KAMI Ingin Cari Dukungan untuk Pilpres 2024

  • 31 Agustus 2020
  • 15:30 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1612 Pengunjung
google

Oleh : Siti Fauziah )*

Opini, suaradewata.com - Deklarasi KAMI yang dilakukan oleh Rocky Gerung cs beralasan ingin menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Namun publik menilai mereka hanya mencari perhatian masyarakat. Juga memanfaatkan momen itu untuk menambah popularitas, agar nanti bisa terpilih saat maju jadi calon presiden tahun 2024 yang akan datang.

4 tahun jelang pemilihan presiden selanjutnya, masyarakat mulai menerka siapa saja calon pemimpin Indonesia kelak. Banyak yang digadang-gadang jadi calon baru, karena Joko Widodo sudah 2 kali terpilih dan tidak dapat maju lagi. Ada beberapa tokoh nasional yang punya elektabilitas bagus di mata masyarakat dan saat ini mereka jadi pejabat negara.

Meski Pilpres masih lama namun para tokoh yang ambisius ingin jadi presiden mulai menebar pesona. Jadi ketika ada deklarasi KAMI 18 agustus 2020, masyarakat bisa membaca modus mereka, untuk menaikkan popularitas. Karena mereka pernah terkenal, namun namanya mulai tenggelam seiring dengan berakhirnya masa jabatan.

Banyak tokoh mulai tergelitik untuk berkomentar tentang KAMI. Seperti mantan Presiden Megawati yang bertanya, mengapa KAMI tidak membentuk partai politik? Karena untuk ingin jadi presiden, tentu wajib memiliki kendaraan politik bernama partai. Mereka juga disinyalir ingin jadi presiden dan berkumpul karena kepentingan politis.

Sementara pengamat politik Denny JA menyatakan bahwa KAMI bisa melahirkan kingmaker dalam pemilihan presiden selanjutnya, alias ada bakal calon presiden dari salah satu atau 2 orang anggota koalisi tersebut. Memang disebut-sebut ada calon pasangan baru dalam pemilihan presiden mendatang, yang merupakan purnawirawan dan putri dari mantan pejabat.

Para anggota KAMI mengelak jika dikaitkan dengan pemilihan presiden. Menurut mereka, KAMI adalah gerakan murni karena hati nuraninya bergejolak menuntut keadilan untuk rakyat. Bukan membantuk partai baru sebagai alat untuk memuluskan ambisi jadi presiden. KAMI membentuk 8 tuntutan untuk pemerintahan yang sekarang demi rakyat Indonesia, bukan alasan politis.

Namun sepandai apapun penolakannya, masyarakat menilai mereka hanya modus agar popularitasnya naik kembali jelang Pilpres. KAMI dinilai sebagai kumpulan yang politis karena memang anggotanya banyak yang pernah jadi pemimpin di partai yang terkenal. Mereka juga paham bidang perpolitikan dan pandai memanfaatkan peluang.

KAMI memanfaatkan momen agustus sebagai bulan kemerdekaan untuk mengadakan deklarasi. Jadi media langsung menyorot dan masyarakat awam mengira mereka mengadakan acara ini karena cinta akan tanah air. Anggota KAMI memanfaatkan peluang ini agar meningkatkan elektabilitas dalam pemilihan presiden mendatang.

Namun ketika disiarkan beritanya, yang muncul hanya kebencian, tuntutan, dan omong kosong dari para anggota KAMI. Masyarakat jadi kecewa karena deklarasi hanya bermuatan politis dan penuh dengan pidato berisi hujatan, juga modus agar dipilih jadi calon presiden Indonesia. Tanpa ada solusi nyata untuk benar-benar menyelamatkan Indonesia dari efek pandemi.

Peluang untuk jadi presiden selanjutnya masih agak sulit dimiliki, karena masyarakat cenderung memilih tokoh yang lebih muda. Dalam artian, bukan orang berumur 60 tahun ke atas yang akan dijadikan calon presiden, tapi para politisi berusia 40-an. Tokoh yang ‘tua’ dinilai sudah dalam usia pensiun dan tidak menarik lagi untuk dijadikan presiden.

Masyarakat juga tidak dapat dibodohi oleh aksi cari panggung dari para anggota KAMI. Jika ingin memilih calon presiden, maka yang dilihat adalah prestasinya. Bukan dari popularitasnya. Mereka bisa membaca trackrecord seorang calon dari internet dan memilih capres yang benar-benar ‘bersih’ dan ingin memajukan Indonesia.

KAMI bermodus ingin menyelamatkan Indonesia yang kata mereka ada di ambang kehancuran. Nyatanya mereka hanya kumpulan tokoh yang mencari perhatian publik, persis seperti anak kecil. Kumpulan ini jelas bermuatan politis dan selalu menjelekkan kebijakan pemerintah.

 

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

 

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER