Fokus: KKB Segitiga Hitam Hambat Pembangunan Infrastruktur Papua

  • 05 April 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3895 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Permasalahan yang ada di Papua dan Papua Barat memang sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai masyarakat Indonesia. Permasalahan paling banyak terjadi di daerah tersebut adalah aksi kekerasan yang mengarah pada pelanggaran HAM. Terutama di daerah Kabupaten Puncak, Puncak Jaya dan Lanny Jaya yang terkenal dengan sebutan “segitiga hitam”. Daerah tersebut terkenal akan sejumlah kasus penembakan yang terindikasi dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Di ketiga daerah tersebut, sudah banyak korban yang berjatuhan, baik dari aparat TNI atau Polri dan juga dari pihak masyrakat sipil biasa. Data dari Kepolisian Daerah Papua menyebutkan bahwa daerah ini terasa mencekam dan dianggap rawan sejak tahun 2009. Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw menyebutkan sepanjang tahun 2009-2016, jumlah korban meninggal akibat kasus kekerasan dan penembakan di daerah itu mencapai 111 jiwa dan 229 orang mengalami luka-luka, baik itu dari aparat keamanan dan warga sipil, dengan total 226 kasus.

Jika dianalisis berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil rata-rata kasus kekerasan dan penembakan terjadi 2-3 kali dalam sebulan, dan itu terus terjadi. Dalam permaslahan ini, tak hanya korban jiwa yang dirugikan, sejumlah senjata milik aparat keamanan juga ikut dirampas. Perampasan senjata ini menambah tingkat ancaman di wilayah segitiga hitam tersebut.

Aksi terakhir yang dilakukan oleh KKB disana pada 27 Desember 2015 yang merenggut korban jiwa dengan perampasan senjata api. Saat itu 7 anggota Polsek Sinak sedang beristirahat dan menonton televise di ruang tengah. Dalam kejadian tersebut, 5 polisi langsung tewas ditempat dan 7 senjata api beserta ratusan amunisi dibawa lari oleh KKB yang diduga dilakukan oleh kelompok Lekagak Telenggen.  Selain itu, yang lebih parah lagi terdapat korban kekerasan hingga menyebabkan korban jiwa, kejadian penembakan yang menyebabkan 4 orang karyawan PT Modern Grup tewas di Desa Agenggen, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua. Padahal para karyawan tersebut sedang melakukan pembukaan jalan Trans Papua.

Dari kedua kejadian di atas, dapat kita lihat bahwa mereka masih membutuhkan dukungan persenjataan dari pihak Indonesia dalam melakukan aksinya. Mereka butuh suplai senjata yang digunakan untuk menyerang balik pos pos aparat kemanan. Selain itu, mereka juga melakukan hal yang malah merugikan rakyat Papua, yakni dengan menyerang 4 orang karyawan yang sedang bekerja membuka jalan, membelah gunung demi pembangunan Trans Papua. Keempat orang tersebut bukanlah aparat, mereka hanyalah rakyat biasa yang tidak bersalah memperjuangkan pembangunan infrastruktur di Papua.

Apabila dilihat dari segi gografis, wilayah segitiga hitam tersebut terletak di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Topografi wilayah ketiga kabupaten itu nyaris sama, yakni berbukit dan banyak lembah. Transportasi ke tiga kabupaten ini dengan menggunakan transportasi udara atau pesawat berbadan kecil. Selain menggunakan pesawat berbadan kecil, ketiga kabupaten tersebut bisa dilalui jalur darat dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Wilayah yang agak sulit untuk dicapai dan mempunyai tanah yang subur untuk bercocok tanam serta banyaknya kasus penembakan disertai kekerasan oleh KKB inilah yang disebut dengan segitiga hitam. Di Lanny Jaya misalnya KKB dikuasai oleh Puron Wenda dan Enden Wanimbo. Lalu di Kabupaten Puncak Jaya, KKB dikuasai oleh beberapa kelompok yakni Goliat Tabuni dan juga kelompok Yambi pimpinan Lekagak, Tengahmati Telenggen dan Kalenap Murib. Irjen Pol Paulus Waterpaw mengatakan, kelompok Yambi ini yang diduga selalu menyeberang ke wilayah Kabupaten Puncak dan melakukan aksi penembakan dan kekerasan di sana.

Untuk mengatasi kerapnya aksi penembakan yang dilakukan oleh KKB, Polda Papua berencana membuat operasi khusus penegak hukum di 3 kabupaten yang dijuluki segitiga hitam tersebut. Operasi yang dimaksud hampir sama dengan operasi yang saat ini sedang berlangsung di Poso. Apalagi pasca kejadian di Distrik Sinak yang menyebabkan 4 karyawan tewas tertembak oleh KKB, membuat Kapolda Papua mengintruksikan menangkap Lekagak Telenggen hidup atau mati, selain itu membuat Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan langsung angkat bicara bahwa daerah Puncak dan sekitarnya akan dijadikan daerah operasi khusus seperti di Poso.

Contoh di atas merupakan bentuk dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah demi menjaga ketrentaman dan kesejahteraan warga Papua sendiri, karena mereka adalah bagian dari kelurga NKRI yang harus dibela. Perlu dukungan moril dari seluruh masyarakat Indonesia bahwa Papua dan Papua Barat adalah keluarga dari kedaulatan Indonesia, jangan sampai terpecahkan akibat ulah-ulah kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Zaenal Abidin,  Pengamat Sosial


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER