Prof. Sudiana Harapkan Sikap Luhur Menjadi Barometer Generasi AWBS

  • 02 Oktober 2017
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3800 Pengunjung
suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com – Sifat seseorang diharapkan mampu menggambarkan sifat baik dari kehidupan para leluhur. Hal tersebut disampaikan Ketua Pasemetonan Arya Wang Bang Sidemen (AWBS) Bali, dalam acara paguyuban keluarga besar Arya Wang Bang Sidemen Kabupaten Buleleng, Minggu (1/10/2017).

“Bibit-bibit (Pemikiran) yang baik paling penting diletakan di pikiran kita. Bukan (Pemikiran) yang buruk,” kata Prof Sudiana yang juga selaku Ketua Parisada Hindu Dharma (PHDI) Bali masa bakti 2017 – 2022.

Profesor Sudiana pun mengingatkan terkait perjalanan keberadaan Arya Wang Bang Sideman di Bali hingga sekarang. Yang dari jejak perjalanan hidup tersebut disebut mampu memberikan contoh kehidupan yang baik terutama kepada masyarakat umum.

Ia mengingatkan terkait keberadaan istilah Bhineka Tunggal Ika yang ada dalam Kitab Sutasoma dan merupakan hasil maha karya dari Mpu Tantular yang merupakan salah satu leluhur pendahulu AWBS.  Dikatakan, bukan hanya Mpu Tantular yang patut menjadi panutan oleh para generasi AWBS. Prof Sudiana yang juga merupakan guru besar sosiologi agama Hindu ini pun mengingatkan keberadaan Mpu Kuturan yang menciptakan maha karya kitab Kusuma Dewa.

“Sampai saat ini karya beliau (Mpu Kuturan) masih digunakan sebagai acuan Kepemangkuan (Rohaniawan Hindu) dan termasuk banyak membangun tempat suci (Pura) yang ada di Bali dengan bukti sejumlah prasasti yang menyatakan sejarah tersebut,” ungkap Prof Sudiana mengingatkan.

Disampaikan, salah satu dari empat orang putra Mpu Tantular yakni Mpu Sidhi Mantra kemudian menjadi cikal bakal awal keberadaan Arya Wang Bang Sidemen. Yang menurut  sejumlah sumber sejarah menyebutkan, memiliki seorang putra setelah melakukan upacara homa.

“Beliau melahirkan Ida Bang Manik Angkeran yang terkenal dengan cerita memutus ekor Naga Basuki hingga akhirnya mengabdikan dirinya kepada Ida Batara Naga Basuki di Gunung Agung,” ujar Prof Sudiana menegaskan.

Perjalanan tersebut pun dipercaya oleh masyarakat pulau Bali sebagai bagian dari sejarah terputusnya pulau Jawa dan Bali oleh sebuah perairan yang dikenal dengan Selat Bali. Dikatakan, kesaktian Mpu Sidhi Mantra kemudian memisahkan Bali dengan Jawa lewat sebuah tongkat dengan tujuan agar putranya yakni Manik Angkeran tidak kembali ke Jawa dan mengabdikan diri kepada Batara Naga Basuki di Gunung Agung.

Prof Sudiana mengatakan, banyak sifat leluhur AWBS yang seharusnya menjadi barometer oleh para generasinya. Sehingga dengan mengadopsi sifat-sifat leluhur sebelumnya, kata Sudiana, mampu menjadi sebuah identitas diri para generasi AWBS.

“Sifat luhur para pendahulu wajib dijadikan panutan bagi generasinya yang ada saat ini. Tentunya dengan dibentuknya organisasi ini di Buleleng akan menjadi wadah yang baik dan mampu menyelesaikan semua permasalahan para generasi kedepan,” papar Sudiana.

Selain dihadiri langsung oleh Sudiana, acara Loka Sabha AWBS pun turut mengukuhkan kepengurusan di bumi Panji Sakti. Yang dalam proses rapat tim formatur, terpilih Ketua AWBS Buleleng yakni Gusti Ngurah Santika yang diwakili oleh Gede Buda Yasa. Selain itu juga ditunjuk Gusti Made Alit Wisuda Yadnya sebagai Sekertaris serta Gusti Sidemen sebagai Bendahara. masing-masing struktur di kesekertariatan dan perbendaharaan dibantu oleh satu orang.

Sudiana mengharap kepengurusan yang terbentuk mampu membuat program-program positif untuk perjalanan kedepannya. Karena selain keberadan pengurus inti tersebut, juga dilengkapi dengan organ lain seperti kordinator wilayah Buleleng Timur, Tengah, dan Barat.

Ia pun mengungkapkan, pembentukan AWBS sudah dilakukan sejak tahun 1985 yang masih belum merata di seluruh kabupaten yang ada di Bali. Hingga pada tahun 2015 mulai dilakukan penelusuran dan pembentukan kepengurusan di masing-masing kabupaten.

“Buleleng menjadi yang terakhir dalam pembentukan di kabupaten yang ada di Bali. Dan bukan hanya di Bali akan tetapi juga terdapat di NTB dan beberapa wilayah di Indonesia seperti Lampung dan Jakarta,’ ucap Prof Sudiana.

Acara yang diselenggarakan dengan nuansa kesederhanaan tersebut turut dihadiri oleh pihak Kepolisian dan Pemerintahan Dinas di Desa Alas Angker. Bahkan, Kelian Adat Desa Pakeraman Alas Angker yakni Ketut Sukerawan, sangat menyambut baik acara Loka Sabha AWBS yang dilaksanakan di wilayah adatnya.

“Jika sudah terbentuk kepengurusan mulai tingkat kabupaten, kecamatan hingga ke tingkat desa, maka akan timbul persatuan. Saya berharap yang lain menyusul (Terbentuk). Sehingga dengan adanya kepengurusan maka akan memudahkan dalam hal berkordinasi,” pungkas Sukerawan. adi/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER