Sendratari Kolosal Puncak Hari Jadi Kota Gianyar ke-245

  • 20 April 2016
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 3678 Pengunjung
suaradewata.com

Gianyar, suaradewata.com – Pesta Kembang Api dan pementasan Sendratari kolosal warnai Puncak peringatan Hari Jadi Kota Gianyar (HJKG) ke-245. Pementasan sendratari kolosal di panggung terbuka Balai Budaya Gianyar, Selasa (19/4) malam, mampu menghipnotis ribuan penonton yang memadati areal lapangan Astina Raya. 

Sendratari dengan lakon “Sumantri Pramada” melibatkan 400 penari  dengan menampilkan konsep estetis sendratari sebagai dramatari modern dalam bentuk tari berlakon. Sendratari ini dipersembahkan atau mengisahkan suatu drama dengan media utama seni tari yang diperkuat iringan gamelan dan pelbagai properti. Sedangkan persiapan pementasan ini dilaksanakan selama dua bulan.

Dalam pementasan sendratari yang dimulai pukul 20.00 wita dan berdurasi 2 jam itu, tampak peran para pemain dan penabuh sangat menonjol dan dominan bahkan menjadi faktor terpenting pada pertunjukan malam itu. Penggunaan set panggung serta properti juga sesuai lakon yang menambah keserasian pertunjukan.

Semua penari tampak serius dalam mengekspresikan cerita dengan menggunakan panggung atas dan bawah di panggung terbuka Balai Budaya Gianyar. Penggunaan properti seperti pohon-pohonan, ogoh-ogoh dalam wujud raksasa, kereta kuda, burung Garuda dan ornamen lainnya mewarnai aksi  kolosal sendratari malam itu. Tak jarang percikan kembang api menghiasi panggung saat diceritakan kerajaan Arjuna Sasrobahu yang bertarung melawan Sumantri. “Proses penggarapan sendratari ini sekitar dua bulan, namun secara penuh kami garap selama sebulan,”ungkap Ketua Sanggar Paripurna Bona, I Made Sidia. 

Dalam pentas sendratari dari Sanggar Paripurna Bona, Blahbatuh tersebut, menceritakan kisah dua orang saudara, Sumantri dan Sukasrana putra yang ditugaskan ayahnya Rsi Wisanggeni berguru ke Prabu Arjuna Sastrabahu di Kerajaan Mayaspati.  Jati diri Sukasrana yang berwajah buruk tidak disukai kakaknya Sumantri dengan pelbagai alasan Sumantri tidak mau mengajak Sukasrana. Namun saat ditinggal di hutan, Sukrasana malah mendapat anugrah Cakabairawa karena bersifat baik dan welas asih.

Sesampainya di kerayaan Mayaspati dimana Arjuna Sosrobahu bertahta, raja itu terkenal bijak dan baik, Sumantri diterima dan diperintahkan menjemput calon istri sang prabu. Namun,Sumantri malah jatuh cinta kepadanya. Akhirnya Sumantri menantang Prabu Arjuna Sasobahu bertarung dan Sumantri kalah. Jika mau hidup Sumantri ditugaskan membawa taman Sriwedari ke Mayaspati, saat putus asa karena tidak bisa mebawa taman tersebut, Sumantri bertemu adiknya Sukasrana. Berkat bantuan adinya, akhirnya taman itu bisa dibawa ke Mayaspati, namun malah adiknya dibunuh oleh Sumantri. 

Art Director pementasan sendratari kolosal yang juga ketua Sanggar Paripurna Bona I Made Sidia menambahkan pentas akbar sendratari kolosal yang sarat dengan filosofi dan keindahan seni tari. “Pesan kemajuan teknologi jangan lupa membenahi budi pekerti, sopan santun, hormat tanah kelahiran bangsa daerah sangat perlu, cerita sumantri ini mengisahkan sifat Sumantri yang tidak pernah menyayangi adik, keluarga dan negara dan berani pada guru, jika tokoh seperti ini dijadikan pemimpin maka tidak akan baik bagi bangsa dan negara,” papar Sidia.

Salah seorang masyarakat, I Made Sudamia asal Tegallalang sangat senang menonton sendratari tersebut, bahkan ia bersama keluarganya rela begadang di lapangan hingga pementasan usai. Pentas seni saat HJKG setiap tahun memang ditunggu masyarakat. “Saya suka menonton sendratari, apalagi pementasan sendratari saat HJKG selalu bagus dan spektakuler di lapangan Astina Kota Gianyar,”terangnya. gus


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER