Tantangan Terberat Pertahankan Geopark, Hentikan Rusak Lingkungan!!!

  • 01 Agustus 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 4483 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com - Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan Kaldera Batur, masih menjadi tantangan terberat dalam mempertahankan status Geopark yang telah disandang sejak tahun 2012. Oleh karena itu, upaya pemkab Bangli untuk menekan aktivitas Galian C yang sampai saat ini masih berlangsung di kawasan konservasi tersebut terus digenjot melalui berbagai cara. Salah satunya, dengan mengajak para pekerja galian untuk alih profesi dengan menjadi pemandu wisata. Demikian disampaikan, Bupati Bangli I Made Gianyar  saat ditemui disela-sela menerima tim assesor dari Unesco di Museum Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Senin(01/08/2016).

Menurut Made Gianyar, kesadaran masyarakat dalam hal melakukan konservasi alam seperti tujuan yang digariskan saat kawasan Kaldera Batur ditetapkan sebagai kawasan GNN, dinilai masih kurang. Hal ini terbukti masih adanya aktivitas galian C yang sampai saat ini masih menjadi persoalan klasik yang tak kunjung bisa diselesaikan. Padahal, aktivitas penambangan liar tersebut jelas-jelas menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan sekitar. “Tantangan terberat saat ini masih menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM). Kesadaran masyarakat terutama menyangkut konservasi alam yang masih kurang,” ungkap Made Gianyar.

Padahal, lanjut dia, keberadaan kawasan geopark Batur tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata Kabupaten Bangli, khususnya Kintamani dengan cara memuliakan bumi. Namun, dalam perjalanannya, geopark ini belum dipandang menjadi sesuatu yang penting oleh sejumlah oknum masyarakat.

Untuk menekan kerusakan alam agar tidak terus berlanjut, Bupati asal Desa Bunutin, Kintamani ini mengaku telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya, dengan menjalin kerjasama dengan kepolisian, kehutanan dan BKSDA dalam hal penertiban yang selama ini telah terbukti dan gencar  dilakukan. Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pihaknya juga telah gencar memberikan pemahaman. Yang sebelumnya hanya berkutat menggali pasir, secara perlahan diarahkan untuk masuk ke sektor geotourism maupun pertanian. "Beberapa penggali batu dan pasir sudah ada bergelut di sektor pariwisata dengan menjadi pemandu wisata. Ini yang sangat kami inginkan," katanya.

Untuk itu, masyarakat perlu memahami nilai-nilai historis yang ada. Demikian juga dengan konservasi yang terus dilakukan. "Kalau geopark itu dipelihara, dengan diimbangi pemahaman nilai-nilai historis, kehidupan berkelanjutan akan berjalan. Intinya masyarakat harus berhenti merusak alam," tegasnya, sembari berharap sekali mendapatkan Geopark tetap bisa menjaga dan mempertahankan Geopark dimasa yang akan datang.

Sementara itu revalidasi  kawasan Geopark Batur, mulai dilakukan Senin (1/8) hingga Rabu (3/8) dengan kedatangan tim assesor dari Unesco masing-masing Prof. Guy Martini dan Dr. Marekazu Ohno. Kedatangan tim  assesor ini, untuk mengetahui perkembangan Geopark Batur yang telah ditepapkan Unesco empat tahun silam, tahun 2012. Hasil penilaian tim tersebut, nantinya akan menjadi penentu kelanjutan nasib Geopark Batur. ard/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER