Memperihatinkan, Banyak Saluran Irigasi di Bangli Rusak

  • 10 Juni 2017
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3658 Pengunjung
suaradewata.com

Banglisuaradewata.com – Ditengah upaya kalangan DPRD  Bangli merancang Ranperda inisiatif tentang  perlindungan  pertanian, nyatanya kondisi penunjang sarana prasara pertanian dilapangan masih banyak yang rusak. Sesuai Data di Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang Perumahan  Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Bangli,  hampir 62 persen lebih, sarana pertanian berupa saluran irigasi persawahan dalam kondisi rusak.

Kabid  Sumber Daya Air Dinas PU Bangli, Agus Yudi Swetha Ambara, ST.MT   saat dikonfirmasi, Jumat ( 9/6/2017) mengakui masih banyaknya saluran irigasi yang rusak. Disampaikan, mengacu revisi  Kepmen PU  No .390 /KPTS/M/ 2007  tentang  penetapan status daerah  irigasi yang  pengelolaanya  menjadi wewenang  dan tanggung jawab pemerintah Propinsi dan pemerintah Kabupaten /kota, maka untuk kabupaten Bangli memilki  46 daerah irigasi (DI). Secara rinci disebutkan, 46 DI itu,  tersebar di empat kecamatan. Yakni di Kecamatan Kintamani terdapat sebanyak 3 DI. Kecamatan Susut sebanyak  23 DI. Kecamatan Tembuku  12 DI  dan kecamatan Bangli  8 DI.

Total panjang  keseluruhan saluran  irigasi yang menjadi tanggung jawab pemkab Bangli mencapai 140,68 Km. Menurutnya, dari  bentangan panjang saluran irigasi itu,  52.612 Km dalam kondisi baik. Sisanya sepanjang 88,068 Km dalam kondisi rusak. "Kerusakannya jaringan irigasi kita mencapai 62,61 persen”, ungkapnya. Untuk penanggulanganya, kata pejabat asal Gianyar ini, sejatinya pemerintah daerah  tiap tahun telah menganggarkan dana renovasi atau perbaikan  jaringan irigasi yang rusak. Tahun 2017, anggaran untuk perbaikan jaringan irigasi  yang rusak diplot sebesar  hampir Rp 8 miliar lebik, yang bersumber dari dana DAK  sebesar Rp 6, 823 miliar  dan dari APBD Bangli sebesar Rp 2,582 miliar. "Anggaran tahun ini, baru bisa mengkaver perbaikan jaringan irigasi  yang rusak  sepanjang 16,1 Km,” tegasnya.

Karena keterbatasan anggaran itu, upaya perbaikan secara keseluruhan terpaksa dilakukan secara bertahap. Diperkirakan, tahun 2021 seluruh jaringan irigasi yang rusak tersebut, sudah bisa tersentuh perbaikan. “Kerusakan jaringan irigasi tersebut, kebanyakan karena bocor, sehingga menyebabkan air banyak yang terbuang percuma,” tegasnya.  Dimana, faktor penyebab bocornya jaringan irigasi itu, selain karena usia yang sudah tua, lebih dominan karena  serangan hama kepiting. “Kepiting itu, bisa melobangi jaringan irigasi kita yang  menggunakan space pasangan batu " ungkapnya. Oleh karena itu, d tahun 2017 ini, pembuatan jaringan irigasi akan menggunakan  beton.  "Dengan space beton, kita harap dapat menekan angka kebocoran akibat serangan kepiting"  jelasnya, sembari menyebutkan proses kegiatan  fisik tahun ini sudah masuk dalam tahap  verifikasi di Unit Layanan Pengadaan ( ULP).ard/dev


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER