Akses Jalan Kecil, RPH Temesi Susah Dijangkau

  • 07 Februari 2017
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 3908 Pengunjung
suaradewata.com

Gianyar, suaradewata.com – Rumah Potong Hewan (RPH) Temesi di Banjar Temesi, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar kondisinya kian tidak jelas. RPH yang menelan dana nilai miliaran rupiah itu, selain mangkrak karena beberapa pengelola dari pihak ketiga angkat tangan ketika menjalankan RPH, lokasi yang jauh ke tengah persawahan membuat susah untuk diakses kendaraan besar.

Perbekel Temesi, I Nyoman Gede Suparta, saat dikonfirmasi mengatakan selama dia menjabat sebagai perbekel, sudah banyak pengelola yang angkat tangan. “Terakhir tahun 2014, yang mengelola sudah tidak bisa lagi meneruskan,” ujar Suparta, Selasa (7/2). Ia menjelaskan, jarak RPH dari jalan utama yang jauh membuat akses usaha menjadi sulit.

“Jadi yang dipotong hanya partai kecil saja, mobil sekelas mobil box baru bisa masuk,” terangnya.

Padahal, dengan biaya kerja sama dan operasional yang besar, semestinya yang harus digarap oleh pengelola RPH adalah partai besar. “Kalau bisa kan supaya kendaraan sekelas truk container bisa masuk. Kalau sekarang tidak mungkin karena jalan sempit dan berliku melalui jalan desa,” jelasnya.

Diakuinya, memang sebelumnya ada rencana untuk membuka akses dari RPH langsung ke Bypass IB Mantra, namun rencana itu pun ikut tertunda tanpa diketahui penyebabnya. “Yang sudah dibebaskan itu baru 800 meter saja. Kalau mau sampai Bypass jaraknya kurang lebih 1,8 kilo meter,” jelasnya.

Di desa Temesi sendiri sudah ada 4 kelompok ternak sapi. “Jika cocok harga, peternak kami dulu biasa jual sapi ke RPH itu,” jelas perbekel yang sudah dua kali terpilih itu. Bahkan lanjutnya, ketika RPH masih aktif, setiap bulan pengelola RPH memberi kontribusi ke desa sebesar Rp. 500ribu.

Kini, meski RPH Margantaka berada di wilayah Temesi, namun pihak Perbekel enggan untuk mengurusi RPH itu. “Kami takut mengelola, karena kemarin ada kasus pengadaan lahan,” jelasnya. Disamping itu RPH itu pihak desa tidak tahu status kepemilikannya RPH tersebut. “Katanya anggaran dari pusat, lalu tanah dari pemda dan juga ada anggaran dari provinsi, jadi kami tidak berani,” pungkasnya.

Di sisi lain, warga yang juga peternak berharap dapat memanfaatkan lahan RPH itu untuk menjadi kandang sapi. Daripada terbengkalai tidak terawat, warga pun sempat memohon untuk menjadikan RPH itu sebagai sentra pemeliharaan sapi. 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER