Atap Ruang Belajar SD Negeri di Buleleng Jebol

  • 30 Juni 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3960 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com – Kabar menyedihkan kembali terdengar di dunia pendidikan Kabupaten Buleleng. Sebuah paradok di sela sejumlah gelar dan predikat baik yang disandang lewat tropi serta penghargaan. Pasalnya, salah satu sekolah yakni SDN 3 Penarukan, Kota Singaraja, justru memiliki bangunan kelas yang tidak aman bagi siswanya.

Salah satu ruang belajarnya yang ditempati siswa kelas lima dan enam di SD itu atapnya jebol. Kayu penyangga yang telah rapuh sejak tiga bulan lalu akhirnya tak mampu lagi menahan beratnya atap seng sehingga mengakibatkan ambruk.

Ironisnya, pihak sekolah bukannya tidak pernah menyampaikan permasalahan tentang bangunan sekolah negeri yang sangat memprihatinkan tersebut. Menurut keterangan penjaga sekolah SDN 3 Penarukan, Gede Arsa, kejadian ambruknya atap tersebut berlangsung dini hari sekitar pukul 01.45 Wita, Kamis (30/6/2016). Selain akibat rapuhnya kayu penopang, jebolnya atap seng tersebut juga bertepatan dengan angin kencang dan hujan yang turun sejak dua hari belakangan di Bali Utara.

Kepala Sekolah SDN 3 Penarukan Wayan Merta mengatakan, pada Rabu (29/6/2016) petang, dia masih berada di sekolah bersama sejumlah guru untuk kerja lembur mengerjakan berkas pendaftaran siswa baru.

Saat itu, sambungnya, tidak ada tanda-tanda atap bangunan itu akan jebol dan baru diketahui keesokan harinya, Kamis (30/6/2016), sekitar pukul 06.30 Wita.

“Belum ada tanda-tanda mau roboh saat malam kami lembur di sekolah. Waktu akan pulang baru mulai hujan gerimis dan ternyata pagi sudah dapat laporan atap ruang kelas roboh,” kata Merta.

Menurut Merta, pihaknya pernah melaporkan kondisi atap yang sudah rapuh tersebut beberapa bulan sebelumnya. Laporan terkait kondisi bagian atas ruang kelas yang sangat memprihatinkan itu langsung disampaikan ke Dinas Pendidikan (Disdin) Pemkab Buleleng tepatnya pada 1 April 2016.

“Kami sampaikan kepada Disdik jika atapnya sudah melengkung dan dari tim Disdik pun telah turun survei. Tapi setelah itu belum ada informasi tentang kelanjutannya dan dengan terpaksa kami terus gunakan ruangan kelas itu untuk aktifitas belajar mengajar,” kata Merta.

Menurut Merta, gedung sekolah telah berdiri sejak 1976. Namun selama itu, sampai dengan dirinya menjadi kepala sekolah pada 2013 belum pernah sedikitpun adanya perbaikan atau renovasi bangunan.

Dikatakan, dugaan akan ambruknya atap dari ruang kelas sudah diperkirakan olehnya sejak beberapa bulan lalu. Ia pun sempat menanyakan kepada tukang bangunan terkait pengeluaran yang dibutuhkan untuk memperbaiki atap yang ternyata tidak memakan biaya kecil.

Bersyukur, kata Merta, ambruknya atap ruang belajar terjadi disaat para siswa sedang menjalani libur usai ujian akhir semester. Sehingga, 75 orang siswa dari kelas V dan kelas VI pun tidak menjadi korban.

Di sisi lain, Merta mengungkapkan kondisi ruang belajar kelas I, II, dan IV juga tidak jauh berbeda dengan kondisi atap ruangan yang telah ambruk. Sehingga, total perbaikan atap yang sempat ia konsultasikan diperkirakan hampir mencapai Rp200 juta. adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER