Perlu Penanganan Pasca Panen, Harga Jeruk Kintamani Jeblok

  • 25 Juli 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 4932 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com – Serangan berbagai penyakit yang menyerang tanaman Jeruk Kintamani, dan sekitarnya telah membuat kualitas jeruk yang menjadi handalan para petani di wilayah bumi sejuk Bangli menjadi berkurang. Dampaknya, harga jeruk belakangan semakin anjlok. Selain itu, semakin meluasnya populasi pengembangan jeruk Kintamani hingga ke sejumlah wilayah lain dan tidak diimbangi dengan penanganan pasca panen juga menjadi salah satu penyebab semakin terpuruknya harga jeruk akibat salah saing.

Demikian disampaikan Anggota DPRD Bangli, I Nengah Darsana, SE saat ditemui Senin (25/07/2016). Disampaikan, harga jeruk Kintamani saat ini hanya berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg. “Harga jeruk saat ini sangat merosot. Dengan harga segitu, petani jeruk terancam bangkrut akibat biaya produksi yang terlalu tinggi,” ungkapnya.

Disampaikan, anjloknya harga jeruk disebabkan berbagai faktor. Salah satunya, akibat semakin meluasnya populasi jeruk. Dampaknya, saat musim panen raya pasokan jeruk menjadi over produksi.  “Untuk itu saya harap pemerintah juga melakukan terobosan dalam penanganan pasca panen. Selama ini, terobosan itu yang belum ada. Padahal kami sangat mendorong itu, agar eksistensi petani  jeruk di Bangli bisa dilindungi,” ungkapnya. Terobosan yang dimaksud, bisa  dengan mengolah buah jeruk menjadi berbagai makanan atau minuman dalam kemasan.  

Selain itu, kondisi ini kian diperparah juga dengan berbagai serangan penyakit yang belakangan melanda tanaman jeruk. Sejumlah penyakit yang menyerang tanaman jeruk, salah satunya penyakit keong , kutu putih, lalat buah yang menyebabkan buah jeruk menjadi cepat rontok. “Sejak terjadinya berubahan cuaca yang ektrem, serangan penyakit yang menyerang tanaman jeruk kian banyak. Dampaknya, kualitas jeruk kita menjadi kalah saing dengan jeruk dari luar,” sesal Darsana yang juga mempunyai beberapa bidang kebun jeruk. 

Tragisnya, berbagai upaya yang dilakukan para petani untuk melakukan pengobatan justru terbentur tingginya biaya obat-obatan saat ini. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini dinas terkait diharapkan juga untuk mencarikan solusi yang terbaik guna menanggulangi berbagai keluhan petani jeruk itu. “Peran penyuluh pertanian mesti ditingkatkan lagi dan dinas terkait harus bisa mengambil langkah-langkah untuk penanganan pasca panen,” pungkas Darsana.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER