TNI, Polisi dan Warga Berburu Tikus di Subak Wanasari

  • 02 November 2015
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4118 Pengunjung

Tabanan, suaradewata.com – Akibat hama tikus yang menyerang tanaman petani dan petani mulai putus asa lantaran dengan hama tidak mempan maka jalan terakhir yang dilakukan adalah Pengropyokan (memburu) tikus. Hal itu pula dilakukan warga subak subak babakan wanasari Desa Wanasari Kec Tabanan dibantu TNI dari Koramil kota Tabanan dan Polsek Kota dengan mengerahkan sekitar 120 orang mereka memburu tikus di subak tersebut, Senin, (2/11).

Danramil kota Tabanan Kapt Inf Yudha mengatakan jumlah TNI, Polri dan masyarakat yang memburu tikus itu sekitar 120 orang. Sebelum memburu tikus-tikus tersebut kata dia lebih dulu dilakukan upacara niskala dengan memohon ke Tri kayangan, Pura subak, Puri Tabanan, Puncak luhur Pekendungan, Puncak Luhur Batukaru dan Puncak Batu Lumbung. “Kami tidak melakukannya sembarangan, sebelumnya kami lakukan upaya niskala,” ucapnya. Pengropyokan ini kata dia adalah upaya terakhir setelah masyarakat melakukan langkah-langkah pencegahan namun gagal. “Sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan racun, namun tidak berhasil sehingga upaya terakhir yakni pengropyokan,” jelas Yudha.

Sementara Pekaseh Babakan Wanasari, I Wayan Yasa Giri mengatakan upaya pengropyokan dinilai sangat ampuh untuk mencegah berkembang biaknya tikus. “Hama tikus memang membuat gagal panen di wilayah subak babakan ini, mudah-mudahan dengan penggropyokan dibantu aparat bisa berhasil,” harapnya. Pengropyokan itu dilakukan dengan menggunakan alat tiran dan alat lain seperti belerang dibakar dengan kompor gas sehingga mengeluarkan asap, selanjutnya sawah disisir guna mencari tikus yang mati atau yang masih berlarian kesana kemari akibat asap. “Saat ini yang bisa dipanen hanya sekitar 40 persan, yang lainnya diserang tikus semua dan petani merugi,” ucapnya. Hal serupa diungkapkan Kades Wanasari IB komang Widiana, kata dia bahwa dari luas 48 Ha  yang seluruhnya  ditanami padi, hanya 40% bisa diambil hasilnya. “Dari 40% yang bisa dipanen itupun hasilnya tidak maksimal, karena banyak yang rusak,” ucap Widiana. 

Sementara Kepala Balai Perlindungan dan Tanaman Pangan Holtikultura Propinsi Bali, I N. Suela yang memberi pengarahan kepada para petani mengajak warga untuk terus melakukan upaya tersebut. Tujuannya agar agar tikus-tikus hama itu tidak berkembang biak, seningga dapat merusak yang lain. “Pola seperti ini harus terus dilakukan agar hama tikus tidak berkembang dan merusak tanaman petani,” ucapnya. ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER