Jatiluwih Agriculture Festival Juni 2017, Diawali Ngusaba Subak

  • 25 Mei 2017
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4054 Pengunjung
suaradewata.com

Tabanan, suaradewata.com - Jatiluwih Agriculture Festival akan dimulai pada pertengahan Bulan Juni 2017 mendatang. Sebelum digelarnya festival tersebut pihak manajemen bersama warga mengawali dengan Ngusaba Subak yang rencannya akan digelar awal bulan Juni 2017. Hal tersebut diungkapkan oleh Manager Operasional DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa saat ditemui dikawasan DTW Jatiluwih, Kamis, (25/05/2017). " Ngusaba Subak mengawali Jatiluwih Agriculture Festival pada tanggal 16 Juni 2017, dan Ngusaba Subak akan kita gelar pada 7 Juni 2017," ucap Sutirtayasa.

Dijelaskan pihak management DTW Jatiluwih memberikan biaya kepada masing-masing subak yang ada di 7 tempek. Selain mendapatkan papahan yang telah diatur dalam perjanjian di management, juga memberikan subsidi kepada subak berupa biaya untuk Ngusaba Subak. Subsidi tersebut dalam rangka kegiatan ngusaba subak di masing-masing subak sebesar 15 juta rupiah secara bergilir bagi Subak yang melaksanakan Ngusaba Subak.

Baca : https://suaradewata.com/read/2017/04/11/201704110015/Jatiluwih-Agriculture-Festival-Pertama-Digelar-Juni-2017.html

Menurutnya, sebelum mendapatkan subsidi dari management, masing-masing subak yang melaksanakan Ngusaba Subak biasanya mengeluarkan iuran sejak dari dahulu. Namun setelah di beckup management, masing-masing subak yang melaksanakan Ngusaba Subak tidak lagi mengeluarkan iuran. "Kali ini Subak Besi kalung mendapatkan subsidi tersebut sebelum festival, mereka melaksanakan ngusaba Subak yang sekaligus mengawali event Jatiluwih, dan aktivitas upacara itu di Bedugul Subak Besi Kalung," terangnya.

Baca juga : https://suaradewata.com/read/2017/05/23/201705230003/Pemasangan-Lelakut-Menjadi-Daya-Tarik-Wisatawan.html

Ngusaba Subak tersebut kata dia sekaligus memberikan tontonan bagi wisatawan yang berkunjung di DTW Jatiluwih dan bisa menyaksikan prosesi di Subak tersebut. “Ini juga menandakan areal objek persawahan masyarakat sakral, karena diberbagai moment baik dipengolahan, penanaman, perawatan dan pemanenan itu disetiap moment ada ritual ritual khusus oleh petani, dan juga di upacara besar dilakukan setiap 3 tahun sekali di masing masing tempek (7 tempek)," harapnya. ang/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER