Usia Dibatasi, Pengkab PELTI Buleleng Ajukan Keberatan

  • 04 Mei 2017
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 2402 Pengunjung
suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com- Pengurus Kabupaten (Pengkab) Persatuan Tenis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) Buleleng, mengajukan protes atas munculnya Surat dari Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Tenis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) Bali, yang membatasi usia atlet yang bertanding pada Porprov. Bali XIII Tahun 2017 di Gianyar, untuk Cabor Tenis Lapangan, dimana manimal 14 tahun dan maksimal 18 tahun.

Surat bernomor 14D/PELTI BALI/2017 tertanggal 25 April 2017 itu, yang ditandatangani oleh Ketua Umum Pengprov PELTI Bali, Ketut Rochineng yang mengetahui dan Sekretaris Umum Pengprov PELTI Bali, IGAN. Susrama Putra, membatasi usia pada Cabor tenis lapangan. Padahal, sesuai aturan tidak ada batasan usia maksimal 18 tahun.

"Kami keberatan dengan surat dari PELTI Bali. Padahal, rapat yang dihadiri Pengkab Kabupaten/Kota di Bali, sebelumnya memutuskan tidak ada batasan usia untuk cabor Tenis Lapangan, kenapa ini ada batasan usia untuk di Porprov Bali? Kami jelas keberatan," kata Ketua Umum Pengkab PELTI Buleleng, Made Sumadnyana, Kamis (4/5/2017) di Sekretariat KONI Buleleng.

Didampingi Wakil Ketua KONI Buleleng, Ngurah Aswibawan dan Koordinator Bidang Etika dan Hukum KONI Buleleng, Putu Sugiardana, Sumadnyana mengatakan, batasan usia yang tercantum dalam surat itu, dimana dalam rangka persiapan PON Tahun 2020 yang akan berlangsung di Papua. Sumadnyana pun menegaskan, untuk Porprov Bali 2017 tidak ada kaitannya secara langsung. Sebab, masih belum ada keputusan kepastian batasan umur atlet Tenis Lapangan untuk PON di Papua nanti.

Bahkan Sumadnyana kembali menegaskan, saat ini aturan Porprov Bali 2017 itu mengacu pada, ketentuan pokok-pokok pelaksanaan Porprov Bali XIII Tahun 2017, pada Pasal 11 point 3 yang menyebutkan, bahwa peraturan cabor dan nomor yang dipertandingkan pada Porprov Bali XIII 2017, mengacu pada peraturan cabor yang dipertandingkan pada PON XIX Tahun 2016, di Jawa Barat.

"Ini berarti, cabor yang tidak dipertandingkan pada PON 2016, maka nomor yang dipertandingkan mengacu pada kejuaran tingkat nasional terdekat. Artinya, keputusan PELTI Bali berdasarkan keputusan KONI Bali, tidak sesuai dengan batasan umur, dimana dalam PON XIX menetapkan batasan umur maksimal 21 tahun," jelas Sumadnyana.

Selama ini cabor tenis lapangan, memang andalan dari Kabupaten Buleleng. Bahkan, dalam cabor ini Buleleng mampu meraup prestasi dan medali terbaik. Bahkan, atlet-atlet tenis lapangan yang bertanding di PON mewakili Bali, merupakan atlet asal Buleleng. Disinggung ada kemungkinan, upaya politik olahraga dalam surat itu, untuk menekan Buleleng meraih medali pada Porprov Bali nanti dalam Cabor tenis lapangan, Sumadnyana enggan menanggapi.

"Kalau dibilang kaitan seperti itu, saya tidak berani menjawab. Tapi yang jelas, kami keberatan, PELTI Bali tidak konsisten mengambil keputusan, karena keputusan berubah dari sebelumnya. Kami meminta, ini bisa dikoordinasikan kembali, karena kami sudah rugi secara finansial dan waktu untuk melatih atlet termasuk dampak psikologis negatif dari atlet," ungkap Sumadnyana.

Dengan kondisi ini, Buleleng pun terancam akan kehilangan potensi-potensi emas atlet yang bertanding di cabor tenis lapangan. "Kasihan atlet kami sudah berlatih, mau bertanding dimana mereka? Sekarang mereka sedang semangat-semangatnya, kami kehilangan potensi. Kami meminta, PELTI Bali untuk mengundang kami membahas ulang," tegas Sumadnyana.

Kekecewaan akibat keputusan sepihak dari PELTI Bali inipun ditunjukan oleh salah seorang atlet tenis lapangan, Kadek Agus Satria Winaya Putra (20). Agus Satria ini merupakan atlet tenis lapangan yang bertanding di PON Jabar 2016. Bahkan Agus, kecewa berat dengan keputusan dari PELTI Bali.

"Saya atlet yang berumur 20 tahun, jelas sangat kecewa. Di umur sekarang ini, saya masih bisa berprestasi lebih banyak. Disini, psikologis saya jatuh, karena saya masih latihan. Dengan ada keputusan ini, jadi buat apa saya latihan karena ini sudah tak ada tujuan, capek-capek saya latihan sejak selesai PON di Jabar, sekarang gak ada gunanya," sesal Agus akrab dipanggil Bombom.

Keluhan ini merupakan satu dari sekian atelt tenis lapangan yang dipersiapkan bertanding di Porprov Bali 2017. Untuk itu, menghindari keputusan kontroversi ini, diminta PELTI Bali melakukan rapat kembali terhadap semua Pengkab se-Bali, untuk membahas atas keputusan sepihak ini, agar tidak menimbulkan kisruh di Pengkab-Pengkab PELTI se-Bali.Rik/adi/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER