lebih dari seratus tahun.

"Kami mewarisi dari luluhur terdahulu. Kami terima dan kami simpan di merajan. Memang kami belum sempat membuka dan merawat. Karena keterbatasan kami dalam perawatan lontar," ujarnua. 

Mengingat tidak mempunyai kemahiran dalam membaca lontar tersebut, membuat Jro Mangku Purnayasa tidak mengetahui secara pasti isi dari lontar yang dimilikinya.  Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada tim dari Dinas Kebudayaan dan Penyuluh Bahasa Bali untuk  dapat membantu membaca maupun mengobservasi naskah lontar yang dimiliki. Agar minimal isi dari lontar tersebut dapat diketahui atau bahkan dipahamai untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. "Kegiatan hari ini memang masih sebatas pembersihan saja. Namun kami sangat mengharapkan agar tim dari Dinas Kebudayaan maupun Penyuluh dapat membantu kami untuk dapat minimal membaca lontar kami. Dan yang sudah berserakan, kami beharap agar dapat disusun kembali," tegasnya. Sebab, lanjutnya, yang terpenting pihaknya ingin tahu isinya dan bisa dipahami supaya bisa diwariskan kepada generasi  selanjutnya. ard/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER