Harga Beras dan Cabai Rijek Juga Meroket

  • 11 Agustus 2015
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 2699 Pengunjung

Bangli, suaradewata.com– Ironis. Pasca hari raya, sejumlah kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Bangli kian meroket.  Bahkan ditengah kenaikan harga cabai yang belakangan tembus hingga Rp 70.000/kg, harga beras juga menyusul naik tajam. Kenaikan harga beras ini, dipicu karena jumlah produksi beras menurun akibat sejumlah daerah di luar Bali mengalami gagal panen sebagai dampai musim kemarau.  Untuk menyiasati naiknya harga cabe merah dipasaran, sebagian masyarakat terpaksa membeli cabai yang dalam kondisi rijek.

Sesuai pantauan di pasar Kidul Bangli, Selasa (11/08/2015), kenaikan harga beras terjadi sejak sepekan terakhir. Terutama harga beras yang dipasok dari luar Bali. Seperti halnya harga beras Putri Sejati, naik secara bertahap dari harga 10.500/kg menjadi Rp 11.000/kg dan kini menjadi Rp 11.500/kg ditingkat pengecer. Selain itu, beras Ratu juga mengalami kenaikan rata-rata Rp 500/kg.

Imbasnya, harga beras lokal juga turut naik. Kenaikan rata-rata mencapai  300/kg hingga 500/kg. Saat ini, beras eceran tembus Rp 10.000/kg hingga 10.500/kg. Beras medium, Rp 9.500/kg. Beras Premium 10.500/kg. Menurut salah seorang pedagang beras di Pasar Kidul, Ni Komang Edi Suswanti, kenaikan beras telah terjadi sejak sepekan terakhir. “Harga beras mulai naik setelah hari raya,” tegasnya. Pemicunya, lanjut dia, disebabkan karena pasokan beras dari luar Bali tidak memadai. “Kemungkinan banyak petani di luar Bali gagal panen, sehingga berpengaruh terhadap pasokan,” jelasnya.

Selain harga beras yang melonjak, harga cabai juga terus meroket. Menurut Ni Nyoman Pasek, kalau sebelumnya hanya cabai kecil yang naik. Kali ini, harga cabai besar, juga mengalami kenaikan. “Harga cabai besar sebelumnya hanya Rp 15.000/kg. Kini juga ikut naik menjadi Rp 30.000/kg,” sebutnya. Sementara harga cabai kecil merah, bertahan dikisaran Rp 60.000 hingga Rp 70.000/kg.

Menyiasati mahalnya harga cabai ini, kecendrungan para konsumen belakangan terpaksa membeli cabai yang dalam kondisi  rusak. “Walaupun kondisi cabai agak rijek, tapi tetap laris dibeli konsumen,” sebutnya. Bahkan, lanjut Ni Nyoman Pasek,  harga cabai rijek ini laku dijual Rp 30.000/kg hingga 40.000/kg. Padahal sebelumnya, harganya hanya Rp 5.000/kg dan sebagian banyak tidak laku karena kualitasnya yang rendah.

Secara terpisah Kadisperindag Kabupaten Bangli, I Nengah Sudibia saat dikonfirmasi mengakui adanya kenaikan sejumlah harga sembako dipasaran. Kata dia, kenaikan harga yang paling menjolok terjadi pada beras dan cabai. Penyebabnya, lanjut Sudibia, karena selama ini Bangli banyak memasok beras dari luar daerah. “Dampak musim kemarau telah menyebabkan banyak petani di luar daerah Bali, terutama di jawa gagal panen  sehingga mempengaruhi pada turunnya produski beras. Dampaknya, pasokan dan distribusi beras ke Bangli juga ikut terkena imbasnya,” sebutnya. Hal ini diperkirakan akan terus tejadi hingga bulan November, mengikuti fase berakhirnya musim kemarau. Untuk menekan harga supaya tidak terus melonjak, pihaknya hanya bisa berharap supaya komuditas pertanian di Bangli tidak sampai gagal panen. ard


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER