Kontroversi Inspeksi Hambalang

  • 06 April 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3326 Pengunjung

Opini, suaradewata.com - Inspeksi presiden Jokowi ke Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) memadai kontroversi dimata publik. Sidak yang dilakukan Presiden Jokowi dianggap sebagai sindiran kepada mantan Presiden RI tersebut tengah melakukan Tour de Java. SBY yang tengah menampung aspirasi masyarakat dengan berkeliling Jawa juga menyindir pemerintah Jokowi mengenai kebijakan pembangunan infrastruktur yang menguras anggaran dari sektor pajak. SBY berpendapat, kalau pajak digenjot habis-habisan maka perusahaan bisa bangkrut.

Kicauan-kicauan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono di Twitter seolah-olah menyindir Presiden Joko Widodo juga menjadi pembicaraan hangat publik.Awalnya, dalam akun Twitter @SBYudhoyono berkicau soal kepemimpinan diktator dan tirani. Dalam tweet-nya, ia menyebut bahwa pemimpin yang selalu dianggap benar berpotensi melakukan kepemimpinan seperti itu."Dalam politik, pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat. "Angkuh terbawa, tampan tertinggal" *SBY*," sindirnya pada Jokowi.

Penilaian publik yang berlebihan dapat memicu kegaduhan politik yang baru. Aksi sindir menyindir memunculkan gending topik SBY vs Jokowi di Media sosial. Secara kebetulan, kunjungan Hambalang ini hanya beberapa hari setelah SBY sempat menyindir Jokowi dengan mengatakan di eranya tidak ada kegaduhan antar-menteri. Kunjungan mendadak Jokowi ke Hambalang ini juga bertepatan dengan agenda SBY dan sang istri, Ani Yudhoyono, keliling Pulau Jawa bertema Tour de Java. Bermula dari inilah, ada pihak yang memunculkan kreativitasnya membuat gambar berkonten sindiran (meme), membandingkan kinerja SBY selama 10 tahun (dua periode kepemimpinan) dengan kinerja Jokowi yang masih di periode awal

Tujuan sidak Presiden Jokowi jelas tidak untuk menjatuhkan citra pemimpin partai Demokrat, melainkan untuk menyelamatkan aset negara.  Dalam inspeksinya, Presiden Jokowi mengatakan opsi melanjutkan pembangunan atau penghentian proyek akan dikaji secara mendalam. Namun, dia memastikan keputusan nantinya akan didasarkan untuk penyelamatan aset negara dengan mempertimbangkan besarnya anggaran yang selama ini sudah dikeluarkan.

Pihak Istana juga membenarkan bahwa inspeksi ke lokasi proyek mangkrak, Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor, oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan untuk mencari kesalahan pemerintah yang lalu. Bukan pula untuk membalas kritik Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap pemerintah selama kunjungan Tour de Java yang dilakukannya. "Kunjungan itu (Hambalang) sudah digagas jauh sebelum adanya Tour de Java, sebelum kunjungan kemarin itu. Dua minggu sebelumnya, Presiden sudah meminta Menpora untuk mencari tahu situasi terkini proyek Hambalang," jelas Juru Bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo.Johan menjelaskan, kritik dari berbagai pihak termasuk Partai Demokrat dan SBY secara pribadi adalah suatu hal yang wajar dan sah. Apalagi Partai Demokrat sudah 2 periode berhasil membawa SBY menjadi presiden.

Aksi saling sindir ataupun saling menjatuhkan sangat tidak pantas dituduhkan kepada negarawan atas kritik yang mereka berikan. Presiden Jokowi dan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah negarawan tersebut. Hal yang sangat wajar apabila ada bentuk kritik yang disampaikan. Bahkan seluruh warga negara sah-sah saja memberikan kritik kepada penguasa ataupun evaluasi terhadap kinerja pemerintah masa lalu. Bentuk kritik dan evaluasi ini akan menjadi sistem yang dapat membangun negeri menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Masyarakat harus cerdas dalam melihat isu-isu yang beredar di media sosial. Isu pertarungan saling sindir antara presiden dan mantan presiden ini dimulai dari netizen media sosial yang memberikan pendapat terkait inspeksi presiden ke Hambalang serta cuitan-cuitan akun twitter SBY yang diduga menyindir pemerintah sekarang. Kemudian muncul pihak-pihak yang ,mengaitkan kejadian yang kebetulan terjadi sehingga isu ini menjadi panas diperbincangkan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih mudah terpancing oleh isu-isu provokatif dan menanggapinya secara berlebihan. Sebaiknya sebagai warga negara yang cerdas, setiap isu harus dilihat secara objektif dan positif untuk menciptakan negara yang lebih baik.

Annas Dwiputra,  Penulis adalah pengamat sosial politik


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER