Kadus Silagading Sebut Lebih Dari 35 KK Miskin, Perbekel Dan Camat “Berkilah”

  • 05 April 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3993 Pengunjung
suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com  Di luar fenomena keluarga Nyoman Darta di Banjar Silagading, Desa Dinas Sambirenteng/ Desa Adat Gretek, Kecamatan Tejakula, ternyata lebih dari 35 Kepala Keluarga (KK) miskin yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan Darta.

“Bukan lebih dari lima orang pak, tapi lebih dari 35 orang yang ada. Rumahnya hampir sama, walau ada yang lebih bagus. Tapi sedikit aja bagusnya dari rumah pak nyoman (Darta),” kata Made Surata, Kepala Dusun Silagading, Selasa (5/4).

Menurut Surata, beberapa proposal untuk program kesejahteraan yang disodorkannya selama ini memang diakui tidak pernah mendapat tanggapan. Dikatakan, proposal untuk bantuan kepada masyarakat miskin di wilayahnya pun bukan sebatas disampaikan pada forum musyawarah tinggkat desa maupun kecamatan.

Permohonan tertulis agar masyarakatnya mendafat fasilitas program kesejahteraan seperti bedah rumah, pun telah sampai ke tingkat Provinsi Bali. Namun kondisi tersebut ternyata tidak pernah mengalami perubahan selama bertahun-tahun.

“Kalau program jatah raskin saya selalu prioritaskan menyalurkan kepada masyarakat miskin,” ujarnya yang membantah fakta dilapangan terkait keberadaan masyarakat miskin yang banyak tidak mendapatkan haknya.

Disisi lain, Perbekel Desa Sambirenteng, Wayan Ginantri, pun mengaku memang banyak data terkait hak masyarakat miskin di desanya yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Dari pengakuan Ginantri, perbedaan data dan fakta tersebut disebabkan karena tim survey yang diturunkan oleh Dinas Sosial terkesan terburu-buru dalam melakukan pendataan terhadap masyarakat miskin penerima sejumlah bantuan yang menjadi program pemerintah.

“Saya juga heran, karena orang yang sudah meninggal lima tahun kemudian namanya masuk tercatat dalam data. Waktu itu kami ada empat orang dari tim dinas sosial yang turun dan hanya 20 hari. Saya sudah sampaikan tidak cukup waktu melakukan pendataan,” ujar Ginantri yang menyebut angka kemiskinan di desanya tidak seusuai fakta.

Ia pun mengaku sedikit kesulitan terkait keberadaan data yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan tersebut. Pasalnya, angka penerima bantuan sejumlah program kesejahteraan pemerintah pun tentu dinilai timpang dan ia harus menghadapi paradigma buruk selaku aparat pemerintahan di struktur paling bawah.

Ditempat lain, Camat Tejakula, Nyoman Widiartha, mengaku tidak begitu banyak mengetahui fenomena masyarakat di wilayah kerjanya. Widiartha mengaku dirinya baru bertugas di wilayah Kecamatan Tejakula dan akan berkordinasi dengan kepala desa terkait dengan kondisi masyarakat di kawasan timur pusat pemerintahan bumi Panji Sakti itu.

“Kalau melihat permasalahan (Masyarakat miskin yang tidak menerima bantuan) kan tidak bisa sepotong-sepotong pada masa sekarang. Tentu harus dilihat awalnya seperti apa dan sudah sejauhmana solusi sejauh ini. Mungkin ada komunikasi yang saluran informasi yang macet. Kita tidak bisa kemudian menjustifikasi tidak dibantu. Mungkin dalam tanda kutip memang ada permainan atau tidak ada perhatian maka akan kita lihat. Dimana letak simpul atau birokrasi yang macet,” kata Widiartha.

Menurutnya, salah satu permasalahan tentang warga Nyoman Darta pun baru diketahui kemarin, Senin (4/4). Ia pun mengaku akan segera menghubungi Perbekel Desa Sambirenteng untuk mengetahui kejelasan warga seperti keluarga Nyoman Darta yang sampai tidak mampu menyekolahkan anaknya serta tidak mendapat bantuan dari program pemerintah.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER