Duh, Benih Padi Terserang Blast, Petani Ketar-Ketir

  • 02 November 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3803 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com  - Sejumlah petani di subak Tanggahan Peken, Sulahan, Susut, Bangli mulai ketar-ketir. Pasalnya, dampak cuaca buruk yang melanda sejak sebulan terakhir tidak hanya menyebabkan tanaman yang sudah siap panen terancam gagal panen. Lebih parah lagi, benih padi yang belum genap berusia sebulan jusrtu sudah terserang penyakit yang disebabkan cendawan ini. Dampaknya, benih padi menjadi menguning dan merangas yang menyebabkan petani harus mengeluarkan biaya pengobatan ektra untuk melakukan penanggulangan. Cara lain, para petani setempat terpaksa mempercepat pola tanam. “Jika benih padi ini tidak segera ditanam, pastinya akan mati,” ungkap I Nyoman Suardana salah satu petani setempat., Rabu (02/11/2016). 

Disampaikan, penyebab banyaknya benih padi terserang blast dipengaruhi factor cuaca buruk. “Musim hujan dan kemarau yang tidak menentu menyebabkan, tanaman dan benih padi rawan terserang penyakit. Kalau hujan deras, padi yang siap panen menjadi banyak yang roboh. Sementara untuk benihnya, kalau dilihat dari ciri-cirinya kemungkinan terserang blast,” tegasnya. 

Disebutkan, ciri-ciri benih padi terserang blast, tanaman menjadi menguning dan merangas. “Kalau tidak diobati, pastinya akan mati dan merugikan petani. Sehingga ini mesti segera kami tanam,” jelasnya. 

Disisi lain, Plt. Kadis PErtanian, Perkebunan dan Perhutanan (P3), Dra. Ni Wayan Manik saat dikonfirmasi saat melakukan penaman missal di subak setempat, mengakui dampak cuaca buruk telah menyebaban tanaman menjadi rawan terserang penyakit. “Biasanya kalau saat musim penghujan menyebabkan tingkat kelembaban tanah bertambah, sehingga cendawan sangat mudah berkembang yang menjadi pemicu meningkatnya serangan hama,” ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Manik, upaya penanggulangannya mesti dilakukan secara serentak untuk memutus berkembangnya hama tersebut. “Pengendalian hama semacam ini harus dilakukan dengan pola penanaman dan pengobatan secara serentak,” sebutnya. 

Jika hal itu tidak dilakukan, dikhawatirkan, pemutusan hama sulit dilakukan. “Untuk pengobatannya bisa dengan menggunakan fungisida,” tegasnya. Sebaliknya, pihaknya juga melihat ada kecenderungan pola tanam yang dilakukan para petani setempat cenderung tidak kompak. Disatu sisi ada yang menanam padi, disisi lain ada yang belum mengolah tanahnya sama sekali sehingga menyulitkan melakukan pengendalian hama secara serentak dalam suatu kawasan. “Pengendalian hama itu, dilakukan mestinya dilakukan dari mulai mengolah tanah,” pungkasnya. ard/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER