ASITA dan HPI Dorong Pembangunan Icon Kang Cing Wie Di Kintamani

  • 28 Juli 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3799 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com – Untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya Cina, salah satu upaya yang mesti dilakukan Pemkab Bangli dengan membangun sebuah icon berupa kuil. Hal ini memungkinkan, mengingat adanya sejarah berdirinya kerajaan Balingkang, Kintamani.  Hal tersebut terungkap saat dialog interkatif DPRD Bangli, menghadirkan nara sumber dari ASITA Bali dan HPI Bali, Kamis (28/7/2016).

Dialog yang dipimpin Ketua DPRD Bangli, NM. Kutha Parwata melibatkan para stake holder, para praktisi pariwisata, serta SKPD dan pengelola Museum Gunung Api Batur. Dalam sambutanya Ketua a DPRD Bangli mengatakan tujuan interkatif dengan menggandeng ASITA Bali dan HPI Bali, adalah untuk menyerap aspirasi, apa yang sesungguhnya terjadi dengan kepariwisataan Bangli. Pihaknya  ingin mendapatkan bagaimana trik-trik untuk bisa meningkatkan kunjungan wisatawan di daerah ini.

Selanjutnya dalam dialog yang dipandu Wakil Ketua DPRD Bangli, I Komang Carles, memberikan kesempatan banyak bagi Ketua ASITA Bali, Putu Winastra dan Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, Sang Putu Subaya untuk  memparkan persoalan bidang kepariwisataan Bangli.

Saat itu Putu Winastra menyoroti berbagai sisi negatif yang masih melekat dalam kepariwisataan Bangli dan Kintamani pada khususnya. Salah satunya, menyangkut

kebersihan sampai soal kenyamanan obyek wisata di Bangli. Selain itu pria asal Desa Undisan , Tembuku ini melihat  promosi pariwisata Bangli sangat minim. Dia menyayangkan event penting untuk promosi seperti BBTF justru tidak diikuti Bangli.

Lanjut dia promosi sebagai hal yang selalu diperlukan untuk dapat memperkenalkan produk. Dia mengatakan produk yang sudah amat terkenal dan sangat laris pun masih terus melakukan promosi. Tetapi Bangli justru ditingkat promosi sangat kendor. Lanjut dia, Bangli sejatinya memiliki potensi yang tak dimiliki kabupaten lain, yakni sejarah putri China yakni Kang Cing Wie dan raja Bali kuno Jaya Pangus.  Sayangnya justeru cerita Kang Cing Wie dan Jaya Pangus ditampilkan di obyek wisata daerah lain di Gianyar. Sebaliknya, kata dia, Bangli justeru tak menampilkan itu.

Dia yakin kalau itu ditampilkan bisa menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi turis asal China. Dia mengaku telah menawarkan ide itu, namun tak ada respon. Dijelaskan juga perlunya ada patung Kang Cing Wie dan Kuil di sekitar lokasi sejarah Kang Cing Wie. Dia malah jamin kalau Pemkab hanya cukup menyiapkan tanah, maka soal dana bakal mengalir dari warga Kang. Dikatakan jumlah warga Kang di Bali sangat banyak."Pemkab tak perlu keluarkan uang untuk itu, kalau mau sediakan tanah saja cukup", ujarnya.

Sementara Ketua HPI Bali, Sang Putu Sunaya yang juga warga Bangli dia menyadari lembaga yang dipimpinnya yakni HPI merupakan garda terdepan dalam hal menyangkut kunjungan pariwisata.Dia juga berbicara banyak soal apa yang ada dengan kepariwisataan Bangli. Senada dengan Ketua ASITA, dia juga juga memandang perlunya Bangli menampilkan cerita Kang Cing Wie  untuk bisa menggaet turis China. “Dengan cerita itu, saya yakin ikatan emosional dengan warga China akan semakin dekat. Dari kedekatan itu, mereka akan berkunjung ke Bangli,” sebutnya.

Dia juga memandang perlunya mempromosikan Klenteng-Klenteng yang ada. Dari kunjungan ke Klenteng berdampak pada pendapatan bagi masyarakat setempat, karena ada peran masyarakat disitu. Di Klenteng itu tentu memiliki daya tarik, karena ada ikatan emosional dengan warga China.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER