Sekda Buleleng Pimpin Bakti Penganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang

  • 19 Juli 2022
  • 19:55 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 1413 Pengunjung
Istimewa/suaradewata

Buleleng, suaradewata.com - Sekretaris Daerah (Sekda) Gede Suyasa pada Selasa, (19/7/2022) memimpin rombongan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melakukan Bakti Penganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Usai melakukan persembahyangan, Suyasa menerangkan keberadaan Pura Mandhara Giri Semeru Agung. Menurutnya Pura Mandhara Giri Semeru Agung sudah di akui secara nasional. Dengan pengakuan secara nasional tersebut, dibuatkan kesepakatan bersama. Dimana semua pemerintah daerah yang ada di Bali termasuk Kabupaten Buleleng, memiliki kewajiban untuk berpartisipasi ngaturang ngayah  di Pura Mandhara Giri Semeru Agung. 

“Jadi, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di Kabupaten Buleleng, untuk tetap menjalankan kewajiban. Termasuk juga menjalankan apa yang dikonsensuskan dalam setiap tempat suci. Utamanya pura-pura yang ada di wilayah Bali maupun luar Bali seperti Pura Mandhara Giri Semeru Agung ini. Hal ini dilakukan, supaya semuanya bisa lestari, ajeg dan tentu tetap berdoa agar bisa mendapatkan kerahajengan, kerahayuan dan jagadhita," ujarnya.

Dikatakan juga, selama ini umat Hindu di Buleleng memiliki antusias yang tinggi untuk berpartisipasi ngaturang ngayah dalam setiap Pujawali di Pura Mandhara Giri Semeru Agung. Dalam hal ini, setiap tahunnya Pemkab Buleleng mendapatkan jadwal yang telah ditentukan. 

“Setiap tahun memang Pemkab Buleleng mendapat jadwal untuk ngaturang ngayah. Sekaligus juga ngaturang penganyar di pura ini," tandas Suyasa.

Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang Edy Sumianto mangatakan mewakili umat Hindu yang ada menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Pemkab Buleleng. Telah berkenan untuk melaksanakan bakti penganyar di Pura Mandara Giri Semeru Agung. Selain bakti penganyar yang selalu berdampingan antara Jawa Timur dan Bali, pelaksanaan upakara atau ritual yadnya di pura ini dengan sesaji atau banten selalu berdampingan. Selalu melengkapi antara Hindu Jawa dan Bali. 

"Jadi kalau dulu awal-awal kita sering mendengar istilah Balinisasi. Istilah bahwa umat hindu Jawahanya jadi penonton. Itu sebenarnya tidak benar karena memang umat Hindu di Kabupaten Lumajang dari awal proses pembangunan sudah terlibat," katanya

Dengan adanya keterlibatan dan kebersamaan antara Umat Hindu di Bali dan Lumajang, maka secara tidak langsung Pura Mandhara Giri Semeru Agung ini adalah salah satu contoh. Bahwa sebenarnya Hindu Jawa di Lumajang dan Hindu Bali adalah satu tradisi. Hanya tata cara pelaksanaannya saja yang berbeda. 

"Hanya bentuk bantennya yang berbeda. Tetapi maknanya satu. Jadi itulah Hindu Indonesia. Hindu Nusantara. Biarkan Hindu di daerah berkembang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing. Sehingga kita Hindu Indonesia ini akan menjadi penuh warna," tutup Edy Sumianto. sad/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER