Laboratorium PCR di Buleleng Siap Dioperasikan

  • 10 November 2020
  • 18:50 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 1551 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com - Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) yang ada di Buleleng, siap dioperasikan dan menerima spesimen dari rumah sakit yang ada di Buleleng. Hal ini diungkapkan Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Gede Suyasa, Selasa (10/11/2020) usai mengecek kesiapan dan kedatangan mesin PCR di RSUD Buleleng.

Suyasa yang juga menjabat Sekda Buleleng mengatakan secara fisik pengoperasian laboratorium PCR sudah siap. Bahkan, teknisi dari Kementerian Kesehatan datang hari ini untuk meyakinkan bahwa semua bisa berjalan dengan baik. Bantuan 1000 reagen untuk proses PCR dari Pemprov Bali juga sudah tiba. "Jadi sudah bisa beroperasi. Tinggal menunggu tenaga teknis untuk memastikan operasionalnya saja," ujar Suyasa.

Selain itu uji fungsi fisik juga sudah selesai dilakukan. Sekarang, tinggal uji mesin PCR yang akan dilakukan. Uji fungsi fisik ini yakni mengenai kelayakan ruang yang disediakan, apakah sudah tersikulasi dengan baik, sekat-sekat ruangan sudah aman. Selain itu, kesiapan listrik di ruangan yang dijadikan lab PCR juga diperhatikan.

"Itu semua sudah clear. Tinggal mesin PCR yang diuji. Mesin PCR diberikan oleh BNPB sehingga yang memastikan uji mesin tersebut adalah teknisi dari pemerintah pusat. Hari ini mereka datang," jelas Suyasa.

Untuk proses izin operasional telah dibantu Pemprov Bali. Sehingga, dalam waktu dekat laboratorium PCR di RSUD Buleleng sudah bisa menerima spesimen pengambilan dari publik. Termasuk pasien yang dimiliki oleh RSUD Buleleng. Bahkan dimungkinkan, spesimen dari rumah sakit swasta yang ada di Buleleng bisa diterima oleh laboratorium PCR RSUD Buleleng.

Sementara Dirut RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha menyebutkan, untuk penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) harus melihat tren kasus yang ada. "Yang pasti, pemerintah mendukung. Salah satunya mengenai penambahan SDM untuk uji PCR ini," kata Arya Nugraha.

Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam rekrutmen SDM untuk penambahan. Salah satunya, kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR). Pasalnya saat ini, banyak yang sudah selesai pendidikan tapi belum memiliki STR. Jika memakai semua SDM yang ada, khawatirnya pasien non Covid-19 yang perlu penanganan laboratorium menjadi terhambat.

Sehingga, penambahan SDM bersifat fleksibel dengan melihat kebutuhan. "Kami menilai dukungan pemerintah sangat baik. Hanya saja karena kami bekerja di teknis medis jadi sangat detail, tidak bisa cepat. Jadi, perlu perhitungan matang," tandas Arya Nugraha. rik/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER