Parade Kebaya Sekaligus Pengukuhan Tarian Maskot Lapas Perempuan

  • 25 Oktober 2022
  • 15:20 WITA
  • Badung
  • Dibaca: 1505 Pengunjung
istimewa/suaradewata

Badung, suaradewata.com -  Para warga binaan di Aula Serba Guna Lapas Perempuan Kerobokan, Pusat Studi Undiknas (PSU) menggelar aksi Parade Berkebaya Indonesia bersama Warga Binaan Lapas Perempuan. Acara dengan tema “Kebaya Jati Diri Tanpa Batas Status Sosial Perempuan Indonesia” di laksanakan di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, Selasa (25/10). 

Aksi ini ini juga mendukung kampanye Kebaya Goes To UNESCO dimana salah satu pakaian khas Indonesia ini akan didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. 

Acara ini juga menegaskan pesan bahwa kebaya itu bisa dipakai siapa saja dan dimana saja serta kapan saja Tanpa Batas Status Sosial. Rangkaian acara diisi dengan Parade Berkebaya yang diikuti oleh warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan.

Acara diawali dengan persembahan Tari Burat Wangi yang dibawakan oleh warga binaan, selain itu ada pula persembahan Tari Saman. Sebagai wujud kreativitas dan hasil pelatihan yang bekerja sama dengan BLKIP Provinsi Bali, warga binaan juga menampilkan kebaya dan kamen hasil karya pelatihan menjahit warga binaan dalam kegiatan parade berkebaya tersebut. 

Kegiatan ini juga sebagai rangkaian peringatan HUT ke-3 Pusat Studi Undiknas dan mengusung konsep sinergi pang pade payu ini melibatkan sejumlah organisasi seperti Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Bali, GTS Institute, DPD Perempuan Indonesia Maju Bali, DPD Perempuan Pemimpin Indonesia Bali, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu.

Pada kesempatan ini dilaksanakan Pengukuhan Tari Kebesaran Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan yang diberi nama "Tari Angayu Jayastri". Tari ini ditarikan oleh tiga penari dari warga binaan. 

Tari Angayu Jayastri merupakan sebuah karya tari yang mengimplementasikan semangat transformasi karakter dan kepribadian seorang perempuan untuk menjadi insan yang lebih baik dan tangguh dalam menatap masa depan. Ibarat kecantikan dan keindahan seekor kupu kupu yang hanya akan hadir ketika sang ulat berhasil melalui proses metamorfosa kepompong.

Secara filosofis kata “Angayu Jayastri” memiliki makna “sebuah proses transformasi yang harus dilalui oleh seorang perempuan untuk menjadi perempuan pemenang yang tangguh”. 

Sama halnya dengan filosofi Kupu- Kupu Jegeg yaitu maskot Zona Integritas dari LPP Kerobokan yang memiliki keterkaitan diantara dua maskot tersebut, yaitu ibarat seekor kupu-kupu yang hanya hadir jika ia berhasil bermetamorfosa dari kepompong, karakter seorang perempuan yang bertransformasi menjadi lebih baik dan tangguh dalam menatap masa depan. 

Karya tari ini merupakan aktualisasi ide dan gagasan dari Kepala Pusat Studi Undiknas Doktor Gung Tini Gorda yang didedikasikan dan dipersembahkan kepada Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan.

Plt Kepala Lapas (Kalapas) Perempuan Kelas IIA Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani memberikan apresiasi atas acara Parade Berkebaya Indonesia Bersama Warga Lapas Perempuan dan persembahan tari kebesaran Angayu Jayastri yang khusus dibuatkan bagi Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan. 

“Tari kebesaran ini merupakan sumbangan murni dari Gung Tini Gorda, baik dari segi pelatihnya, maupun pakaiannya. Dikatakan tarian tersebut memiliki makna motivasi agar wanita menjadi lebih tangguh dan lebih baik lagi ke depannya," ungkapnya.

Tak hanya itu, sebagai bagian upaya penguatan mindset para warga binaan, acara juga diisi dengan sharing session dari psikolog Sad Yuli Prihartati, S.Psi.,Psikolog, untuk mengenalkan konsep diri untuk hidup lebih baik kepada warga binaan.mot/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER