Air Pancoran Ae Memiliki Rasa Berbeda, Julit Besar Muncul Pas Kajeng Kliwon

  • 14 Mei 2020
  • 11:30 WITA
  • Badung
  • Dibaca: 4325 Pengunjung
suaradewata

Badung, suaradewata.com - Sebuah Pancoran Ae yang terletak di perbatasan Desa Selat dan Desa Sangeh Kecamatan Abiansemal tepatnya yang berdampingan dengan Banjar Tegal Desa Selat dan Banjar Brahmana Desa Sangeh memiliki rasa yang berbeda dari pancoran air lainnya. Rasa air yang berbeda tersebut ketika diminum sampai di tubuh terasa lebih segar. Tidak hanya itu, didekat pancoran tersebut juga terdapat ikan julit yang besar dan diyakini kepercayaan umat Hindu Bali merupakan Duwe disana. Tak jarang warga melihatnya, namun ikan Julit yang besar ini akan muncul disaat hari Kajeng Kliwon.

Baca : https://www.suaradewata.com/read/202005110011/pancoran-nyad-di-desa-punggul-diyakini-sembuhkan-penyakit-kulit.html

Perbekel Desa Selat Kecamatan Abiansemal, Made Semawan mengatakan air pancoran ini sering digunakan oleh masyarakat Desa Selat untuk air minum bahkan digunakan untuk mandi. Bahkan air disini tidak pernah surut meski dilanda kemarau panjang. Hal ini merupakan anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa diberikan air yang melimpah yang kita gunakan tiap harinya.

"Tanpa dimasak pun dan pernah diuji ditaruh dalam galon ditaruh selama sebulan tetap bening, jadi masyarakat disini mengambil air disini tidak pernah dimasak dan langsung diminum, meski dalam aturan air harus dimasak dan langsung diminum setelah sampai dirumah," ucap Made Semawan kepada media suaradewata.com, Rabu, (13/05/2020).

Ia juga menerangkan, untuk mistis di sekitar pancoran tersebut memang ada. Bahkan pancoran yang sempat ia tunjukan tersebut, ketika hari Kajeng Kliwon terkadang muncul ikan Julit yang cukup besar. Apabila tidak diganggu, ikan Julit itu tidak akan mengganggu, namun terkadang rasa ketakuan warga itu sering muncul pada hari-hari tertentu yakni hari rahina jagat dan terkadang Kajeng Kliwon yang paling sering muncul. 

"Ikan Julit yang besar itu duwe disini, Dan disini pernah ada yang mancing pernah jatuh dan meninggal," terangnya.

Pj Perbekel Desa Sangeh, A.A. Gede Mangun Putra saat dikonfirmasi terkait hal itu mengatakan bila dilihat dari greografis posisi pancoran itu merupakan wilayah Desa Sangeh. Akan tetapi yang sering menggunakan air itu untuk dikonsumsi atau mandi, sering digunakan oleh masyarakat Desa Selat. Secara wilayah dan administrasi itu lebih banyak masyarakat Desa Selat menggunakannya. Untuk itu, masyarakat Desa Sangeh bisa dibilang surplus air dan surplus sumber air.

"Apalagi dulu Desa Sangeh dan Selat satu Perbekelan sebelum pemekaran Desa selat tahun 1999 dan itu digunakan oleh masyarakat Selat, kami di Sangeh tidak mempermasalahkan itu," ungkap A.A. Mangun Putra.

Namun, untuk kedepannya agar tidak menimbulkan permasalahan. Diharapkan adanya duduk bersama Tokoh Desa antara dua Desa yakni Desa Selat dan Sangeh, sehingga bagaimana solusinya kedepan bisa berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan permasalahan. 

"Harapan kami kedepan, karena sekarang sudah ditata beliau di perangkat Desa Selat dan juga dari pihak Puri juga menata kolamnya dan permandiannya termasuk pancoran ini, dan juga pancoran ini sering digunakan upacara melasti, mungkin kedepan yang kami harapkan solusi kedepannya agar tidak muncul masalah," terangnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi dari masyarakat sering mengatakan itu pancoran Tan Ae karena airnya keluar dibawah pohon Ae. Dan air itu dapat digunakan untuk diminum dan untuk mandi.

"Airnya itu sering saya minum airnya segar, kalau orang biasa minum tidak berasa air itu kalau kami minum air itu ternyata seger," tuturnya.

Selain itu, pancoran tersebut juga termasuk wilayah angker dan letaknya agak menyeramkan. Karena Sekitar pancoran tersebut terlindungi oleh tumbuh-tumbuhan yang lebat sehingga itu yang membuat seram dan angker. "Mungkin itu yang membuat angker, secara spritual memang itu daerah alam lain," ujarnya.

Sementara, Tokoh Puri Selat Kecamatan Abiansemal yang juga Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Badung, A.A. Ngurah Arimbawa menerangkan pancoran tersebut berada di batas alam Pangkung, dimana pancoran itu berada disebelah barat yang airnya keluar ke timur. Air pancoran tersebut memiliki rasa yang berbeda dan segar, karena air pancoran itu berasal dari batu Padas. 

"Itu pun biarkan 3 hari airnya tidak apa apa bisa langsung diminum dan tidak langsung dimasak, cuma masyarakat banyak mencari air disana untuk mengkonsumsi untuk diminum, rasa air sama cuma segernya beda, pas diminun sampai diperut kok enak seger, beda dengan di pancor pancoran lain," terang A.A. Ngurah Arimbawa.

Bahkan, disaat kemarau dan musim hujan, volume air tetap mengalir seperti itu dan juga air pancoran itu dapat menyehatkan bagi tubuh. "Merasa sehat dan segar, dan juga disebelahnya ada pancoran kurung, pas odalan di kahyangan tiga, alat alat upakara diupacarai disana," ungkapnya.ang/utm


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER