Gianyar Segera Miliki Buku Kain Tradisional Khas Kabupaten Gianyar

  • 11 Desember 2015
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 3343 Pengunjung

Gianyar, suaradewata.com - Sebagai daerah yang memiliki banyak warisan budaya, Kabupaten Gianyar mulai melakukan pengelolaan kekayaan budaya dan kegiatan penelusuran pusaka. Hal tersebut terlihat dengan telah dibentuknya Panitia Pelaksana Kegiatan dan Penunjukan Tim Peneliti serta narasumber penelusuran pusaka Kabupaten Gianyar. Tak hanya terkait dengan warisan budaya benda, namun juga menyasar pada warisan budaya tak benda yang dimiliki Kabupaten Gianyar, salah satunya kain tenun tradisional (endek). Hal tersebut terungkap dalam Seminar Akhir Kain Tradisional Kabupaten Gianyar di Hotel Gianyar, (10/12).

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, Drs. I Gusti Ngurah Wijana , MM. M.Pd mengatakan, seminar tersebut dilaksanakan dalam rangka mensosialisasikan serta mencari masukan – masukan dalam rangka menyempurnakan hasil penelitian untuk selanjutnya akan dijadikan Buku Kain Tradisional Khas Kabubupaten Gianyar. Dengan melibatkan 100 orang peserta dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se- Kabupaten Gianyar, Camat, Kelompok Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar, Kepala Museum, Pengusaha Tenun dan Pengusaha Kain Tradisonal,  kader Pelestari Budaya hingga pecinta kain tradisional. Seminar yang berlangsung sehari tersebut menghadirkan narasumber Tim Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar, I Wayan Geriya serta Kepala Balai Penelitian Nilai Budaya (BPNB) Bali, NTB dan NTT, Drs. I Made Purna, M.Si.

I Wayan Geriya mengatakan, kain tenun tradisional (endek) Bali bersama dengan Kain Geringsing Tenganan serta Seni Lukis Klasik Kamasan yeng merupakan warisan budaya tak benda Indonesia, di tahun 2015 ini mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO. Berdasarakan hasil kajiannya, I Wayan Geria mengatakan, terdapat delapan sentra kain tradisional yang ada di Kabupaten Gianyar yakni, Pejeng, Beng, Sidan, Keramas, Sukawati, Bona, Blahbatuh dan Ubud. Bedasarkan analisis Stimulants, Barriers, Solutions (SBS) terdapat beberapa factor mendukung/menguatkan (stimulants) serta factor penghambat (barriers). Faktor pendukung diantaranya, sejarah tradisi panjang; persebaran, dukungan SDM, kreatif dan teknologi; apresiasi local, nasional dan internasional; nilai tambah tinggi; sustainabilitas dan akulturai; ekonomi kreatif dan fashion. Sementara factor penghambatnya, bahan baku yang cukup mahal; terbatasnya penenun remaja; persaingan dengan daerah lain; serta HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).  Solusi yang ditampilkan untuk menjawab hambatan tersebut yakni, pelestarian kekhasan, keunggulan, identitas serta karakter kain khas Gianyar. Pemberdayaan, Fasilitasi, pembangunan museum tekstil serta pelatihan. Revitalisasi dan pemberdayaan orange economy yaitu sinergi ekonomi kreatif dan tradisi berbasis budaya.

Asisten Adminitrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Cokorda Rai Widiarsa mengatakan, untuk menyelamatkan warisan budaya yang begitu banyak, salah satunya Kain Khas Gianyar, Pemkab Gianyar beserta seluruh masyarakat bahu membahbu bekerjasama dalam upaya penyelamatan warisan budaya tersebut dengan melaksanakan penelitian oleh para ahli. Hasil penelitian ini diseminarkan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat untuk nantinya diterbitkan buku “Kain Tradisional Khas Gianyar”. Kain khas merupakan salah satu penanda budaya yang sangat penting. Penggunaan kain khas pada masyarakat dapat diasosiasikan dengan daearah dimana kain itu bersasal. Hal ini menunjukkan fungsi kain khas sebagai salah satu identitas budaya yang sangat penting sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu asset kekayaan budaya suatu daerah. “Gianyar mempunyai kain khas yang memiliki karakteristik atau kekhasan tersendiri. Penggunaan kain khas di Kabupaten Gianyar erat kaitannya dengan berbagai upacara keagamaan Panca Yadnya,” terang Cok Rai Widiarsa.gus


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER