Hanya Tamat SMP, Raih Juara Teknologi Tepat Guna

  • 22 April 2022
  • 15:20 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 1603 Pengunjung
I Wayan Ruja (42)dan Ni Wayan Sremod (40) menerima piala dan penghargaan Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Tahun 2022 tingkat Kabupaten Gianyar dari Bupati Gianyar, Made Agus Mahayastra. Foto: gus

Gianyar, suaradewata.com - I Wayan Ruja (42) warga Banjar Bukian Kaja, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Gianyar, memenangkan Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Tahun 2022 tingkat Kabupaten Gianyar. Suami dari Ni Wayan Sremod (40) ini menerima piala dan penghargaan dari Bupati Gianyar, Made Agus Mahayastra bertepatan dengan HUT Kota Gianyar ke-251 di Alun-alun Kota Gianyar, Selasa (19/4). Pria yang hanya lulusan SMP ini berhasil menciptakan mesin Multifungsi Pengolah Buah Kelapa.

Bapak 3 anak ini tak pernah menyangka bisa menjadi juara atau mengikuti lomba. Sebab tujuan awal dirancangnya mesin ini karena tuntutan ekonomi. Wayan Ruja mengaku sempat terpuruk sejak pandemi melanda. Pria yang hanya lulusan SMPN 2 Payangan ini mulanya pengrajin ukir. Saat pariwisata menggeliat, permintaan ukiran kayu buatannya laris manis. Produknya banyak diserap artshop di kawasan Gentong, Tegallalang. Namun sejak Tahun 2019, Wayan Ruja nyaris tak lagi pegang pahat. Tidak ada pesanan, membuatnya beralih profesi. "Awalnya pengrajin ukir, sejak pandemi beralih ke pengrajin patung, tapi patung sepi juga peminatnya. Akhirnya saya pernah nyoba jualan nasi," jelasnya. Sayangnya, Wayan Ruja merasa belum hoki jualan nasi sehingga memutar otak kembali untuk pekerjaan lain.

Sembari bertahan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Wayan Ruja mencoba membuat kerajinan dari batok kelapa. Tapi begitu dia punya desain batok kelapa, situasi pandemi membuatnya sulit memasarkan. Saking pasrahnya, Wayan Ruja mencoba membuat Saur/Serondeng untuk dijual. Siapa sangka, pekerjaan yang dianggap paling sederhana membuat serondeng ini ternyata menguntungkan.

Pemasaran mulanya di sekitar Payangan. Karena rasanya yang enak, Saur yang diberi label Berkah Kelapa ini banyak diminati. Bahkan pesanan datang dari Tegallalang, Sukawati, Ubud hingga Bangli. Saat kondisi kewalahan memenuhi pesanan inilah, Wayan Ruja berpikir bagaimana cara agar mempercepat proses pengupasan kelapa. "Bertambah pesanan gak kuat bikin secara manual, jadi saya berpikir inisiatif membuat mesin. Penggeraknya satu dinamo, sekali dinyalakan bisa ambil dua pekerjaan sekaligus sama istri," jelasnya.

Sepengetahuannya, mesin multifungsi ini belum ada tandingannya. Wayan Ruja juga meyakini, jika mesin ini diproduksi massal peminatnya akan banyak. Hanya saja, Wayan Ruja yang hidupnya pas-pasan belum terpikirkan untuk memproduksi mesin lagi. "Kalau memang dibantu pemerintah bikin hak paten, tentu saya syukuri. Apalagi untuk produksi lagi. Saya rasa mesin ini banyak diminati," ungkapnya. Dalam sehari, Wayan Ruja mengolah sekitar 200 sampai 250 buah kelapa menggunakan mesin multifungsi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Gianyar Ngakan Ngurah Adi mengatakan lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) ini digelar secara berkala setiap tahun. Gianyar selama ini cukup berprestasi, bahkan di kancah nasional. Dengan dinobatkan Kincir Air buatan Wayan Budiana (almarhum) asal Desa Bukian, Payangan sebagai terbaik nasional. "Setelah menang di Kabupaten akan mewakili Gianyar di tingkat provinsi. Astungkara nanti bisa bersaing di nasional, seperti prestasi sebelumnya," jelasnya. Kemenangan Wayan Ruja di tingkat Kabupaten melalui tahapan seleksi ketat. "Pertama kami bersurat ke Kecamatan agar mengajukan karya terbaik mereka, kemudian kami turun ke lapangan melakukan penilaian sesuai kriteria nasional," jelasnya. Dari 7 peserta, diciutkan menjadi 4 orang. "Juara I sampai juara harapan," jelasnya. 

Adapun kriteria penilaian yakni hasil karya yang diciptakan tidak mahal, sederhana namun memiliki manfaat luar biasa untuk masyarakat. Bisa memudahkan bekerja mengolah produk dan hasil produknya bisa bermanfaat bagi masyarakat. "Contoh Juara kita ini, mesin yang diciptakan bisa membelah, nyeluh, marut. Tidak ada buah kelapa yang terbuang, kulit bisa untuk produk kerajinan. Isinya untuk saur, air untuk pupuk, jadi sekali bekerja banyak produk bisa dihasilkan. Ini original, belum ada duanya. Tidak meniru," terang Ngurah Adi.gus/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER