Seru dan Unik, Tradisi Megoak-goakan Ala Desa Kintamani Saat Nyepi Desa

  • 03 Maret 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 10871 Pengunjung
suaradewata.com

Bangli, suaradewata.com – Beragam tradisi unik dan menarik tersimpan di Bangli. Salah satunya, terdapat di Desa Kintamani, yang mengenal pelaksanaan Nyepi sebanyak dua kali dalam setahun. Pertama, Nyepi yang dirayakan setiap tahun baru Saka saat Tilem Kesanga.Kedua, warga  setempat juga mengenal Nyepi desa, yang  berlaku khusus di Desa Kintamani saja.

Yang unik dalam pelaksanaan Nyepi Desa, warga menggelar tradisi megoak-goakan. Selain itu, warga juga tetap melakukan Catur Brata Penyepian. Bahkan Brata Penyepian ini berlangsung selama tiga hari. Dimana, pelaksanaan Penyepian, dilaksanakan tepatnya sehari setelah piodalan di Pura Dalem Pingit desa setempat. Sejak pagi hari, ratusan warga mulai anak-anak hingga orang tua, dengan mengenakan pakaian adat madya sudah tumpah ruah ke lapangan desa setempat untuk melaksakan tradisi megoak-goakan di lapangan desa yang terletak di pojok desa(karang suci).

Menurut Bendesa Desa Adat Kintamani, Nyoman Sukadia, tradisi megoak-goakan ini diikuti oleh seluruh krama dari 6 banjar yang ada di Desa Kintamani. “Secara turun temurun, di tempat inilah tradisi megoak-goakan digelar,” ujar Sukadia saat ditemui disela-sela tradisi megoak-goakan tersebut, Kamis (03/03/2016). Ditempat pelaksanaan upacara magoak-goakan ini, suasana kekeluargaan dan kegembiraan warga sangat terasa sekali. Tidak jarang peserta harus jungkir balik, akibat arena goak-goakan yang miring. Selain itu, sejumlah peserta khususnya wanita juga banyak tertindih oleh peserta lainnya. Namun hal terseut, sama sekali tak mengurangi antusias warga melaksanakan tradisi ini.

Bagi mereka yang sudah dapat ikut, bisa langsung pulang atau menonton rekannya melakukan permainan ini. Dalam permainan unik yang oleh warga diyakini sebagai tarian sakral ini,dimainkan dua kelompok wanita dan pria. Masing-masing satu kelompok terdiri dari belasanpeserta. Agar tertib, dalam permainan biasanya diatur oleh pecalang. Disebutkan fisofi permainan ini, sebagai wujud  purusa pradana (laki-laki melawan perempuan).

Sementara penentuan pemenang adalah kelompok Goak-goakan yang pertama kali mampu menangkap ekor (orang paling belakang) dalam kelompok lawannya. Maka dialah pemenangnya. “Tarian megoak-goakan ini juga menggambarkan seoarang pemimpin yang baik akan selalu melindungi rakyatnya. Dimana bagian kepala kelompok adalah pemimpinya yang dibelakangnya adalah rakyatnya, yang senantiasa akan mengikuti pemimpinnya,” jelasnya.

Dijelaskan, runtutan tradisi Magoak-goakan ini merupakan rangkaian dari upacara Muse, sebagai persembahan kepada Ratu Dalem yang berstana di Pura Dalem Pingit yang ada di Desa Kintamani. Sehari sebelum perayaan Nyepi, dilaksanakan upacara dengan mempersembahkan ayam merah. Setelah itu juga dihaturkan berupa segehan kepada iringan dari Ratu Dalem, berupa sapi yang disembelih dan diolah sedemikian rupa. Upacara ini dilaksanakan di tempat yang disebut dengan kalang Beten.

Rangkaian upacara selanjutnya, pada tengah malam dilaksanakan pangrupukan yang gunanya untuk menyomia bhuta kala. “Setelah semua rangkaian upacara itu kita laksanakan, rangkaian pelaksanaan nyepi desa baru kita laksanakan dan dilanjutkan dengan magoak-goakan selama sehari penuh,” tegasnya. Disebutkan, tujuan tradisi Megoak-goakan ini, selain  merupakan bentuk tarian sakral yang dipersembahkan kepada ratu Dalem Pingit. Juga sebagai ajang pelestarian budaya dan silahturahmi antar warga. Masyarakat setempat juga percaya, dengan melakukan tradisi Megoak-goakan bisa menumbukan kedamaian desa. “Selain untuk persembahan kepada Ida Ratu Dalem dan iringannya itu, masyarakat kami yakin bila seseorang ada yang sakit, dengan ikut serta menarikan goak-goakan niscaya penyakitnya bisa sembuh,” tandasnya, sembari mengakui banyak warganya yang sudah membuktikannya. Yang mana kesembuhan ini merupakan berkah dari Ratu Dalem Pingit.ard


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER