Ketua Dekarnasda Bali Wanti - Wanti Kain Gringsing Jangan Sampai Kena Jiplak

  • 01 Februari 2023
  • 18:40 WITA
  • Karangasem
  • Dibaca: 1546 Pengunjung
Ketua Dekarnasda Bali saat meninjau proses pembuatan kain gringsing di Karangasem, Selasa (31/1/22)

Karangasem, suaradewata.com- Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali, Putri Suastini Koster bersama jajaran pengurusnya turun meninjau dan melakukan tatap muka dengan penenun Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Selasa (31/1/2023).

Dalam tatap muka dengan para penenun di wantilan Desa Tenganan, Putri Koster menyampaikan bahwa kunjungannya bertujuan melihat perkembangan tenun gringsing, jenis kain langka yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali. 

"Dewan kerajinan mempunyai tugas pengawasan terhadap karya kerajinan. Melalui pengawasan dan pembinaan, kita harapkan keberadaannya akan tetap lestari, kualitasnya meningkat dan mensejahterakan pengerajin, hingga masyarakat luas," ucap Ny. Putri Koster.  

Dekranasda Bali intens melaksanakan pembinaan karena sejumlah kain tenun tradisional menghadapi berbagai tantangan dalam upaya pelestariannya.  Dibawah kepemimpinannya ia berharap, perilaku yang menjauhkan diri dari upaya pelestarian segera dihentikan.

Ia lantas mencontohkan ancaman nyata pada keberadaan kain endek dan songket. Endek banyak ditenun di Troso, sehingga Bali mengalami dua kerugian yaitu penjiplakan motif dan kerugian ekonomi. Selain endek, songket juga tergerus oleh kemunculan kain bordir yang menjiplak motif songket.

"Pembuat motif mencurahkan pikiran untuk menciptakan motif yang bagus, tapi begitu jadi langsung dijiplak untuk motif bordir. Ini sangat merugikan, " ujarnya. Belajar dari pengalaman itu, ia berharap gringsing tetap lestari.

Diketahui bahwa para penglingsir Desa Tenganan telah mengantisipasi dengan mengatur penggunaan tenun geringsing dalam aturan adat. Dimana, Krama Tenganan wajib mengenakan  gringsing pada upacara keagamaan tertentu.

Gringsing adalah karya luar biasa dan merupakan satu-satunya tenun double ikat di Indonesia. "Di dunia hanya ada tiga yaitu India, Jepang dan Indonesia. Kita harus bangga, karena ada di Tenganan," imbuhnya.

Terakhir, Ia mengingatkan semua pihak agar jangan sembarang menggunakannya sebagai bahan baku produk seperti tas atau sandal.

"Ingat, dari namanya gringsing punya filosofi yang sangat luhur. Gering artinya sakit, sing berarti tidak. Artinya, orang yang memakai kain ini diharapkan tidak sakit. Ini makna yang sangat mulia dan cenderung sakral," tuturnya. ran/adn


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER